Pages

Senin, Juli 02, 2012

Indonesia Pastikan Akuisisi 100 Tank Leopard Jerman

JAKARTA-(IDB) : Kementerian Pertahanan (Kemhan) memastikan membeli tank berat (main battle tank/MBT) Leopard dari Jerman sebanyak 100 unit untuk  modernisasi alat utama sistem senjata Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD), padahal sempat berencana membelinya dari Belanda.

"Kita telah putuskan membeli tank Leopard dari Jerman dengan pertimbangan memperoleh kepastian waktu dan target dari volume peralatan militer yang kita perlukan," kata Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sjafrie Sjamsoeddin kepada wartawan di Jakarta, Senin.

Rencana pembelian MBT Leopard dari Belanda, menurut dia, dihentikan dan difokuskan kepada proses pengadaan pembelian tank yang berasal dari Jerman, sehingga dapat berjalan lancar.

Ia menjelaskan, pertimbangan pembelian MBT Leopard dari Belanda tidak diteruskan karena pihak Belanda tidak berikan kepastian jawaban waktu pengadaan.

Sjafrie menjelaskan, alokasi anggaran untuk pembelian 100 unit MBT Leopard senilai 280 juta dolar AS dengan sistem pinjaman luar negeri, sesuai aturan dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) maupun Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

Saat ini, lanjut dia, proses dilakukan secara akselerasi dan pararel sehingga dalam waktu satu minggu akan segera memperoleh sejumlah kepastian dari aspek pengadaan dan pembiayaan.

Hal itu mengikuti aspek pengawasan yang dilaksanakan oleh tim pencegahan dan penyimpangan pengadaan barang dan jasa dengan melibatkan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan (LKTP) Kementerian Perindustrian dan Perdagangan, Inspektorat Jenderal Kementerian Pertahanan (Itjen Kemhan), serta Markas Besar (Mabes) TNI dan angkatan, katanya.

"Jumlah yang diinginkan dalam pengadaan tank ini sekitar 100 unit. Kita inginkan 15 unit sudah di berada Indonesia pada Oktober 2012," demikian Sjafrie Sjamsoeddin.


Sumber : Antara

Update : Indonesia Australia Tandatangani MoU Hibah Hercules C-130

DARWIN-(IDB) : Pemerintah Indonesia dan Australia menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) hibah empat pesawat Hercules tipe C-130 H dari Australia.

Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Marsekal Madya Eris Haryanto dan Panglima Angkatan Bersenjata Australia David Hurley menandatangani MoU tentang hibah pesawat tersebut di RAAF Darwin, Australia, Senin.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dan koleganya, Menteri Pertahanan Australia Stephen Smith, menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman hibah yang dilakukan di depan pesawat Hercules yang akan dihibahkan itu.

Dalam sambutannya, Smith mengatakan Australia sudah mendapat persetujuan Amerika Serikat (AS), sebagai produsen pesawat Hercules, untuk menghibahkan ke Indonesia. Ia menambahkan pemberian hibah produk-produk militer asal AS harus seizin negara tersebut.

Menteri Purnomo Yusgiantoro mengatakan hibah pesawat Hercules itu dibutuhkan Indonesia, terutama untuk mendukung operasi-operasi militer bukan perang seperti penanganan bencana.

"Atas nama pemerintah, saya sangat mengapresiasi hal ini," katanya.

Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan, empat pesawat hibah tersebut tidak bisa langsung dibawa pulang karena akan direnovasi terlebih dulu.

Perbaikan, termasuk pengecatan dan penggantian suku cadang, untuk pesawat yang dihibahkan membutuhkan dana sekitar 50 juta dolar Australia. 


Sumber : Antara

Update : Indonesia Australia Bahas Finalisasi Hibah Hercules C-130

DARWIN-(IDB) : Pemerintah Indonesia dan Australia akan membahas finalisasi hibah pesawat Hercules C-130 dari Australia, termasuk biaya yang harus dikeluarkan pemerintah terkait proses tersebut.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan pembahasan final mengenai hibah pesawat itu akan menjadi salah satu agenda kunjungan Presiden ke Darwin tanggal 2-4 Juli 2012.

"Sore ini ada kegiatan pertemuan Menteri Pertahanan RI dengan Menteri Pertahanan Australia. Rencananya ada lima C-130 dari Australia dengan format hibah dengan ada biaya yang dikeluarkan dari Indonesia," kata Presiden saat memberikan keterangan pers di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma Jakarta di Jakarta, Senin.

