ANALISIS-(IDB) : Tahun
2010 yang lalu, tanpa banyak publikasi yang berlebihan, Dinas Penerbad TNI AD
menerima 3 unit Mi-35P menelngkapi 2 unit Mi-35 Hind E yang sudah dibeli
sebelumnya. Helikopter ini dibeli dari
Rusia bersamaan dengan pembelian Mi-17 V5 yang merupakan Heli Serbu. Pembelian helicopter
tersebut merupakan realisasi perjanjian pemerintah RI dan Rusia pada September
2007 untuk menggunakan fasilitas kreditpembelian luar negeri dari pemerintah
Rusia sebesar USD 56,1 juta atau setara dengan Rp. 64,5 miliar. Harga itu
termasuk pencakupan persenjataan dan amunisi serta pelatihan bagi para calon
awak pesawat.
Mi-35 Hind E : Heli Serang Atau Heli Serbu?
Secara umum terdapat dua kategori Helikopter (CMIIW) yang dikelompokkan
berdasarkan fungsi dan tugasnya dalam menjalankan sautu operasi militer.
Kategori yang pertama adalah kategori Heli Serbu (assault heli) dan yang
kedua adalah Heli Serang (attack Heli). Heli Serbu biasanya digunakan
untuk mengangkut pasukan kedaerah operasi. Hali jenis ini biasanya hanya
memiliki senjata ‘seadanya’ untuk melindungi heli tersebut dari serangan musuh.
Di Indonesia, Heli jenis ini cukup banyak, diantaranya adalah Heli NBell-412
dan Mi-17 yang keduanya merupakan milik TNI AD. Pada kategori ini, fungsi heli
lebih ditekankan kepada kemampuan membawa pasukan dalam jumlah yang banyak.
Sedangkan Heli Serang adalah heli yang dikhususkan untuk menyerang musuh dengan
senjata yang mematikan, sehingga heli ini lebih mementingkan kemampuan membawa
senjata yang banyak di bandingkan membawa pasukan. Di Indonesia, Heli jenis ini
tidak sebanyak Heli Serbu, dimana Heli Serang paling hebat yang dimiliki TNI AD
saat ini adalah 5 unit Mi-35 Hind E. Namun seperti saya katakana sebelumnya bahwa
Mi-35 Hind E bukanlan Heli Serang Murni, karena selain bisa memiliki
senjata yang mematikan, Heli ini juga bisa mengangkut pasukan bersenjata
lengkap (walaupun jumlah pasukan yang bisa dibawa lebih sedikit dari Mi-17 v5).
Heli serang Murni saat ini cukup banyak jenisnya. Sebut saja AH-64 D Apache
dari Amerika, Mi-28N Havoc dari Rusia, WZ-10 dari China, dan lainnya. AH-64D
Apache Longbow disebut-sebut memiliji potensi untuk diakuisisi oleh Indonesia.
Namun sampai saat ini kebenaran berita ini masih sebatas rumor, karena belum
ada kontrak yang jelas antara Indonesia dan Amerika.
Senjata yang dimiliki Heli Mi-35 Hind E TNI AD?
Helikopter Serang tentunya harus memiliki persenjataan yang cukup gahar
mengingat fungsinya memang adalah untuk melakukan serangan ke lokasi musuh. TNI
AD sebagai pengguna Helikopter ini tentunya juga sudah memikirkan hal ini.
Untuk itu bersamaan dengan kedatangan armada helikopter tempur Mi-35P dari
Rusia yang melengkapi Skadron 31/Serbu Penerbad pada tahun 2010, juga
menyertakan paket senjata rudal anti tank. Mi-35P yang juga dikenal sebagai APC
terbang yang dikarena kemampuan Mi-35 Hind E ini membawa 8 pasukan bersenjata
lengkap. Mi-35 Hind E hadir melengkapi Skadron 31 dengan persenjataan yang
cukup garang, seperti roket S-8 kaliber 80mm, pelontar chaff/flare, kanon
standar GSh-30-2 kaliber 30mm dan rudal anti tank AT-9 Spiral-2.
Senjata yang dimiliki Mi-35 Hind E milik TNI AD cukup gahar, terutama rudal
Anti Tank AT-9 Spiral-2 yang akan menjadi senjata menakutkan bagi musuh yang
dilengkapi Tank sekalipun. Sama seperti penamaan rudal anti tank AT-5, nama
rudal AT-9 juga merupakan nama yang diberikan oleh pihak NATO. Rudal ini cukup
unik, karena fungsinya sebagai rudal anti tank yang biasanya diluncurkan dari
darat, namun AT-9 Sprial-2 ini adalah rudal anti Tank yang sengaja dirancang
untuk platform peluncuran dari udara.
