Pages

Kamis, Juli 05, 2012

Satkat Koarmatim Latihan Serangan Kapal Cepat Rudal

SURABAYA-(IDB) : Satuan Kapal Cepat Koarmatim (Satkat Koarmatim) mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme prajuritnya dengan menggelar latihan taktik serangan Kapal Cepat Rudal (KCR). Latihan olah dan ketangkasan prajurit ini dilaksanakan sejak tanggal 2 -5 Juli 2012, bertempat di Markas Satkat Koarmatim dan Emulator Puslat Kaprang Kolat Armatim, Ujung, Surabaya.

Latihan taktik serangan Kapal Cepat Rudal pada peperangan Anti Kapal Permukaan yang diselenggarakan oleh Satkat Koarmatim ini, bertujuan untuk mempertahankan, memelihara dan meningkatkan keterampilan dan profesionalisme prajurit Satkat Koarmatim. Kegiatan ini diikuti oleh 204 orang prajurit dari satuan kapal tersebut.

Latihan tersebut, dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap Klasikal dan tahap Tactical Game. Untuk tahap Klasikal, dilaksanakan di Satkat Koarmatim sedangkan untuk tahap Tactical Game dilaksanakan di Pusat Latihan Kapal Perang (Puslat Kaprang) Komando Latihan Armada RI Kawasan Timur (Kolatarmatim).

Komandan Satkat Koarmatim Kolonel Laut (P) Syufenri,M.Si mengatakan, bahwa sasaran dari latihan ini diharapkan prajurit unsur- unsur Satkat Koarmatim memiliki kemampuan melaksanakan prosedur taktik serangan kapal cepat rudal dan prosedur peperangan anti kapal permukaan sesuai dengan referensi dan fungsi asasi KCR.

Lebih lanjut Komandan Satkat Koarmatim mengatakan, bahwa profesionalisme prajurit akan terjaga bila terus diasah melalui latihan yang bertingkat dan berlanjut serta pengalaman di dalam penugasan.

“Latihan ini terangkai dengan latihan berikutnya, yaitu latihan Taktik Serangan Kapal Cepat Torpedo yang akan dilaksanakan minggu ke 2 bulan Juli sesuai dengan jenis kapal yang ada di Satkat Koarmatim, yaitu Kapal Cepat Rudal dan Kapal Cepat Torpedo,”tegas Komandan Satkat Koarmatim.


Sumber : Koarmatim

Latihan SAR Kapal Selam Wahana Pengukur Kemampuan

SURABAYA-(IDB) : Latihan Search and Rescue (SAR) kapal selam merupakan wahana untuk mengetahui sejauhmana tingkat kemampuan unsur – unsur Koarmatim dalam melaksanakan tugas pencarian dan penyelamatan kapal selam yang mengalami kedaruratan di laut. 

Demikian ditegaskan oleh Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksda TNI Agung Pramono SH. M.Hum dalam amanat tertulisnya yang dibacakan oleh Kasarmatim Laksma TNI Darwanto SH. MAP pada upacara Gelar Pasukan Latsar Kapal Selam Tahun 2012, didermaga Madura, Koarmatim,Ujung, Surabaya. Rabu (4/7).

Lebih lanjut menurut Pangarmatim sasaran yang ingin dicapai dalam latihan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan personel dalam menyusun rencana operasi serta prosedur pencarian dan penyelamatan kapal selam, menguji kemampuan seluruh personel kapal selam dalam melaksankan penyelamatan diri (Free Escape), mengukur kesiapan sarana dan prasarana pencarian dan penyelamatan kapal selam serta menguji buku petunjuk pelaksanaan tentang SAR Kapal Selam.

Masih menurut Pangarmatim latihan ini bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan unsur operasional Koarmatim dalam melaksanakan tugas pencarian dan penyelamatan terhadap kapal selam yang mengalami kedaruratan di laut. Tegas Pangarmatim.