Menurut Kepala Negara, Indonesia membutuhkan pesawat transport tersebut karena setelah kecelakaan pesawat Fokker milik TNI AU beberapa pekan lalu, pesawat sejenis yang dimiliki TNI AU belum bisa dioperasikan sampai penyelidikan selesai.

Dia menjelaskan pula bahwa meski pesawat CN 295 pengganti Fokker 27 milik TNI AU sedang disiapkan dan memiliki kapasitas yang lebih besar namun TNI AU akan tetap kembali mengembangkan armada C-130 yang pernah dimiliki dengan sejumlah pembaruan.


Sumber : Antara

Menhan Menerima Deputi Perdana Menteri Bidang Energi Republik Irak

JAKARTA-(IDB) : Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menerima kunjungan Deputi Perdana Menteri Bidang Energi Republik Irak, Hussain Ibrahim Saleh Al-Shahristani, Selasa (26/6) di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta. Turut mendampingi Menhan dalam kesempatan tersebut, Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin, Dubes RI untuk Irak Letjen TNI Marinir (Purn) Safzen Noerdin dan sejumlah pejabat di lingkungan Kemhan.
 
Kunjungan Deputi Perdana Menteri Bidang Energi Republik Irak kepada Menhan RI ini merupakan bagian dari serangkaian kunjungannya ke Indonesia Sehari sebelumnya, Deputi Perdana Menteri Bidang Energi Republik Irak juga telah berkunjung kepada Wakil Presiden RI Boediono, Senin (25/6) di Istana Wapres RI. 

Kunjungannya ke Indonesia kali ini dalam rangka membicarakan kemungkinan kerjasama di bidang energi.   Dalam pertemuan dengan Menhan RI,  Deputi Perdana Menteri Bidang Energi Republik Irak menyampaikan sebagai sesama negara berpenduduk mayoritas muslim, Irak sangat menghargai persahabatan dengan Indonesia dan berharap kunjungannya bisa meningkatkan hubungan ekonomi dan kultural antara kedua negara jauh lebih erat lagi.

Menanggapi apa yang disampaikan Deputi Perdana Menteri Bidang Energi Republik Irak,  Menhan RI menyampaikan menyambut baik keinginan Irak untuk meningkatkan hubungan kerjasama dengan Indonesia.

Selain peningkatan kerjasama di bidang ekonomi, Menhan RI menyampaikan Indonesia juga berharap kerjasama pertahanan kedua negara dapat dibuka kembali. Peluang kerjasama kedua negara di bidang pertahanan diantaranya adalah kerjasama di bidang industri pertahanan.

Dijelaskan Menhan RI, bahwa Indonesia saat ini sedang meningkatkan kemampuan Industri pertahanan dalam negeri khususnya untuk teknologi menengah dan produk – produk pertahanan non Alutsista. 


Sumber : DMC

Update : 90 Personel Kopassus Tiba Di China

BEIJING-(IDB) : Sekitar 90 personel Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat (Kopassus) tiba di Jinan, Ibukota Propinsi Shandong, China, untuk melakukan latihan bersama dengan pasukan khusus China.

Ke-90 personel korps baret merah itu tiba di Jinan Internasional Aiport dengan menggunakan pesawat Hercules 9-130 dari Skadron Udara 32 TNI Angkatan Udara.

Atase Pertahanan Kedubes RI di China Kolonel (Lek) Surya Margono kepada ANTARA, di Jinan, Senin mengatakan latihan bersama Kopassus dengan Komando Pasukan Khusus China akan dibuka resmi pada Selasa (3/7).

"Ini merupakan latihan bersama yang kedua kali yang digelar oleh Kopassus dan Komando Pasukan Khusus China," katanya.

Latihan bersama pasukan khusus dua negara kali pertama digelar pada Juni 2011 di Pusat Pendididkan Kopassus Batujajar, Jawa Barat.

Kegiatan yang bersandikan "Sharp Knife II/2012" itu bertujuan meningkatkan kemampuan, keterampilan dan profesionalisme dari para prajurit pasukan khusus militer kedua negara.

"Prajurit pasukan khusus kedua negara dapat saling bertukar pengalaman, dan keterampilan, kemampuannya, sehingga didapat sebuah bentuk kerja sama pasukan khusus kedua negara yang lebih komprehensif, baik dari segi teknik dan taktik operasional," kata Surya.

