KALTIM-(IDB) : Seminggu sudah dua kompi Komando Pasukan Khusus (Kopassus) berada di
Bumi Etam. Berbagai hal unik dari pasukan Baret Merah mendampingi setiap
aksi di hutan Kalimantan yang dikenal ekstrem.
Mulai pukul 05.00, tentara Parako (para-komando) atau pasukan khusus TNI AD itu sudah harus move on
(bergerak) dari satu tempat ke tempat lain. Namun uniknya dalam setiap
pergerakan, mereka selalu ditemani satu-dua prajurit tak bersenjata,
tapi mengenakan ban di lengan kiri bertuliskan "wasit".
Belakangan diketahui prajurit tersebut merupakan “wasit” atau para
pengawas yang sengaja ditugaskan komandan satuan untuk mengintai
gerak-gerik satuan Parako ini.
“Dalam medan perang pun begitu, Tujuannya agar mereka tidak keluar
dari jalur operasi,” jelas Deputi Strategi Mayor Infanteri Suwondo.
Menurut Suwondo, berdasarkan fungsinya, Kopassus terbagi atas tiga
fungsi. Yakni, satuan Pemukul Parako, lalu Sandi Yudha (Intelijen), dan
Penanggulangan Teror (Gultor). “Sementara, wasit ini selalu ada di dalam
operasi Kopassus, entah operasi militer atau non-militer (Gultor),"
tambah pria berpangkat melati satu ini.
Memang, ini terdengar baru bagi orang awam. Umumnya wasit hanya
ditemui di setiap pertandingan olahraga ataupun segala yang berkaitan
dengan hal-hal di luar operasi militer. Namun wasit tersebut juga
berasal dari satuan Kopassus yang sengaja ditugaskan secara khusus untuk
mengawasi pergerakan Parako.
Jumlahnya lebih sedikit dari jumlah tentara sendiri. Menurut Suwondo
hal itu dilakukan agar memudahkan prajurit untuk dapat fleksibel
berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Walau jumlahnya hanya satu-dua orang, layaknya pengadil di lapangan
hijau, satu kompi Parako (setara 30 orang) dapat “tunduk” jika secara
kasat mata gerak-gerik mereka dianggap tidak sesuai prosedur. "Memang
sistem di Kopassus ketat sekali, semua harus berjalan sesuai sistem.
Wasit sengaja kami instruksikan seperti itu," tambahnya.
Dengan semboyan "Kami Bukan Hebat, Tapi Kami Terlatih" dalam setiap
menjalankan skenario operasi militer mereka juga diharamkan untuk move on pada siang hari atau dapat terlihat oleh warga sipil.
Tak terkecuali dalam latihan puncak geladi lapangan “Tribuana Cakti
XVIII 2012”. Diketahui, mereka diberangkatkan dari Bandara Halim Perdana
Kesuma Jakarta menggunakan pesawat Hercules. Misinya, melakukan
infiltrasi udara dari ketinggian 1.200 kaki dan mendarat di area dropped zone yang sudah ditentukan pasukan Satya Yudha (intelijen) di Kilometer 38 yang menjadi basis separatis bersenjata.
Berbicara skill kemampuan, dari pantauan media ini, sejak berhasil
"menggebuk" sekitar 90 separatis di basis dan tempat persembunyian,
mereka tidak sekalipun tampak --terkecuali pada malam hari. Kemudian,
tentara elite ini terus bergerak menuju Kampung Karya Merdeka di
Kilometer 30 dan Kampung Tani Bhakti, Kilometer 28. Suwondo
mengungkapkan, mereka menggunakan alat teropong malam (night vision), sambil memikul Senapan Serbu (SS) V-1 buatan PT Pindad dan ransel berisi ransum.
“Hanya itu yang mereka bawa, selain alat komunikasi. Tapi bukan handphone lho ya,” tandas pria yang sehari-hari menjabat Danyon 13 Grup-1 Kopassus ini.
Hal itu dilakukan mengingat, pasukan elite yang dimiliki TNI ini,
tercatat dalam tiga besar pasukan khusus terbaik dunia setelah Inggris
(SAS) dan Israel (Mossad) dalam versi Discovery Channel Military.
Termasuk di dalamnya kemampuan bela diri, bertahan hidup, kamuflase,
strategi, daya tahan, gerilya, membuat perangkap, dan lain-lain.
Kemampuan yang tidak terlalu mengandalkan teknologi canggih, tapi
menuntut skill di atas rata-rata.
Saat ini, diketahui satu kompi Kopassus itu tengah bersiap diri
mengejar sisa-sisa pemberontak yang diduga bersembunyi di dalam
seputaran hutan Samboja, Kutai Kartanegara, dalam Penyergapan Sasaran
Pertempuran Hutan Kompi Parako pada Kamis (13/12) pukul 05.00 Wita.
Beranjak dari sana mereka dijadwalkan melakukan Operasi Raid Pembebasan
Tawanan Kompi Parako di Gedung Biru Kaltim Post Group (KPG) pukul 24.00
Wita.
Sesuai jadwal, latihan sandi yudha ini akan ditutup Operasi Khusus
Gabungan Detasemen Penanggulangan Teror (Gulto) dan Parako, yang diawali
infiltrasi laut dan mobilisasi udara dengan pelaksanaan latihan di
sekitar terminal peti kemas Kariangau.
Informasi tambahan, sebagian dari Gultor dan Tim Detasemen Pasukan
Katak Detasemen Penanggulangan Teror yang akan unjuk gigi merupakan
prajurit yang terlibat dalam operasi pembebasan Kapal Sinar Kudus oleh
perompak Somalia pada Mei 2011 lalu.
“Ya, benar mereka (Paska dan Gultor Grup 1 dan 2) ini terlibat dalam
pembebasan kapal Sinar Kudus. Untuk latihan akan ditutup pada tanggal 16
(Desember), dan pada penutupan nanti rencananya dihadiri Kepala Staf
TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo,” pungkas Suwondo.