Unsur-unsur peserta latihan yang terlibat, yaitu 1 kapal selam, 3 kapal atas air, 2 Tim Dislambair, 1 Ponton Lumba-lumba, 1 Tim Satkopaska serta 2 Tim Kesehatan dari Lakesla dan RSAL dr. Ramelan Surabaya. Sedangkan dari unsur tugas udara, yaitu 1 pesawat Cassa dan 1 Heli BO-105.

Pada gelar pasukan ini seluruh unsur – unsur yang terlibat dalam latihan mengikuti upacara termasuk unsur pendukung latihan. Upacara ini diikuti oleh Perwira, Bintara dan Tamtama dan dihadiri oleh para Asisten, Kasatker, Komandan Satuan dan Komandan Unsur.


Sumber : Koarmatim

Pemerintah Berharap DPR Merestui Pembelian Leopard Jerman

JAKARTA-(IDB) : Pemerintah berharap Komisi I DPR merestui pembelian Tank Leopard dari Jerman. Sebab, pengadaan alat tersebut menjadi bagian dari modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista).

"Saya kira DPR sebagai lembaga representasi dari bangsa ini, pasti akan setuju. Sepanjang kita lakukan secara transparan dan akuntabel," kata Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin di akarta, Rabu (4/7/2012).


Sjafrie menceritakan, komunikasi soal pembelian Tank Leopard dari Jerman pernah dilakukan secara informal.

Alokasi anggaran yang diperlukan untuk membeli peralatan militer ini sebesar US$ 280 juta, dengan skema pinjaman luar negeri, yang diproses sesuai blue print Bappenas dan Kementerian Keuangan.

Kemenhan sendiri membicarakan masalah ini dengan DPR agar memperoleh kesepakatan untuk politik anggaran. Sebanyak 15 unit Main Battle Tank Leopard akan datang ke lndonesia pada  Oktober 2012. Kendaraan tempur ini akan datang secara bertahap sebanyak 100 unit hingga Oktober 2014


Sumber : Metrotvnews

SBY : Tidak Ada Kerjasama Militer Antara Indonesa, Australia Dan Amerika

DARWIN-(IDB) : Presiden Susilo Yudhoyono menegaskan tidak ada kerjasama militer tiga negara antara Indonesia, Amerika Serikat, dan Amerika Serikat. Penempatan satu brigade infantri mekanis Marinir Amerika Serikat di Darwin masih menyita fokus geopolitik kawasan Pasifik Barat.

"Sikap Indonesia dalam hal ini telah jelas, tegas dan konsisten, tidak akan menjadikan kawasan menjadi ajang konflik," kata Yudhoyono, dalam konferensi pers, di Darwin, Rabu. Jika tidak memahami konteksnya, hal ini bisa disalahartikan bahwa diwacanakan dibentuk pakta pertahanan di kawasan itu.

Yudhoyono berpendapat, latihan penanggulangan bencana di antara militer itu sebaiknya melibatkan Indonesia, Australia, negara-negara ASEAN, Jepang, India, Korea serta Amerika Serikat, dan China; sehingga akan membangun kepercayaan di kawasan.

"Itu saya usulkan dan saya harapkan. Jelas tidak ada pertahanan segitiga, trilateral, Indonesia, Amerika Serikat, dan Australia. Tapi Indonesia setuju kerjasama di kawasan ini melibatkan semua untuk menghadapi yang disebut dengan operasi penanganan bencana, itu yang perlu saya jelaskan," katanya.

Sejak pertengahan 2011 potensi ketegangan keamanan dan pertahanan di Pasifik Barat bisa mengkristal. Terdapat konflik saling klaim antara China, Filipina, Viet Nahm, Brunei Darussalam, atas Laut Filipina Barat atau Laut China Selatan.

Di sisi lain penguatan profil militer China yang bisa menjadi hegemoni di kawasan juga memantik kewaspadaan negara-negara di kawasan itu, termasuk Amerika Serikat, yang memastikan kehadiran 2.500 personel Korps Marinir-nya di Darwin, Teritori Utara Australia. 