Latihan bersama Kopassus dan Komando Pasukan China akan berlangsung hingga Minggu (15/7) di Pangkalan Latihan Terpadu Kodam Jinan, China.


Sumber : Antara

Pelepasan Kontingen Latma Sharp Knife II/2012

JAKARTA-(IDB) : Komandan Jenderal Kopassus Mayjen TNI Wisnu Bawa Tenaya melepas kontingen Kopassus yang akan mengikuti latihan bersama Sharp Knife II/2012 dengan People’s Liberation Army (PLA) Special Force China di lapangan apel Makopassus Cijantung Jakarta Timur, Kamis (28/6).


Latihan bersama tersebut direncanakan akan berlangsung mulai tanggal 1 – 15 Juli 2012 di Markas PLA China. Kontingen Kopassus berkekuatan 85 orang dipimpin komandan kontingen Asisten Intelijen Danjen Kopassus Kolonel Inf  Teguh Muji Angkasa. Menurut rencana kontingen akan bertolak ke China tanggal 30 Juni 2012 melalui Bandara Soekarno Hatta.

Danjen Kopassus dalam amanatnya meminta agar setiap peserta latihan bersama senantiasa dapat menjaga harkat dan martabat serta kehormatan satuan maupun bangsa Indonesia dengan menunjukkan semangat dalam latihan . 

“Dalam kondisi apapun jangan pernah mengeluh dan patah semangat. Tunjukkan bahwa kita memang prajurit-prajurit pilihan yang mampu mengatasi segala rintangan dan hambatan”, tambah jenderal bintang dua tersebut. 

Menutup amanatnya Danjen Kopassus menekankan agar dalam pelaksanaan latihan tetap mengedepankan faktor keamanan, karena keberhasilan latihan tidak hanya diukur pada terlaksananya materi latihan akan tetapi juga berdasar pada parameter yang lain yaitu keamanan baik personel maupun materiil.

Tampak hadir adalam acara pelepasan tersebut sejumlah pejabat teras Kopassus seperti Inspektur Kopassus Kolonel Inf Madsuni, Para Asisten Danjen Kopassus dan sejumlah Kabalak di jajaran Kopassus.


Sumber : Kopassus

Program Lama : Indonesia Bakal Dapat Bantuan Pesawat Militer Dari Australia

JAKARTA-(IDB) : Pagi ini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bertolak ke Australia dalam rangka kunjungan kerja. Sebelum berangkat, SBY mengabarkan bahwa Australia akan memberikan bantuan pesawat jenis Hercules C130 kepada pemerintah Indonesia. Namun, untuk mendapatkannya, Indonesia harus mengeluarkan biaya.

"Sore ini ada agenda yang dihadiri oleh menteri pertahanan kita dan menteri pertahanan Australia tentang pengadaan pesawat Hercules C130 yang kita bahas beberapa saat lalu, yang akan kita adakan dari Australia, dengan format hibah. Tapi tentu ada biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia, jadi sebetulnya setengah hibah, setengah kita beli," ujar SBY di Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur, Senin (2/7/2012).

SBY menjelaskan, Indonesia saat ini tidak lagi menerbangkan pesawat jenis Fokker 27. Oleh karena itu, diperlukan alat transportasi udara dengan muatan yang lebih banyak seperti pesawat transport militer menengah CN295. Selain itu, pengadaan pesawat C130 ini diharapkan bisa menjadi solusi sebagai guna memenuhi kebutuhan TNI Angkatan Udara (TNI-AU).

"Pesawat udara transport itu, diperlukan policy yang telah kita keluarkan kemarin. Kita tidak menerbangkan lagi Fokker 27 dan kita memerlukan sarana angkut yang lebih banyak lagi. Alhamdulilah program CN295 telah berjalan dan akan menjadi pengganti dari Fokker-27, bahkan dengan kapasitas yang lebih besar. Di samping itu kita juga menghidupkan kembali pesawat C130 dengan sparepart baru, termasuk pengadaan yang akan kita laksanakan dari Australia," jelasnya.

Seperti diketahui, pagi ini SBY bertolak ke Darwin, Australia. Agenda utama kunjungan kerjanya adalah mengikuti pertemuan konsultasi tahunan antara pemerintah RI dan Australia. Selain melakukan evaluasi atas tindak lanjut kesepakatan hasil pertemuan pertama di Bali, fokus pertemuan Presiden SBY dengan PM Julia Gillard adalah peningkatan kerjasama bilateral di bidang ekonomi.

