Scorpene Malaysia<$2Fdiv>
Malaysia juga memiliki dua kapal selam Scorpene yang dipesan ke Perancis pada 5 Juni 2002 seharga 1 Miliar Poundsterling. Scorpene dikerjakan oleh Galapangan Kapal Perancis DCNS bersama rekannya Galangan Kapal Navantia Spanyol. Kapal selam itu dilengkapi dengan torpedo Blackshark dan Exocet SM-39. Sebelum menerima kapal selam itu, 150 prajurit Angkatan Laut Malaysia dilatih mengenal dan mengoperasikan kapal selam Agosta Class, yang telah dipensiunkan dari Angkatan Laut Perancis.
|
Kapal Selam Scorpene |
Scorpen pertama Malaysia, KD Tunku Abdul Rahman, diserahkan pada tahun 2009. Sementara Scorpene kedua KD Tunku Abdul Rahman mengalami masalah tidak bisa menyelam dan kerusakan coolant system, sehingga mengalami penundaan pengiriman. Namun hal itu hanya masalah waktu, dan Perancis berjanji menyelesaikannya.
Selain Singapura dan Malaysia, India juga memesan 6 kapal selam scorpene ke Perancis yang dibangun bertahap sejak tahun 2006.
Kapal selam Scorpene memiliki panjang 70 meter dan lebar 6 meter dengan berat 1800 ton. Scorpene mampu melaut selama 50 hari tanpa re-suply. Kapal selam ini mengusung 18 torpedo campuran Black Shark heavyweight torpedoes dan SM.39 Exocet anti-ship missiles.
Collin Australia
Adapun negara tetangga di selatan, yakni Australia memiliki 6 kapal selam Collin Class yang dibangun bertahap sejak tahun 1996. Kapal selam ini dibuat oleh Australian Submarine Corporation bekerjasama dengan Galangan kapal Kockums, Swedia- Jerman.
|
Kapal Selam Collin Class Australia |
Kapal selam Collin Class mengusung 22 torpedo Mark 48 Mod 7 CBASS dan UGM-84C Sub-Harpoon anti-ship missiles. Ia berbobot 3300 ton dan memiliki panjang 77, 5 meter dengan lebar 8 meter serta mampu mengarungi laut selama 70 hari tanpa re-suply.
Sonarnya menggunakan: Thales Scylla bow and distributed sonar arrays, Thales SHORT-TAS towed sonar array dan Thales intercept array. Sementara radar dipercayakan kepada GEC-Marconi Type 1007 surface search radar. Adapun Combat ssystem mengusung Raytheon CCS Mk2 (AN/BYG-1). Perusahaan: Thales, Marconi dan Raytheon, sudah malang melintang di industri militer Blok Barat dan tidak perlu diragukan.
Chang Bogo Indonesia
Indonesia pun tidak ketinggalan memesan 3 kapal selam Chang bogo buatan Korea Selatan. Jika dibandingkan dengan Scorpene dan Collin, memang kapal selam Indonesia berukuran paling kecil, yakni panjang 56 meter dengan lebar 6 meter.
Bobotnya pun jauh lebih ringan dibandingkan Collins dan Scorpene, yakni hanya 1200 ton. Kapal selam Chang bogo yang imut-imut ini mampu menyelam selama 50 hari tanpa re-suply dan mengusung SUT torpedoes dan UGM-84 Harpoon. Pengguna dari Kapal selam ini hanya Korea Selatan dan satu lagi calon pembelinya adalah Indonesia.
|
Kapal Selam Chang Bogo |
Kapal selam Chang Bogo dijiplak oleh Korea Selatan dari kapal selam Jerman, Type 209/1200. Kapal Selam ini didisain Jerman pada tahun 1960 dan mulai diproduksi tahun 1970-an.
Selain tiga kapal selam yang sedang dipesan, Indonesia juga memiliki 2 kapal selam lawas Type 209/1200 Jerman yakni KRI Cakra dan KRI Nanggala. Kedua kapal itu diretrofit Korea Selatan pada tahun 2004 dan 2006 dan selesai tahun 2009 -2012.
Indonesia membeli tiga kapal selam Chang Bogo Korea Selatan, karena dijanjikan akan mendapatkan ToT, meski harus membayar 300 juta USD. Indonesia semakin tertarik dengan Chang Bogo, setelah Korea Selatan berjanji akan mentransfer teknologi Chang Bogo berbobot 1400 ton. Kapal yang akan jadi tahun 2018 ini sedikit lebih besar dibandingkan KRI Cakra dan Nanggala.
|
Chang Bogo Korea Selatan |
Jika kita melakukan komparasi dengan kapal selam Singapura, Malaysia dan Australia, kapal selam indonesia berukuran paling mini. Ibaratnya anjing kampung yang dikepung Herder.
Tidak terbayangkan, apa perasaan para awak kapal selam itu saat mengarungi lautan dan berhadapan dengan kapal selam Sorpene dan Collin.
Mungkin yang terbaik adalah kombinasi antara 2 kapal selam Type 209/1200 ton (Cakra dan Nanggala), 3 kapal selam Chang Bogo (Type 209/1400 ton) dan 2 kapal selam Kilo Rusia (2800 ton).
|
Presiden SBY melihat model Kilo Class |
Formasi campuran kapal selam tua dan modern juga diberlakukan oleh Singapura yakni: 4 Scorpene (sedang dipesan), 4 Challenger class (1968) dan 2 Archer Class (1987).
Mungkin ada baiknya kita melihat bagaimana Vietnam membangun militer mereka yang nota bene kemampuan ekonominya di bawah Indonesia. Pada tahun 2010, Vietnam memesan 6 kapal selam ke Rusia.
Vietnam sadar, di bawah laut mereka harus berhadapan dengan kapal Selam Kilo China dan India, sehingga harus memiliki kemampuan kapal selam, minimal yang seimbang.
|
Improved Kilo (Kilo-636 KMV) Vietnam |
Indonesia sebenarnya masih memiliki sisa kredit ekspor 700 juta USD dari Rusia, akibat pembatalan pembelian 2 kapal selam kilo Rusia.
$0A
Indonesia hendak memanfaatkan sisa kredit itu untuk pembelian 6 jet Sukhoi SU 30, namun ditolak Rusia.
Menurut Rusia sisa kredit eksport 700 juta USD untuk pembelian 2 kapal selam kilo, bukan pesawat tempur.