Indonesia persis berada di tengah-tengah teater itu. 

Untuk itu, Yudhoyono tidak ingin latihan militer untuk penanggulangan bencana di antara militer itu hanya diikuti oleh tiga negara, Indonesia, Australia, dan Amerika Serikat. Sebab hal itu dapat menimbulkan salah persepsi dan ketegangan di kawasan. 

"Ketika saya mendengar pemikiran yang menjadi sponsor, meskipun ini baru semacam gladi posko, table top exercise, seolah-olah Indonesia, Australia dan Amerika Serikat, saya mengatakan jelas dan tegas kepada semua, itu bisa menimbulkan salah pengertian kalau yang bekerjasama hanya tiga negara," katanya.

Presiden juga menyayangkan pemberitaan yang mengesankan kerjasama latihan operasi militer menanggulangi bencana dengan Australia seolah kerjasama pertahanan.

Apalagi penempatan Korps Marinir Amerika Serikay untuk penanggulangan bencana di Darwin dijadikan penambah kesan tersebut.

Yudhoyono menjelaskan, kerjasama operasi militer penanggulangan bencana merupakan inisiatif bersama Indonesia dan Australia, yang kemudian dituangkan dalam joint paper, yaitu kerjasama di Kawasan Asia Timur yang disampaikan dalam East Asia Summit di Bali tahun lalu.

Kerjasama ini untuk menghadapi bencana alam, utamanya tanggap darurat menghadapi bencana alam. "Idenya adalah kita harus selalu bekerjasama mengingat besarnya kemungkinan adanya bencana di kawasan ini," katanya.

Kerjasama ini memiliki tiga pilar yaitu berbagi informasi, menghilangkan sumbatan ketika akan memberikan bantuan ke daerah bencana dan saling ketersediaan.

Yudhoyono mengatakan, sejak pertemuan EAS dan juga pertemuan tahunan antarpimpinan Indonesia-Australia pertama di Bali, November 2011, Indonesia selalu meminta agar melibatkan semua pihak.

Hal itu juga disampaikan Yudhoyono kepada Perdana Menteri Australia, Julia Gillard, saat keduanya bertemu di Darwin, 3 Juli 2012 kemarin dalam pertemuan tahunan antarpimpinan Indonesia - Australia kedua.


Sumber : Antara

Update : Indonesia Harus Swasembada Radar

JAKARTA-(IDB) : Radar bermanfaat sebagai pendeteksi potensi ancaman dari luar terhadap sebuah negara. Sayangnya, jumlah radar yang dimiliki oleh Indonesia terbilang masih sangat sedikit. Dari 300 radar yang seharusnya dimiliki, Indonesia hanya memiliki 25-30 radar. Kondisi ini membuat Indonesia rawan terhadap serangan dari luar.

Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu digalakkan upaya swasembada radar untuk Indonesia. Demikian dikatakan oleh Ahli Radar dari Universitas Brawijaya (UB), Malang, Rudy Yuwono. Dia menyebut, swasembada radar merupakan upaya memproduksi radar dengan kemampuan anak sendiri yang saat ini sudah dimulai oleh Asosiasi Radar Indonesia (AsRI).

Menurut Rudy, swasembada radar mendatangkan keuntungan bagi Indonesia, di antaranya penghematan anggaran di bidang alutsista dan menjaga kerahasiaan yang dimiliki oleh Indonesia terutama di bidang teknologi. "Ide swasembada radar hadir setelah adanya embargo militer kepada Indonesia. Pada saat itu Indonesia ingin membeli alutsista dari Amerika, tapi karena adanya embargo kita tidak bisa membeli alatnya bahkan komponennya," kata Rudy, seperti dikutip dari laman resmi UB, Prasetya Online, Rabu (4/7/2012).