Turut hadir dalam rombongan presiden menuju Australia tersebut, Ani Yudhoyono, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menko Perekonomian Hatta Radjasa, Mensesneg Sudi Silalahi, Sekretaris Kabinet Dipo Alam, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Kepala BKPM Chatib Basri, Ketua Kadin Bambang Suryo Sulistio, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, Menteri BUMN Dahlan Iskan, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, KSAU Marsekal Imam Sufaat, Wamenkum HAM Denny Indrayana dan Kepala BNPB Syamsul Maarif.


Sumber : Detik

Pangkalan Marinir Tanjung Sebatak, Karimun

Marinir4 Pangkalan Marinir Tanjung Sebatak, Karimun
KARIMUN-(IDB) : Sudah bukan waktunya untuk menumpuk pasukan di Pulau Jawa, di saat perkembangan ekonomi kawasan yang semakin pesat, sekaligus meningkatnya ancaman yang menyertainya. 

Pasukan TNI harus ditempatkan di wilayah perbatasan yang rawan gangguan pihak asing. Untuk itu, Kementerian Pertahanan akan membangun Markas Batalyon dan Pangkalan Marinir TNI-AL, di Tanjung Sebatak, Karimun, Kepulauan Riau. 

Markas Batalyon Marinir tersebut membutuhkan lahan seluas 20 hektar. Namun lahan yang tersedia hanya 4 hektar. Bupati Karimun menyanggupi akan memenuhi kebutuhan lahan sesuai dengan proyeksi.

tanjung sebatak karimun 1024x643 Pangkalan Marinir Tanjung Sebatak, Karimun
Tanjung Sebatak (paling kanan), Karimun

Pangkalan Marinir ini akan dilengkapi peralatan tempur seperti: Artileri, Roket dan Kapal Tempur. Kekuatan pasukan sekitar 700 personel, dipimpin perwira berpangkat letnan kolonel. 

“Ada tiga atau empat titik. Kita akan kaji mana yang tepat untuk itu”, ujar Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, saat meninjau lokasi.

menhan ke tbk1 Pangkalan Marinir Tanjung Sebatak, Karimun
Menteri Pertahanan ke Tanjung Sebatak

Menurut Menteri Pertahanan, pembangunan Pangkalan Marinir di perbatasan, untuk mengamankan pulau pulau terluar dengan cara meningkatkan kekuatan TNI di perbatasan. 

Hasil kajian ini akan disampaikan ke Presiden, untuk diambil sebuah keputusan. Wilayah Karimun membutuhkan penjagaan yang ekstra karena berbatasan dengan Singapura, Malaysia dan Selat Malaka yang membutuhkan pertahanan yang kuat. 

Karimun sebagai daerah investasi, membutuhkan dukungan rasa aman dan nyaman bagi investor. Keberadaan Pangkalan Marinir ini diharapkan ikut mendorong pembangunan ekonomi di wilayah Karimun, Kepulauan Riau.

