ANALISIS-(IDB) : Musim bunga
alutsista segera tiba bersamaan dengan datangnya fajar senyum di tahun 2013
meski wangi kembangnya sudah mulai tercium harum sejak kuartal terakhir tahun
ini. Bolehlah disebut sebagai tahun dimulainya panen raya dengan kedatangan
beragam jenis alutsista modern untuk disandangkan dan dikandangkan ke setiap
kesatrian pengawal republik di segala matra.
Boleh juga
disebut inilah panen raya terbesar selama beberapa dekade manakala RI
membelanjakan milyaran dollar untuk mengejar ketertinggalannya dalam
memodernisasi alutsistanya. Ada
pelajaran pahit manakala sebagian besar alutsista kita tak pernah disegarkan,
sudah jumlahnya sedikit, mutunya jadul lagi.
Namun yang bikin sesak nafas adalah ejekan tetangga dengan melakukan
klaim dan show of force seakan mereka sudah menjadi ayam jantan yang merasa
paling kuat lalu berkukuruyuk padahal hari telah malam.
Upacara Latgab 2012, perlu visualisasi lengkap |
Kesabaran
dan rasa sesak di sekujur tubuh itu perlahan mulai menemukan sinar cerah
manakala panglima tertinggi mulai menjalankan strategi “wajah jawa” dengan tetap berbaik hati dan bermanis muka pada
si jiran. Namun dibelakangnya menjalankan
strategi besar dengan anggaran besar, membangun kekuatan tentara dengan
alutsista secara revolusioner tanpa harus arogan sikap. Kita masih ingat di ruang publik yang bernama
layar kaca dan disiarkan secara langsung dari Cilangkap Jakarta beberapa tahun
lalu Presiden Sby mengeluarkan statemen yang softly untuk meredam kemarahan
rakyat kepada negara jiran yang hobi mengklaim.
Pernyataan
Presiden dalam bahasa diplomasi sebenarnya ingin agar kita sebagai rakyat tidak
perlu emosi dengan negara jiran karena saling ketergantungan satu sama lain. Misalnya, kata beliau, di sana ada lebih
sejuta tenaga kerja kita dan seterusnya.
Jelas pernyataan yang tidak memuaskan secara adrenalin. Tapi banyak yang tak tahu sesungguhnya setelah
itu ada “kemarahan militer” yang dituangkan dalam strategi memodernisasi
angkatan bersenjata. Dan hasilnya kita
lihat sekarang dan tahun-tahun mendatang, kita panen raya bro.
Namun yang
perlu diingat dari semua sambutan kedatangan alutsista itu tentu pertanggung
jawaban pada kesesuaian produk dengan nilai yang telah dikorbankan. Caranya tentu dengan menyampaikan sample
utama untuk disiarkan kepada segenap publik yang juga menanti dengan keriangan
hati. Tidak perlu telanjang jua karena
ini rahasia militer, namun sample kedatangan alutsista gahar perlu disampaikan
ke publik untuk memberikan rasa kebanggaan dan memupuk semangat beralutsista.
Visualisasi
seperti yang akan disiarkan oleh Kompas TV tanggal 26 dan 28 Desember 2012 tentang
“pertanggungjawaban” kehebatan Garda Samudra seharusnya menjadi sebuah public
relation untuk jembatan komunikasi kepada rakyat bahwa ini loh yang telah kami
lakukan untuk mengawal samudra. Misalnya dengan keberhasilan penembakan rudal
Yakhont yang menggetarkan itu baru-baru ini. Sehingga publik tahu dan paham tentang
sangarnya rudal itu dan keterlatihan prajurit TNI AL yang mampu menembakkan
rudal maut itu tanpa supervisi dari negara si pembuat Rusia.