Kepala Bidang (Kabid) Kegiatan Ilmiah AsRI ini mengungkap, embargo yang dilayangkan terhadap Indonesia, justru memunculkan ide untuk memproduksi radar sendiri. "Ide untuk memproduksi radar semakin ditunjang dengan adanya komponen-komponen yang bisa didapat dengan mudah di sejumlah daerah yang ada di Indonesia, seperti di Glodok Jakarta, Genteng Surabaya, dan di Medan," tuturnya.

Dengan memproduksi radar sendiri, lanjutnya, maka anggaran yang dikeluarkan juga lebih sedikit. Jika biasanya Indonesia membeli radar dengan harga USD25 juta, maka dengan memproduksi sendiri jumlah uang yang dikeluarkan akan jauh lebih sedikit.

"Sebagai upaya dalam swasembada radar, ada beberapa langkah Asosiasi Radar Indonesia (AsRI) yang saat ini tengah dilakukan, antara lain membantu tumbuhnya industri dalam negeri yang memproduksi radar dan juga menyediakan forum komunikasi dan pertukaran ide di bidang radar dan turunannya dengan mengadakan Seminar Radar Nasional setiap tahun," imbuh Rudy.

Dalam upaya menciptakan tenaga-tenaga ahli yang mampu memproduksi radar, ujar Rudy, perlu dibangun sebuah school of radar. "Jumlah tenaga ahli radar di Indonesia sangat sedikit jumlahnya, kurang dari 100. Padahal radar yang dibutuhkan oleh Indonesia sangat banyak," paparnya.

Dengan berdirinya school of radar selain bisa mencetak ahli radar, juga bisa mengembangkan teknologi lain, yakni penginderaan jauh. "Kalau kita memakai satelit, maka kandungan yang ada di dalam bumi Nusantara Indonesia bisa diketahui oleh negara lain. Namun jika kita kembangkan teknologi penginderaan jauh, rahasia kekayaan alam yang dimiliki Indonesia bisa kita jaga," ungkap Rudy.

Dia menyatakan, produksi radar di Indonesia tidak akan memberikan ancaman bagi negara lain, seperti layaknya membuat nuklir dan bom atom. Saat ini jumlah radar yang sudah diproduksi oleh Indonesia terbilang masih ada lima radar, yaitu tiga jenis radar Indonesian Surveillance Radar (ISRA) dan dua Radar Indra. "Radar buatan Indonesia saat ini sudah bisa difungsikan dengan menggunakan laptop dan gadget tablet," tukasnya.

Rudy berharap, program swasembada radar di Indonesia bisa segera terwujud. "Program swasembada radar melalui school of radar sudah menjadi topik bahasan penting dalam seminar nasional radar yang kelima pada 2011. Namun hingga saat ini masih belum terwujud. Semoga pada 2025 sudah banyak pemain lain yang turut terlibat dalam swasembada radar," pungkasnya.


Sumber : Okezone

Indonesia China Wajib Jaga Stabilitas Kawasan

JIAN-(IDB) : Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan, Indonesia dan China memiliki kewajiban untuk menjaga stabilitas keamanan kawasan dan perdamaian dunia, sebagai bagian dari komunitas dunia.

"Sebagai bagian dari komunitas dunia Indonesia dan China, termasuk militer kedua negara memiliki kewajiban untuk menjalin kerja sama dalam menjaga stabilitas dan perdamaian kawasan," katanya, dalam sambutan tertulis yang dibacakan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Mayjen TNI Wisnu Bawa Tenaya di Jinan, Shandong, China, Selasa.

Panglima TNI menyampaikan hal itu dalam pembukaan Latihan Bersama Kopassus dengan Komando Pasukan Khusus Angkatan Bersenjata China (People's Liberation Army/PLA) dengan sandi 'Knife Sharp 2012'.

Panglima TNI Agus Suhartono mengemukakan, kedua pihak, khususnya militer kedua negara harus bekerja sama membangun kesamaan persepsi untuk menghadapi perkembangan lingkungan strategis regional dan internasional, utamanya menghadapi ancaman asimetris seperti terorisme dan kejahatn lintas negara yang merugikan negara-negara di kawasan.