;/table>
Apakah pendirian Batalyon dan Pangkalan Marinir di Tanjung Sebatak, Karimun, terkait dengan pembangunan Pasmar III yang akan berkedudukan di Belawan, Sumatera Utara ?. Belum tahu. 
Embrio pembentukan Pasmar III dimulai dengan pembentukan Yonif 9 Brigif 3 di Paibiung, Lampung, bukan di Karimun. 
Tapi yang jelas, tugas Pasmar III mengamankan teritorial di sekitar wilayah Sumatera, termasuk pengamanan wilayah perbatasan perairan Indonesia dengan Malaysia dan Singapura. Otomatis Batalyon Marinir di Tanjung Sebatak Karimun, di bawah Komando Pasmar III.
Pasmar III juga akan membawahi Pangkalan Marinir yang akan dibangun di Pulau Nipah, untuk mengamankan perbatasan RI yang berdekatan dengan Singapura.
“Pasukan marinir dan TNI AL berjaga-jaga di perbatasan. Pasukan dilengkapi senjata. “Senjata biasa,” ujar Panglima Armada RI Kawasan Barat TNI AL, Laksamana Muda Didit Herdiawan.
pulau Karimun 1024x664 Pangkalan Marinir Tanjung Sebatak, Karimun
Pulau Karimun, Kepulauan Riau
marinir pulau nipah Pangkalan Marinir Tanjung Sebatak, Karimun
Marinir di Pulau Nipah
Pembangunan Pangkalan Marinir di Pulau Nipah, terkait dengan rencana Pemerintah Pusat untik membangun beberapa usaha, diantaranya: Tempat labuh jangkar kapal-kapal internasional yang melalui Selat Malaka, serta usaha perikanan. 
“Pulau Nipah akan dikembangkan sebagai kawasan sentra pertumbuhan ekonomi berbasis pertahanan”, ujar Direktur Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan Sudirman Saad.
Pulau Nipah seluas 44 hektar akan dialokasikan 15 hektar untuk pertahanan dan sisainya untuk: Bangun, Infrastruktur, Labuh Kapal, Pengisian Bahan Bakar dan Penjualan Air. 
TNI AL tampaknya memproyeksikan penempatan satu atau dua Kompi Marinir di Pulau Nipah, untuk dijadikan semacam Outpost.
pulau nipah Pangkalan Marinir Tanjung Sebatak, Karimun
Pulau Nipah
Bagaiamana dengan Pangkalan Marinir di Karimun ?. 
Pulau Karimun sangat strategis dan bisa dikatakan “Hot Spot”, karena berbatasan langsung dengan Singapura, Malaysia dan jalur Perdagangan Internasional Selat Malaka.
Pangkalan ini seharusnya bisa dijadikan Foward Base, tempat men-deploy logistik dan prajurit, jika sewaktu-waktu terjadi perang. Tanjung Sebatak juga bisa menjadi Resupply Base bagi kapal-kapal perang Indonesia yang berpatroli di perbatasan. ,/div>
Untuk itu pangkalan ini harus terlindungi dengan kuat. Mereka harus memiliki pertahanan udara, anti-serangan kapal, jammer, serta bunker untuk menampung persediaan amunisi dan bahan bakar.
presiden tinjau marinir 1024x535 Pangkalan Marinir Tanjung Sebatak, Karimun
Presiden SBY Tinjau Latihan Marinir
Jika tidak dilengkapi sistem pertahanan yang kuat, Markas Marinir ini, bisa menjadi menjadi “sitting duck” atau sasaran empuk bagi musuh. 
Sistem keamanan untuk markas terdepan sangat krusial dan memiliki nilai strategis yang tinggi. 
Pangkalan Marinir di Tanjung Sebatak, karimun akan melindungi wilayah terluar Indonesia, sekaligus memberikan rasa aman bagi jalur perdagangan, maupun investor yang menanam modal di Kepulauan Riau.
marinir ok 1024x682 Pangkalan Marinir Tanjung Sebatak, Karimun
Idealnya pasukan di Tanjung Sebatak berkekuatan satu Divisi (dari berbagai kesatuan), atau minimal “task force” yang mampu mandiri, jika terjadi perang. Sumber : JKGR

Dengan Corak Baru, Membuat Garang Hawk 200

MALANG-(IDB) : Sebuah gambar kepala Panther hitam menempel garang di badan pesawat tempur Hawk 200.Mulutnya mengaum garang,berlatar belakang sebuah gambar kilat yang menyala tajam.

Warna abu-abu langit,juga semakin membuat kepala Panther ini hidup,dan siap menerjang. Angka 12 tersebut merupakan penanda burung besi mematikan buatan Inggris tersebut berangkat dari Skuadron Udara 12, Pangkalan Udara (Lanud) TNI AU Pekanbaru.Hampir di ujung moncong pesawat juga tertulis angka 09. Nomor ini merupakan tanda nomor pesawat di skuadron tersebut.


Burung besi ini nampak mengkilat,dengan motif loreng perpaduan abu-abu muda dan abu-abu tua.Tampangnya garang.Siap menerjang angkasa. Menembus langit biru nusantara.Menggeliat cerdik di antara awan-awan putih, menghunus pusaka menerjang setiap lawan yang mengancam. Warna loreng abu-abu ini baru saja selesai digarap oleh para putra terbaik TNI AU yang tergabung di dalam Satuan Pemeliharaan (Sathar) 32,Depo Pemeliharaan 30, Lanud TNI AU Abdulrachman Saleh,Malang.