Rudal anti tank AT-9 bisa dikatakan merupakan rudal anti tank yang masih gress,
karena negara produsennya Rusia sendiri baru mulai mengoperasikan rudal ini
pada tahun 1990-an. Rudal AT-9 ini didesign dengan melakukan pengembangan dari
versi sebelumnya, AT-6 Spiral, dengan penyempurnaan pada sisi akurasi,
kecepatan, dan jangkauan. Sistem pemandu rudal AT-9 Spiral-2 ini adalah SACLOS
(Semi Automatic Command to Line of Sight), dimana operator harus membidik
target sampai rudal berhasil mengenai target, jalur kendalinya berupa sinyal
radio. Dalam pola pengoperasiannya, pilot dan juru tembak harus sama-sama
mengarahkan helikopter ke arah target hingga rudal tepat tiba di sasaran. Namun
versi terbaru dari rudal ini sudah bisa melakukan tembakan fire and forget.
Rudal Anti Tank AT-9 Spiral-2 ini sebenarnya memiliki beberapa versi yang
berbeda sesuai dengan fungsi dan kegunaannya dalam operasi militer.
Masing-masing versi memiliki keunggulan masing-masing. Diantaranya adalah jenis
Anti Tank dengan tandem HEAT ( High Explosive Anti Tank ), yakni AT-9
yang dilengkapi proyektil peledak dengan dua tahap peledakan. Rudal AT-9 versi
Tandem HEAT ini memang dikhususkan untuk menghancurkan kendaraan berlapis baja,
termasuk MBT ( main battle tank ). Kemungkinan AT-9 yang dimiliki TNI AD adalah
versi ini, namun kebenarannya belum bisa di konfirmasi.
Jenis kedua dari Rudal ini adalah AT-9 versi 9M120F yang dilengkapi
dengan hulu ledak thermobaric. Pada rudal dengan thermobaric ini, peledak akan
menghasilkan gelombang ledakan dengan durasi yang lebih lama, yang biasanya
dengan sebutan "airfuel bomb". Efek ledakan yang lama ini dimaksudkan
untuk melibas pasukan infantri, sehingga dapat mengakibatkan korban jiwa dalam
jumlah besar. Thermobaric memanfaatkan oksigen dan udara dalam peledakannya
sehingga sangat pas untuk menghajar target infantri yang bersembunyi di dalam
terowongan, gua, atau bunker. Rudal jenis ini sepertinya memang dikhususkan
sebagai rudal anti infantry. Namun tidak ada kejelasan apakah TNI AD juga
memiliki rudal jenis ini.
Jenis ketiga dari rudal AT-9 ini adalah AT-9 versi 9A220O yang
dilengkapi dengan hulu ledak expanding rod yang merupakan sebuah amunisi khusus
yang menggunakan pola fragmentasi ledakan annular. Jenis ketiga ini dikhususkan
sebagai rudal untuk menghancurkan target berupa helicopter lain. Rudal ini
dilengkapi system laser sebagai penentu keauratan termbakannya. Namun, rudal
jenis ini juga belum jelas apakah dimiliki TNI AD atau tidak.
Mi-35 Hind E dan Pesaingnya di ASEAN
Seperti yang saya sebutkan sebelumnya bahwa Mi-35 Hind E adalah Heli Serang
(walaupun tidak murni) yang dimiliki TNI AD. Negara-negara di ASEAN juga
melihat bahwa Helikopter Serang sejenis ini merupakan asset yang harus mereka
miliki untuk menambah efek gentar yang dimiliki militer negara tersebut. Itulah
sebabnya tidak hanya Indonesia saja yang memiliki jenis Heli Serang ini di
ASEAN.
Di kawasan Asia Tenggara, ada beberapa negara yang memiliki helikopter serang.
Thailand memiliki 4 unit helikopter AH-1 Cobra bekas dari AS yang diretrofit.
Helikopter ini sejatinya sudah cukup ketinggalan jaman, namun dengan
dilakukannya retrofit maka Helikopter mili Thailand ini juga harus
diperhitungkan. Singapura tercatat memiliki armada Heli Serang paling gahar di
ASEAN dengan memiliki heli AH-64 D Apache semenjak tahun 2002 dalam program
Peace Vanguard sebanyak 20 unit. Separuh dari heli serang itu bermarkas di
Amerika Serikat. Pada tahun 1997 sebelum Krisis Ekonomi, Malaysia mencoba
mengakuisisi Heli Serang CSH-2 Rooivalk buatan Denel Afrika Selatan. Namun
rencana ini gagal hingga saat ini. Indonesia yang telah memiliki 5 unit Mi-35
Hind E juga berencana menambah kekuatan dengan akuisisi heli serang murni
dengan candidate AH-64 D Apache atau jenis lainnya. Namun ini masih dalam tahap
penjajakan.
Dilihat dari daftar Heli Serang yang ada di ASEAN, rasanya 5 unit Mi-35 Hind E
dengan rudal anti tank AT-9 Spiral 2 akan membuat kekuatan Indonesia semakin
diperhitungkan. Tercatat hanya Singapura yang memiliki kekuatan Heli Serang
yang jauh lebih gahar dari Indonesia. Dibandingkan Thailand dan Malaysia, saya
rasa heli serang Indonesia masih lebih baik. Namun ada baiknya juga Indonesia
tidak hanya dilengkapi dengan Mi-35, tetapi juga dilengkapi heli serang yang
memang benar-benar heli serang murni di masa yang akan datang. Semuanya itu untuk
memastikan setiap jengkal wilayang kedaulatan Indonesia terlindungi.
Sumber : Analisis