Pages

Sabtu, Juni 16, 2012

Indonesia Targetkan Investasi Industri Pertahanan Mencapai 100 Triliun

BONTANG-(IDB) : Pemerintah menargetkan nilai investasi industri pertahanan nasional bisa mencapai sekitar Rp100 triliun dalam waktu lima tahun. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, pihaknya akan terus mendorong masuknya investasi di industri pertahanan, baik oleh swasta maupun badan usaha milik negara (BUMN).

Nilai investasi industri pertahanan tersebut terdiri atas berbagai macam sektor seperti alat utama sistem senjata (alutsista), pabrik peluru kendali (rudal), dan bahan peledak berkekuatan rendah atau amonium nitrat. Peningkatan investasi juga akan menaikkan devisa negara. Menurutnya, target tersebut bisa terpenuhi tidak hanya melalui pembangunan pabrik baru, tapi juga penambahan investasi serta kapasitas produksi.

Dia mencontohkan, pabrik amonium nitrat PT KNI yang senilai Rp4 triliun. ”Saat ini kapasitas produksinya 300.000 ton per tahun, sebelumnya hanya sekitar 120.000-150.000 ton per tahun,” kata Purnomo seusai peresmian pabrik amonium nitrat PT Kaltim Nitrate Indonesia (KNI) di Bontang, Kalimantan Timur,kemarin. Purnomo memperkirakan, kebutuhan amonium nitrat nasional terus meningkat menjadi 800.000 ton per tahun pada 2014-2015.

Saat ini kebutuhan amonium nitrat sekitar 600.000 ton per tahun. ”Ditambah produksi MNK (PT Multi Nitrotama Kimia) di Cikampek, Karawang, Jawa Barat, produksi dalam negeri menjadi lebih besar,”ucapnya. Saat ini hanya ada dua pabrik amonium nitrat di dalam negeri yakni PT KNI dan PT MNK.Sebenarnya ada satu lagi perusahaan BUMN di Bontang yakni PT Dahana, namun hingga kini masih belum diketahui secara jelas soal investasinya.

Lebih lanjut Purnomo menjelaskan, saat ini investor lainnya yakni PT Batuta tengah menjajaki investasi pembangunan pabrik amonium nitrat di Bontang.Dia mengaku sudah menerima proposal rencana investasi PT Batuta. Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak menambahkan, pihaknya mendukung investor di Bontang dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif, keamanan berinvestasi, menjamin kepastian hukum, serta mempermudah perizinan.

Awang mengungkapkan, Bontang menempati urutan kelima dari 33 provinsi terkait penanaman modal asing (PMA), nomor tiga untuk penanaman modal dalam negeri (PMDN), dan masuk dalam 10 besar regional champion investasi. Dia menyebutkan, realisasi investasi di Bontang tahun lalu mencapai Rp38 triliun, melampaui target awal Rp32 triliun.” Tahun ini kami targetkan Rp42 triliun.Termasuk industri batubara. Dua blok migas sedang dikembangkan,”ucapnya.

Direktur Utama PT KNI Antung Pandoyo optimistis, perusahaan yang dia pimpin bakal menjadi produsen amonium nitrat terbesar di Indonesia, bahkan mungkin Asia Tenggara. PT KNI akan berperan penting sebagai aset nasional untuk melayani industri pertambangan di dalam negeri.

Pembangunan pabrik tersebut juga akan menghemat devisa negara hingga USD150 juta. ”USD150 juta asumsinya harga USD500 per ton. Itu dikali 300.000 ton. Kalau harga USD600,akan lebih besar,”tandasnya.
  
Pengusaha Ingin Kemudahan Investasi Bahan Peledak

Pengusaha bahan baku peledak meminta sejumlah kemudahan untuk berinvestasi di sektor interview. Kementerian Pertahanan akan merivisi Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 22 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengaturan, pembinaan dan Pengembangan Badan usaha Peledak Komersial.


"Kami menerima banyak masukkan," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Bontang kepada Tempo, Jumat, 15 Juni 2012. Purnomo menerima sembilan pengusaha yang terkait bahan peledak dan lima importir. "Diantaranya kemudahan investasi dan perijinan."