Bukan ahli dari Inggris, atau Amerika Serikat,yang membuat burung besi menjadi garang,segarang Panther. Putra-putra terbaik bangsa,yang bernaung di Sathar 32,mampu mandiri membuat Panther Skuadron Udara 12 mengaum di langit nusantara. Hanya berjarak beberapa langkah di depan Panther Skuadron Udara 12,tampak logo kepala Jonga atau Kijang, mulai sumringah.Jonga yang terpampang di badang Hawk 200 milik Skuadron Udara 1 Pontianak tersebut,juga akan menjalani masa-masa pergantian warna di Sathar 32.

Saat ini,Jonga lambang kelincahan, kecerdikan,dan kecepatan ini,masih menggunakan warna lama.Loreng hijau tua,dipadu hijau muda,dan cokelat,masih menempel lekat.Sebentar lagi,tangantangan terampil putra-putra terbaik yang tergabung di Sathar 32,akan memanjakannya dengan warna baru,loreng abu-abu.“Warna loreng abuabu, menjadi warna kamuflase resmi para pesawat tempur TNI AU,”ujar Pembantu Letnan Dua (Pelda) Lagiono. Prajurit TNI AU,yang sudah mengabdikan diri sejak tahun 1986 tersebut,menjadi salah satu bintara senior di Sathar 32.Perannya,khusus dalam hal menangani pengecatan pesawat TNI AU.Banyak pesawat tempur sudah ditanganinya, termasuk pesawat tempur F-16.

Dari tangan telaten para prajurit tersebut,saat ini sudah ada delapan unit pesawat tempur jenis Hawk yang sudah berganti kamuflase loreng abu-abu.Lagiono menyebutkan, pesawat jenis Hawk yang sudah selesai dicat dan diperbaiki, ada di Skuadron Udara 1 sebanyak lima unit,dan di Skuadron Udara 12 sebanyak tiga unit.“Pengerjaannya dilakukan di Malang.Ada juga yang kami kerjakan di skuadronnya masing-masing,” ujarnya begitu ramah. Butuh sedikitnya 7-8 galon cat,atau sekitar 28-32 liter cat untuk mengecat satu unit pesawat. Pengerjaannya dilakukan selama 1-2 minggu.

Prosesnya dimulai dari pembersihan cat lama,perbaikan,kemudian pengecatan dengan cat baru. Kualitas hasil pengecatan, tidak bisa diremehkan.Karya anak negeri ini,sudah terbukti memiliki kualitas tinggi. Salah satu buktinya,pengecatan yang dilakukan terhadap pesawat tempur taktis F- 16,sudah berusia 10 tahun,namun belum menunjukkan kerusakan.“ Kualitas kami utamakan. Selain itu,kerja seni juga menjadi bagian dari pencetan pesawat ini.Hingga membuat pesawat tampil garang, menawan,dan memiliki kualitas bagus,”ujar Lagiono.

Bukan sekadar kamuflase warna di badannya saja yang diganti dan dibersihkan.Kemampuan avionik,dan listrik instrumen pesawat,juga turut dibenahi dan dijaga di Sathar 32.Alhasil,pesawat temput taktis ini tidak hanya garang di luar,namun kegarangan mesinnya layak diacungi jempol. Kepala unit avionik dan listrik instrumen (Aviolinst) Sathar 32,Letnan Satu (Lettu) Elektronik (Lek),Andhi Setyo menyatakan,setiap pesawat tempur yang masuk perawatan di Sathar 32,akan dicek kondisi keseluruhannya.

“Satu incipun tidak boleh luput dari pengecekan, karena kondisi pesawat yang prima akan sangat mendukung kegiatan operasi yang dijalankan,”tegasnya. Secara keseluruhan,ada tiga tahap yang harus dilaksanakan dalam pengecatan dan perbaikan pesawat tempur ini. Tahapan itu,menurut kontrol kualitas Sathar 32,Pembantu Letnan Satu (Peltu),Haryanto, antara lain tahap predock; in dock; dan post dock. Tahap pre dockmeliputi penerimaan pesawat dari skuadron yang mengoperasionalkan. Kemudian dilanjutkan dengan tes seluruh sistem pesawat, termasuk uji fungsi dan performance engine pesawat.