"Kerja sama kedua militer juga diperlukan untuk membangun kapasitas pertahanan dan militer dalam kerangka kerja sama yang saling menguntungkan untuk menjaga keamanan dan perdamaian di kawasan. Dalam kaitan itu Indonesia dan China yang merupakan bagian dari komunitas dunia memiliki kewajiban internasional untuk menjaga stabilitas kawasan," katanya.

Agus mengatakan kewajiabn internasional untuk menjaga stabilitas kawasan tidak saja merupakan kewajiban sebagai bagian dari warga dunia tetapi juga merupakan amanat dari konstitusi untuk menjaga perdamaian dunia.

"Dalam konteks kekinian mewujudkan perdamaian dunia tidak semata dilakukan dengan menjadi pasukan perdamaian PBB tetapi mencakup pula upaya bilateral dan multilateral untuk menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan, khususnya Asia dimana Indonesia dan China berada didalamnya," tuturnya.

Panglima TNI menekankan, setiap negara, setiap militer negara di dunia harus bekerja sama untuk melawan berbagai ancaman, termasuk terorisme. "Perlu kerja sama internasional untuk mengatasi berbagai ancaman khususnya terorisme," katanya.

Latihan bersama Kopassus dan Komando Pasukan PLA yang berlangsung hingga Minggu (15/7) merupakan yang kedua kali. Latihan pertama dilakukan di Pusat Pendidikan Kopassus Batujajar, Jawa Barat.

Kegiatan yang melibatkan 144 personel dari kedua komando pasukan itu dilaksanakan di Pangkalan Latihan Terpadu Kodam Jinan.Pembukaan latihan bersama oleh Komandan Jenderal Kopassus Mayjen TNI Wisnu Bawa Tenaya dan Kasdam Jinan Mayjen Qiuxing itu diisi pula dengan pameran statis persenjatan dari 


Sumber : Kemhan

Wamenhan : Lebih Menguntungkan Hibah Daripada Beli Hercules Baru

JAKARTA-(IDB) : Pemerintah menilai hibah empat pesawat angkut militer jenis Hercules C-130/H dari Pemerintah Australia lebih menguntungkan dari pada membelinya.

Hal ini disampaikan oleh Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sjarief Sjamsoeddin, Seusai Rapat Kerja bersama Komisi I DPR RI, di Gedung Parlemen DPR RI, Jakarta, Rabu (4/7/2012).
Pesawat hibah tersebut akan langsung diretrofit (peremajaan) kembali di Australia dengan harga 15 juta dolar AS. Pesawat yang baru pun harus direftrofit setelah pemakaian 4 tahun.

"Kalau yang beli itu, sesuai data yang kami terima hanya sisa 2.000 jam terbang lagi dan harus diretrofit. Harganya sama, tapi untuk meretrofitnya lagi perlu biaya sekitar 15 juta dolar AS lagi, dua kali lipat," ungkap Sjarief.

Menurutnya, pesawat baru dengan sisa 2.000 jam terbang lagi bisa digunakan di wilayah Indonesia hanya bisa digunakan selama 4 tahun saja dan harus diretrofit kembali.
"Tergantung pemakaian, paling tidak 4 tahun. Setelah itu wajib diretrofit lagi dan perlu biaya lagi," paparnya.

Sjarief mengungkapkan, empat pesawat yang dihibahkan ke Indonesia sudah disepakati dan ditandatangani oleh kedua negara. Namun, Sjarief belum bisa memastikan kapan pesawat angkut militer jenis Hercules C-130/H itu tiba di Indonesia.

"Belum tahu, karena akan diretrofit dulu. Nah, retrofitnya tidak bisa di Indonesia harus di Australia," ungkapnya.

Sjarief menambahkan, dengan memiliki 30 pesawat Hercules, TNI bisa menggelar dua batalion dengan spot yang berbeda. Saat ini Indonesia baru memiliki 21 pesawat Hercules.

Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi I dari Fraksi PDI-P TB Hasanuddin mempertanyakan makna pemberian hibah empat pesawat angkut militer jenis Hercules C-130/H dari Pemerintah Australia. Pesawat tersebut diserahterimakan dalam kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Darwin.

Hasanuddin melihat ada banyak kejanggalan yang terjadi sepanjang proses pemberian hibah dari Negeri Kanguru itu. Menurut Hasanuddin, tawaran hibah dari Australia pernah disampaikan Kementerian Pertahanan pada pertengahan tahun 2011. Informasi itu disampaikan ke DPR lantaran proses hibah memerlukan persetujuan alokasi anggaran. 


Sumber : Kompas

Ambil Leopard Jerman Karena Bisa Tepat Waktu Dan Jumlah

JAKARTA-(IDB) : Pemerintah Indonesia memastikan untuk membeli 100 unit tank tempur utama Leopard dari Jerman, seperti disampaikan  Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sjafrie Sjamsoeddin.

Sjafrie mengatakan alasan memilih Leopard dari Jerman dan bukan dari Belanda adalah Pemerintah Belanda tidak bisa memberikan kepastian yang sesuai dengan waktu yang ditetapkan dan quota yang diminta oleh Indonesia.

"Kita ingin rencana strategis kita tepat waktu dan tepat jumlah. Hal itu ternyata bisa dipenuhi oleh Jerman," ungkap Sjarief di Gedung DPR RI, Rabu (4/67/2012).

Rencananya Indonesia menargetkan 15 unit tank Leopard di 2012 ini. Dan sampai jumlah maksimum yang diminta 100 unit tank Leopard pada  2014. "Kita perlukan 15 unit sudah berada di Indonesia pada Oktober 2012," papar Sjafrie.

Sjafrie memaparkan, alokasi anggaran yang semula 220 jut` dollar AS untuk belanja dari Belanda direposisi ke Jerman menjadi 280 juta dollar AS. "Memang lebih mahal di Jerman karena dia produsen, dan itu sudah termasuk transfer teknologi. Sedangkan Belanda lebih murah karena kementerian pertahanannya yang akan jual dan itu tidak termasuk ToT," ungkapnya. 


Sumber : Kompas

Iran Yakin Bisa Hancurkan Semua Pangkalan AS di Timteng

TEHRAN-(IDB) : Iran mengancam akan menghancurkan pangkalan militer AS di seluruh Timur Tengah dan menjadikan Israel sebagai sasaran cuma dalam beberapa menit setelah diserang, kata media Iran, Rabu (4/7/2012). Sementara itu Pengawal Revolusi Iran memperpanjang uji-coba penembakan rudal balistik pada hari ketiga, Rabu.

Israel telah mengisyaratkan kemungkinan menyerang Iran jika diplomasi gagal menghasilkan dihentikannya program nuklir Iran. Amerika Serikat juga telah membicarakan aksi militer sebagai pilihan terakhir, meskipun sering membujuk Israel untuk memberi waktu agar sanksi ekonomi yang ditingkatkan berhasil terhadap Iran.

"Semua pangkalan ini berada dalam jangkauan rudal kami, dan tanah pendudukan (oleh Israel) juga adalah sasaran bagus buat kami," kata Amir Ali Haji Zadeh, Komandan Divisi Udara Pengawal Revolusi, sebagaimana dikutip kantor berita Fars.

Haji Zadeh menyatakan 35 pangkalan AS berada dalam jangkauan rudal balistik Iran, yang paling canggih yang telah dikatakan para komandan bisa mengenai sasaran yang berjarak 2.000 kilometer.

"Kami telah mengukur jarak untuk mendirikan pangkalan dan menggelar rudal guna menghancurkan semua pangkalan ini dalam beberapa menit setelah serangan," ia menambahkan sebagaimana dilaporkan Reuters.