Purnomo berjanji akan menindaklanjuti permintaan pengusaha ini. Pemerintah akan menyiapkan draft revisi peraturan ini. Namun Menteri Purnomo belum bisa memastikan kapan revisi ini akan dirampungkan. "Belum kami putuskan," kata dia.

Menteri Pertahanan sebelumnya mendorong badan usaha milik negara dan swasta untuk memproduksi bahan baku peledak atau ammonium nitrat. Permintaan ini disampaikan saat meresmikan PT Kaltim Nitrate Indonesia. Hingga saat ini hanya ada dua pabrik di dalam negeri yang memproduksi ammonium nitrat yaitu PT Multi Nitrotama Kimia dan PT Kaltim Nitrate Indonesia.

Saat ini Kementerian Pertahanan sedang mempelajari proposal pembangunan pabrik dari PT Batuta. Dia berharap, dengan semakin banyaknya produsen bahan baku peledak, ketergantungan impor bisa dikurangi. Dia berharap, pabrik yang beroperasi di Kalimantan Timur untuk terus memperbesar kapasitas. Menurut Purnomo, ekspansi ini perlu dilakukan karena potensi pasokan gas di wilayah ini sangat tinggi.
 

Sumber : Sindo 

Tergantung Siapa Yang Pegang

GN-(IDB) : Di tengah riuhnya pemberitaan kasus-kasus yang membelit partai-partai politik yang tanpa henti menjadi berita utama di media-media nasional, ada satu kabar ‘penting’ yang hampir pasti tidak mendapatkan porsi layak di media kita. Kabar itu datang dari kontingan TNI AD kita yang (lagi-lagi) menjadi juara umum kejuaraan menembak jitu Australian Army Skills at Arms Meeting (AASAM) 2012, sebuah ajang bergengsi berskala dunia yang diikuti berbagai personel angkatan darat dari berbagai negara di dunia.
 
Bukan main-main, para tentara TNI AD merebut juara umum ketiga kalinya berturut-turut, dan pada event yang baru saja berakhir tersebut, mereka mengumpulkan 25 medali emas, separuh dari medali emas yang disediakan untuk seluruh kontingen. Perolehan tersebut jauh di atas perolehan personel AD dari negara-negara yang selama ini dikenal kuat secara militer, seperti AS, Inggris, Prancis, bahkan tuan rumah Australia.


Bukan itu saja, berungkali para pemuda Indonesia di TNI AD menjuarai lomba menembak di berbagai even dunia, saya masih ingat betapa mereka selalu menorehkan prestasi membanggakan dalam kejuaraan2 di ASEAN, dan dalam misi PBB di Lebanon.

Apa arti semuanya?
 
Kita tidak boleh lupa, bahwa para pendahulu kita adalah para warrior sejati, pejuang dengan patriotisme tinggi, dan rela menanggalkan apa saja kepunyaan mereka untuk membela bangsanya. Dari prestasi-prestasi di atas, saya melihat bahwa profesionalisme para prajurit kita, para komandan dan pelatihnya, tak lepas dari tradisi pembinaan berkesinambungan yang sangat baik. Prestasi-prestasi di atas tentu sedikit banyak menjadi parameter kemampuan personel angkatan bersenjata Indonesia yang di atas rata-rata militer tetangga kita, bahkan negara-negara barat yang selama ini menjadi tolok ukur kekuatan militer.

Jangan salah, senjata yang dipegang para prajurit dalam menjuara turnamen-turnamen tersebut adalah senapan serbu produksi dalam negeri, yakni SS-2 produksi PT Pindad. Tentu harus kita akui, secara teknologi, kemampuannya masih dibawah senapan-senapan yang dipakai personel negara peserta lain, seperti Steyr Aug, MP4 Carbine, atau HK G36, namun kenapa justru SS-2 yang menjadi raja? Tak lain dan tak bukan adalah orang yang memegangnya. Kemampuan individu para prajurit negeri ini jelas menjadi oase penting, bahwa dengan tradisi kesungguh-sungguhan, kita mampu sejajar dengan bangsa lain, bahkan di atasnya.

Bravo, TNI...!!!


Sumber : GoodNews