Tahap in dock,berupa pembongkaran, pemeriksaan,perbaikan, dan pengetesan.“Dalam tahap terakhir,atau post dock,akan dilakukan penimbangan, pengecekan terakhir, dan tes terbang,”terangnya. Pengalaman dan prestasi pengecatan pesawat,serta perbaikannya ini,sudah berjalan sangat lama.Menurut Komandan Depo Pemeliharaan 30 Lanud TNI AU Abdulrachman Saleh Malang,Kolonel Dento Priyono,pada tahun 2012 ini,jadwal pengecatan sangat padat. Setelah menyelesaikan pengecatan sebanyak enam pesawat F 16,dilanjutkan pengecatan delapan unit Hawk 100,dan Hawk 200.

“Selain itu,masih menyelesaikan pengecatan pesawat angkut Cassa A 2103,dan Cassa A 2017,”ujarnya. Setiap pengecatan,dan perbaikan pesawat ini,dilaksanakan oleh tim kecil yang beranggotakan 8-10 orang personel.Mereka terdiri dari satu orang perwira,anggota, dan kontrol kualitas.Depo Pemeliharan sendiri,membawahi tiga satuan yakni Sathar 31; Sathar 32; dan Sathar 33. Sebuah kebanggaan tersendiri bagi bangsa ini.Setiap personel Sathar,memiliki ketelitian, kemampuan,dan jiwa seni untuk memperbaiki pesawat tempur.

Mereka membuat setiap burung besi TNI AU menjadi garang,layak terbang,dan lincah bermanuver di langit biru,memecah angkasa, menjaga setiap jengkal kedaulatan udara nusantara.