Tidak jelas dari mana Haji Zadeh memperoleh ukurannya mengenai pangkalan AS di wilayah tersebut. Instalasi militer AS di Timur Tengah berada di Bahrain, Qatar, Uni Emirat Arab, Kuwait dan Turki, dan AS memiliki sebanyak 10 pangkalan lagi di Afghanistan serta Kyrgyzstan.

Banyak pengamat pertahanan seringkali ragu mengenai apa yang mereka gambarkan sebagai pernyataan militer yang dibesar-besarkan oleh Iran dan mengatakan kemampuan militer negara Persia tersebut takkan bisa menandingi sistem pertahanan AS yang canggih.

Media Iran melaporkan ujicoba rudal yang berlangsung tiga hari dalam pelatihan militer yang dijuluki "Great Prophet 7", yang melibatkan puluhan rudal dan pesawat tanpa awak buatan dalam negerinya yang berhasil menghancurkan pangkalan udara dalam simulasi.

Korps Pengawal Revolusi Iran menguji-tembak rudal  Shahab 1,2,3, Fateh, Tondar, Zelzal, Khalij-e-Fars dan Qiam selama pelatihan militer "Great Prophet 7" itu. 


Sumber : Kompas

Iran Akan Menduplikat Pesawat Sentinel AS

TEHRAN-(IDB) : Seorang komandan senior dari Korps Pengawal Revolusi Islam (Pasdaran) mengatakan Iran telah memperoleh informasi yang cukup dari pesawat tanpa awak AS yang berhasil ditangkap tahun lalu untuk menduplikasinya.
 
"Pesawat tanpa awak RQ-170 Amerika tidak diragukan lagi akan diduplikasi," kata Panglima Divisi Aerospace Pasdaran Brigjen Amir Ali Hajizadeh, Selasa.
 
Seraya menepis klaim media asing tentang ketidakmampuan Iran untuk memecahkan kode informasi pesawat tanpa awak itu, Hajizadeh mengatakan, Republik Islam telah membuktikan kehebatannya dengan mengirimkan kode yang membuat pesawat tanpa awak itu mendarat di wilayah Iran.
 
"Yang penting adalah bahwa ratusan teknologi telah digunakan dalam setiap pesawat mata-mata ini yang masing-masing sangat penting secara operasional, informasi, dan teknologi dan kami telah mendapatkan informasi yang musuh tidak ingin kami memilikinya," tambahnya.
 
Menanggapi pertanyaan apakah Iran akan menjual informasi atau teknologi pesawat tersebut ke sejumlah negara seperti Rusia, Hajizadeh menyatakan bahwa keputusan dalam hal ini akan diambil di tingkat yang lebih tinggi dari pemerintah Iran.
 
Pada 1 Juli, Menteri Pertahanan Iran Ahmad Vahidi mengatakan negara itu telah memperoleh informasi teknis baru dari pesawat tanpa awak AS atau yang disebut dengan Sentinel.
 
Dikatakannya, "Proses pengambilan detail dan spesifikasi teknis dari RQ-170 berjalan normal, dan kami telah mencapai prestasi baru dalam hal ini, namun kami tidak berniat untuk mempublikasikannya."
 
RQ-170 Sentinel ditembak jatuh dengan kerusakan minimal oleh unit perang elektronik Angkatan Darat Iran, Minggu 4 Desember 2011 ketika terbang di atas kota Kashmar, sekitar 140 mil (225km) dari perbatasan Afghanistan.
 
Setelah berhasil mengamankan pesawat tersebut, Iran mengumumkan akan melakukan reverse engineering pada RQ-170 Sentinel, yang didesain mirip pesawat pembom Angkatan Udara AS B-2 stealth.
 
RQ-170 adalah pesawat siluman tanpa awak yang dirancang dan dikembangkan oleh perusahaan Lockheed Martin.
 
Pesawat tersebut merupakan pesawat mata-mata tercanggih Amerika. Jatuhnya Penangkapan pesawat tersebut oleh pasukan Iran dinilai sangat memalukan bagi Washington.


Sumber : Irib