Jika setiap
bulan ditayangkan melalui visualisasi minimal 30 menit di layar kaca dan narasi
melalui media cetak representatif dengan berganti-ganti antar matra TNI, kita
meyakini jembatan komunikasi yang dibangun kepada rakyat selaku “penyandang
dana melalui pajak” akan memberikan nilai harmoni dan kesepahaman tentang nilai
tugas tentara dan jenis alutsista yang
dipergelarkan. Tidak seperti selama ini
melalui layar kaca TVRI lewat acara CITA sama sekali tidak memberikan nilai
kebanggaan dalam bermiliter. Yang ditampilkan
kegiatan pergantian tugas jaga di kesatrian lalu wawancara ala kadarnya.
Dengan
tayangan yang mengedepankan kebanggaan menampilkan latihan militer skala
brigade ke atas boleh jadi akan menjadi respons yang baik dari publik dengan
mengajak pemerintah dan DPR untuk lebih memoles lagi pengawal republiknya. Misalnya untuk pertahanan pangkalan AU dan AL
serta ibukota negara tidak lagi dengan rudal-rudal jarak pendek melainkan dengan rudal surface to
air jarak menengah yang punya nilai gentar.
Kita
meyakini tidak lama lagi pengawal republik akan segera mendapatkan
alutsista anti serangan udara jarak
menengah seperti keyakinan kita akan terjadinya transaksi jet tempur canggih
dari sebuah negara Eropa yang telah menjamu presiden Sby dengan megah dan
meriah. Tidak adalah makan siang gratis
dalam hubungan pertemanan dan persahabatan sekalipun, seperti yang ditunjukkan
dalam perjamuan full service VVIP naik pesawat kepresidenan Korsel manakala
delegasi RI bertandang ke Korsel sebelum kontrak Changbogo setahun silam. Dan itu sah dalam hubungan berbisnis untuk
mengambil hati.
Gelar Alutsista TNI AL, memberi spirit beralutsista |
Sebagai bangsa
besar dengan populasi besar kita tetap akan berjalan dengan keyakinan hati dan
kepercayaan diri bahwa kita bisa membangun kekuatan kita. Kekuatan ekonomi yang
stabil selama 9 tahun ini dengan pertumbuhan yang mengesankan, PDB kita menjadi
yang terbesar di ASEAN dan no 15 terbesar di dunia. Pendapatan perkapita per tahun sudah mencapai
US $ 5.000,- Rasio hutang jauh lebih
baik dan ada dalam koridor aman dengan rasio 24%. Banyak hal yang berhasil di capai selama ini
termasuk pengakuan badan-badan ekonomi dunia dan lembaga keuangan dunia pada kemajuan
ekonomi Indonesia. Kemajuan ini tentu
berpengaruh besar pada peningkatan anggaran militer yang diprediksi akan terus
meningkat dan akan menjadi nomor satu di ASEAN mengalahkan Singapura pada tahun
2018.
Oleh sebab
itu menyambut senyum di tahun 2013 adalah awal dari perubahan revolusioner
dalam perolehan kuantitas dan kualitas alutsista kita. Kedatangan beragam jenis alutsista mulai tahun
depan dan seterusnya akan memberikan nilai tawar dalam pergaulan kawasan dan
diplomasi bergigi. Ini yang mestinya
menjadi pijakan cara pandang sesama kita dalam berdiplomasi. Boleh saja di urusan rumah tangga bernegara
kita ribut, namanya juga berdemokrasi. Tetapi
manakala menjalankan diplomasi kita seragamkan sikap kita, tentu dengan motor Kementerian
Luar Negeri untuk mengedepankan kewibawaan tanpa harus merasa sombong. Modal untuk kewibawaan itu tentu dengan
kekuatan militer yang didukung kuantitas dan kualitas alutsista yang minimal
setara dengan rumah jiran.
Rasa segan
itu timbul jika kita mampu memoles kebugaran dan kekekaran tubuh kita untuk kemudian
tampil dengan berbaik cakap dan sikap. Itulah
analogi perkuatan milter. Kebugaran dan kekekaran tubuh kita itu memberikan
nilai tawar tinggi dalam etika pergaulan.
Setidaknya tetangga akan menahan diri untuk bersikap tak cakap, padahal
kita belum melotot padanya. Apalagi
kalau kita sampai melotot.
Sumber : Analisis