Sumber : Sindo

Analisis : Memperkuat Laut Arafuru

ANALISIS-(IDB) : Perairan luas di kawasan timur Indonesia sesungguhnya masih sepi dari pengawalan angkatan laut. Laut Arafuru yang berbatasan langsung dengan Australia membentang mulai dari Merauke sampai Tanimbar dan Timor Leste dari sisi strategi pertahanan dinilai sangat strategis. Perairan ini merupakan pagar utama mengamankan Papua dari gangguan infiltrasi atau serangan angkatan laut negara lain jika hendak menginvasi Papua.  Laut Arafuru juga bernilai historis patriotik ketika konflik Trikora pecah awal tahun 60an.  Yos Sudarso dengan sejumlah awak dan kapal perang KRI Macan Tutul bersemayam di perairan itu ketika hendak melakukan infiltrasi ke Papua setelah terjadi baku tembak dengan armada angkatan laut Belanda.
Pergelaran kekuatan angkatan laut sudah saatnya tidak lagi harus berpusat di Surabaya.  Sehingga manakala ada kegiatan operasi laut berupa Guskamla (Gugus keamanan laut)  dan Guspurla (Gugus tempur laut) dapat mengambil sejumlah KRI yang  sudah didomisilikan di Kupang atau Merauke dengan model shift misalnya untuk masa 3 bulan operasi.  Cara-cara ini tentu lebih efektif dari sisi kecepatan reaksi dan meminimalkan biaya perjalanan panjang dari Surabaya atau Makassar. Tapi yang terpenting dari semua itu tentu saja nilai kehadiran sejumlah KRI yang selalu ada di perairan Arafuru atau perairan Banda untuk mewibawakan teritori.
KRI Fatahillah, korvet pemukul strategis TNI AL
Permasalahannya tentu ada di seputar ketersediaan jumlah KRI untuk laut dalam.  Minimal yang diperlukan hadir di perairan timur Indonesia seperti Arafuru adalah jenis korvet atau KCR-60. Kapal perang kita dari jenis korvet diperkirakan berjumlah 24 unit dengan dominasi dari Parchim Class.  Pangkalan angkatan laut Kupang dan Merauke yang sudah berkualifikasi Lantamal sudah selayaknya diisi masing-masing dengan minimal 3 KRI berkualifikasi korvet termasuk adik kelasnya kapal patroli cepat minimal 3 unit untuk menunjukkan kehadiran setiap saat di pagar halaman belakang rumah kita. 
Australia selalu aktif menghadirkan sejumlah kapal perangnya di laut Timor dan sekitarnya termasuk menjadikan Darwin sebagai pangkalan utama angkatan lautnya.  Ini menunjukkan sebuah identitas pentingnya kehadiran kapal perang sebagai bentuk kewibawaan menjaga border perairan. Identitas kewibawaan ini sudah selayaknya  dilakukan oleh TNI AL dengan mengirim sejumlah KRI untuk dipangkalkan di Kupang dan Merauke selama beberapa waktu misalnya 3 bulan berganti shift.  Sehingga minimal ada 6 KRI berkualifikasi korvet yang hadir setiap saat mengawal Arafuru dan Banda.
Yang menggembirakan tentu saja sudah tersedianya satuan radar modern di Kupang, Saumlaki, Timika dan Merauke sehingga tidak ada lagi wilayah udara yang blank spot menghadapi infiltrasi dari selatan yang memang suka usil itu.  Seluruh satuan radar itu sudah terintegrasi sehingga dapat dipantau di pusat komando angkatan udara di Jakarta. Yang belum tentu saja jet tempur untuk melakukan perburuan dan penyergapan terhadap penerbangan tanpa identitas yang terdeteksi.  Sudah ada skuadron Sukhoi di Makassar namun rasanya kok masih terlalu jauh lokasinya dan lagi untuk intersep mestinya tidak  efisien jika menjadi tugas Sukhoi.  Cukup F16 atau F5E yang sudah seharusnya dipangkalkan di Kupang.
Biak sebenarnya paling siap untuk menerima kehadiran skuadron jet tempur.  Sudah tersedia 1 batalyon Paskhas disana berikut satuan radarnya.  Kita sangat berharap untuk program jangka pendek tiga tahun ke depan sudah tersedia 1 skuadron jet tempur F5E yang mengisi pangkalan udara Biak dimana 1 flight diantaranya digeser ke Kupang untuk melakukan patroli udara.  Jika hibah F5E dari Korsel direalisasikan maka kita punya 2 skuadron F5E, maka sudah selayaknya 1 skuadron dimutasikan ke Biak.  Jangan setengah hati memaksimalkan Biak yang sudah menanti sekian lama menunggu kehadiran jet tempur TNI AU menetap disana.
Formasi KRI Parchim Class dalam sebuah latihan tempur laut
Ketersediaan skuadron jet tempur ringan untuk patroli udara di kawasan timur Indonesia khususnya antara Biak, Kupang, Timika dan Merauke serta kehadiran yang terus menerus kapal perang RI di perairan Arafuru merupakan “fardhu kifayah” bagi kita. Karena ini merupakan bagian dari rukun kesempurnaan dalam konsep berpertahanan di bingkai wilayah NKRI.  Kalau kita mengabaikan rukun fardu kifayah berpertahanan ini maka kita sangat berdosa pada sebuah negara yang bernama Indonesia.  Kita sudah punya mata telinga yang lengkap berupa satuan radar yang saling berinteraksi di kawasan itu. Maka rukun berpertahanan itu akan semakin lengkap dengan kehadiran 1 skuadron jet tempur ringan untuk menjaga kewibawaan teritori udara diatas Arafuru dan Laut Timor.  Demikian juga dibentuknya Lantamal Kupang dan Merauke akan menjadi sebuah kesia-siaan jika tidak segera diisi dengan sejumlah KRI minimal KCR 60 atau korvet.
Laut Arafuru, laut Banda dan laut Timor adalah wilayah kita apakah itu menyangkut wilayah teritori pantai dan zona ekonomi eksklusif.  Kehadiran berupa patroli laut dan udara yang terus menerus di wilayah ini merupakan nilai wajah kita sesungguhnya.  Jika kita abai maka itulah raut wajah kita sesungguhnya yang tidak mampu menampilkan nilai kewibawaan yang sejatinya memiliki wilayah yang berwibawa.  Betapa tidak, posisi strategis negara ini yang menunjukkan kewibawaan teritorinya akan menjadi sebuah ironi manakala kita tidak mampu menjaganya, bahkan mengabaikannya.  
Mestinya ke depan ini tidak ada lagi alasan kurangnya armada kapal perang atau kurangnya jet tempur sebagai alasan tak mampu menjaga wilayah.  Mulai tahun ini dan seterusnya akan banyak berdatangan alutsista baru dan bergigi antara lain berupa kapal perang dan jet tempur. Kalau tahun ini mungkin kita masih bisa menghapus dosa fardu kifayah itu namun ketika matahari tahun 2015 sudah memancarkan sinar hangatnya  kita sudah harus mampu menjaga kewibawaan teritori darat, laut dan udara dengan kebanggaan yang pasti.  Jika itu pun belum bisa dilakukan maka satu-satunya jalan adalah menengadahkan tangan dihdapan Sang Pencipta: Ya Allah jagalah dan selamatkanlah negeri kami yang kaya raya ini.


Sumber : Analisis