Pages

Sabtu, Agustus 18, 2012

Dankormar Resmi Dilantik Sebagai Kabasarnas

JAKARTA-(IDB) : Komandan Korps Marinir (Dankormar) Mayjen TNI (Mar) M. Alfan Baharudin secara resmi dilantik Menteri Perhubungan EE Mangindaan menjadi Kepala Badan Sar Nasional (Basarnas) dalam upacara pelantikan di Ruang Mataram Kementerian Perhubungan Jl. Medan Merdeka Barat No. 8 Jakarta Pusat, Rabu (15/8).

Dalam upacara pelantikan yang dihadiri seluruh pejabat eselon I, II, dan III di lingkungan Kantor Pusat Basarnas, jajaran pejabat di Kemenhub, anggota Komisi V DPR-RI dan dari unsur TNI/Polri tersebut pejabat baru menggantikan pejabat lama Marsekal Madya TNI Daryatmo SIP.


Dalam sambutan pelantikan Kabasarnas yang menghadirkan saksi Kepala BMKG Sri Woro B Harijono, Menhub berharap Basarnas dan Kemenhub meningkatkan sinergitas dalam memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. “Tantangan ke depan semakin kompleks. Basarnas harus mampu meningkatkan response time dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, sehingga pelaksanaan operasi SAR bisa berjalan efektif dan mampu menyelamatkan korban sebanyak-banyaknya,” ungkapnya.


Usai pelantikan, Kabasarnas yang lama dan yang baru melakukan upacara serah terima jabatan di Lantai 12 Gedung Serba Guna Basarnas Jl. Angkasa Blok B15 Kav. 2-3 Kemayoran Jakarta. Upacara serah terima jabatan ini dihadiri oleh seluruh pejabat dan pegawai di lingkungan Kantor Pusat Basarnas.


Setelah resmi menjabat Kabasarnas, sesuai Keputusan Panglima TNI Nomor: Kep/504/ VIII/2012 tanggal 1 Agustus 2012, tentang pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan di lingkungan TNI, posisi Dankormar yang saat ini masih dijabat Mayjen TNI (Mar) M. Alfan Baharudin dalam waktu dekat selanjutnya akan diserahkan kepada penggantinya Brigjen TNI (Mar) A. Faridz Washington.


Sumber : Kormar

Israel Siap Serang Fasilitas Nuklir Iran

TEL AVIV-(IDB) : Israel siap menyerang fasilitas-fasilitas nuklir Iran walau serangan itu hanya menunda beberapa tahun kemampuan Iran memproduksi senjata nuklir, kata Duta Besar Israel untuk Amerika Serikat, Michael Oren.

"Satu, dua, tiga, empat tahun merupakan waktu yang lama di Timur Tengah. Lihat apa yang terjadi dalam satu tahun terakhir (dalam hal perubahan politik)," kata Oren di Washington, Kamis (16/8/2012).

Para pemimpin Israel, bulan ini, menekankan bahwa waktu hampir habis bagi solusi diplomatik untuk program nuklir Iran yang Israel anggap sebagai ancaman bagi keberadaannya. "Diplomasi tidak berhasil," kata Oren. "Kami sudah sampai pada titik yang sangat kritis di mana keputusan penting yang harus dibuat."

Selagi para pemimpin Israel berulang kali mengatakan bahwa mereka akan menyerang fasilitas-fasilitas Iran, desakan-desakan itu kini disertai tindakan-tindakan pertahanan-sipil, antara lain sebuah sistem baru yang menggunakan pesan teks untuk mengingatkan masyarakat terhadap serangan rudal dan distribusi lebih luas masker gas.

Oren mengatakan, Iran mewakili ancaman paling berbahaya dalam berbagai ancaman yang dihadapi Israel, sesuatu yang belum pernah terjadi dalam 64 tahun usia negara itu. Revolusi Arab telah mengguncang negara-negara tetangga yaitu Mesir dan Suriah, Semenanjung Sinai telah menjadi magnet bagi kelompok-kelompok militan, dan serangan teroris terhadap warga dan properti Israel melonjak di seluruh dunia.

Para sekutu Israel, yaitu AS dan Eropa, berpandangan sama bahwa Iran semakin dekat dengan kemampuan untuk membuat senjata nuklir. Namun Iran menegaskan, program nuklirnya untuk tujuan sipil dan medis.

Jenderal Martin Dempsey, ketua Gabungan Kepala Staf AS, mengatakan pada sebuah konferensi pers di Pentagon pada hari Selasa bahwa serangan Israel terhadap Iran hanya bisa menunda tapi tidak dapat menghancurkan kemampuan nuklir Iran. Penilaian Depsey itu berdasarkan tinjauannya atas kemampuan persenjataan Israel.

Namun Oren mengatakan, penilaian semacam itu tidak relevan. "Hal itu, berdasarkan pengalaman kami sebelumnya, bukan argumen untuk menentang (serangan). Di masa lalu, kami beroperasi berdasarkan asumsi bahwa kami hanya bisa mendapatkan penundaan."

Ketika Israel menyerang sebuah reaktor Irak tahun 1981, asumsinya adalah bahwa "kami akan mendapatkan penundaan antara satu dan dua tahun dari program itu. (Namun) sampai hari ini, Irak tidak memiliki senjata nuklir." 


Sumber : Kompas