Pages

Kamis, Juni 14, 2012

30 Prajurit Baru Perkuat Pasukan Elit Marinir

SURABAYA-(IDB) : Pasukan elit TNI AL bertambah 30 orang, hal tersebut setelah Wakil Komandan Komando Pendidikan Marinir (Wadan Kodikmar) Komando Pengembangan dan Pendididkan Angkatan Laut (Kobangdikal) Kolonel Marinir Lasmono menutup Pendidikan Intai Amfibi (Diktaifib) Angkatan ke-38 di lapangan apel Kodikmar Gunungsari, Surabaya, Kamis (14/6/2012). 
Pendidikan Komando  yang berada di bawah Sekolah Khusus (Sesus) Pusat Pendidikan Infantri Marinir Kobangdikal tersebut,  diikuti 30 siswa dan berhasil menyelesaikan pendidikan selama delapan bulan.
Dari 36 prajurit yang mengikuti pendidikan Diktaifib, hanya 30 orang yang lulus dan memenuhi kualifikasi yang ditentukan, sementara itu enam prajurit lainnya dikembalikan ke satuan asal karena tidak lulus dalam mengikuti program pendidikan pasukan elit TNI AL yang terkenal tanpa kompromi tersebut.
Menurut Komandan Kodikmar Kolonel Marinir Hasanuddin dalam amanatnya yang dibacakan Wadan Kodikmar Kolonel Marinir Lasmono mengatakan bahwa tujuan diselenggarakannya pendidikan intai amfibi ini adalah untuk menyiapkan prajurit taifib Marinir sebagai prajurit pilihan yang dapat melaksanakan tugas pengintaian dan penyelidikan dalam Operasi Amfibi dan operasi-operasi lain, baik secara perorangan m`upun tim.
Keberhasilan dalam menempuh pendidikan, lanjutnya hendaklah menjadi pendorong untuk membangkitkan semangat kerja, dan pengabdian kepada bangsa dan negara, khususnya Korps Marinir dan TNI AL.
”Dalam menghadapi tantangan tugas yang semakin berat dan kompleks kedepan, diperlukan prajurit-prajurit mandiri dan memiliki kemampuan handal, mobilitas tinggi dan profesionalisme,” terang pamen melati tiga di pundak tersebut.
Peningkatan profesionalisme bagi prajurit, tambahnya, berarti seorang prajurit harus fokus terhadap peningkatan kualitas diri yang meliputi keberanian, kemampuan intelektual dengan ditunjang kualitas moral yang baik, yakni prajurit yang memiliki etos kerja yang tinggi, yang selalu mempunyai keinginan untuk maju dan selalu bekerja keras untuk kepentingan TNH, Negara dan Bangsa serta dilandasi iman dan taqwa.  
Setelah pelaksanaan upacara, dilanjutkan dengan foto bersama dan acara ramah tamah. Selanjutnya  mantan siswa Diktaifib Angk. XXXVIII TA. 2011 dikembalikan ke satuan asal, guna menunggu penempatan oleh Disminpers Kormar ke satuan baru yaitu Batalyon Taifib -1 Marinir Surabaya dan Batalyon Taifib -2 Marinir di Jakarta.
Bagi prajurit merupakan fokus utama, yaitu prajurit TNI AL yang memiliki keberanian, kemampuan intelektual dengan ditunjang kualitas moral yang baik, yakni prajurit yang memiliki etos kerja yang tinggi, yang selalu mempunyai keinginan untuk maju dan selalu bekerja keras untuk kepentingan TNI, Negara dan Bangsa, yang didasari dengan iman dan taqwa.  


Sumber : TNI AL

TNI AD Dan PT. DI Kerjasama Rancang Bangun TDR Sista Rudal Grom

BANDUNG-(IDB) : Penanda tanganan kontrak rancang bangun TDR (Target Data Receiver) bersama PT DI bertempat di Sdirbinlitbang Pussenarhanud pada tanggal 13 Juni 2012 di tanda tangani oleh Dirbinlitbang Pussenarhanud Kol Arh Dedi Sholihin sebagai wakil dari Pussenarhanud dengan Direktur Teknik dan Pengembangan PT DI, Dita Ardonni Jafri, target akhir TA 2012 sudah tergelar TDR (Target Data Receiver) yang akan digabungkan dengan Mer 23 mm Zur composit Rudal Grom. TDR ini akan membantu dalam pendeteksi pesawat musuh dan data tersebut akan dikirimkan ke Satuan Tembak (Satbak).
 
Pengendalian tempur oleh Battery Command and Control Vehicle (BCCV) terhadap pucuk-pucuk Meriam 23 mm/Zur hybrid Rudal Grom menggunakan kabel sepanjang 200 m, sehingga hal ini mempengaruhi daerah gelar dalam rangka melaksanakan pertahanan udara terhadap obyek yang dilindungi. Apabila pengendalian tempur dalam bentuk koneksi data dan komunikasi tersebut tidak menggunakan kabel (wireless), maka selain diperoleh penggelaran meriam yang lebih luas, juga dapat berperannya setiap pucuk Meriam  23 mm/Zur hybrid Rudal Grom sebagai Satbak. 

Dengan demikian, konfigurasi Detasemen dapat dikembangkan menjadi 1 Radar, 2 BCCV, 4 Satbak Meriam 23 mm/Zur hybrid Rudal Grom dan 4 Satbak Rudal Poprad. Konfigurasi seperti ini diharapkan akan memperluas daerah pertahanan udara (coverage area) dan secara taktis, diperoleh kepadatan penyerangan sasaran sehingga efektivitas pertahanan udara semakin optimal.

Berawal dari pemikiran tersebut diatas, maka pada TA 2010, Pussenarhanud Kodiklat TNI AD telah melaksanakan program Litbang yaitu Rancang Bangun Target Data Receiver (TDR) Sista Rudal Grom. Pada pelaksanaan program Litbang TA 2010, telah diperoleh tujuan dan sasaran yang diinginkan yaitu terwujudnya suatu peralatan TDR untuk pengendalian tempur meriam 23 mm/Zur, yang bertindak sebagai satuan tembak. Dari hasil evaluasi program, diperoleh beberapa hal perlu pengembangan program lebih lanjut demi kesinambungannya program Litbanghan. 

,div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
Hal-hal yang perlu dikembangkan dari pencapaian program Litbanghan TA 2010 antara lain perubahan bentuk dan ukuran serta kemampuan laptop sehingga lebih mudah dalam penggunaannya di lapangan. Selain itu karakteristik dan kemampuan radio perlu ditingkatkan untuk menjangkau jarak penyaluran data sasaran. Pengembangan komponen laptop dan radio pada proposal kegiatan program ini selain bertujuan untuk meningkatkan kemampuan unit TDR, juga mempertimbangkan kesesuaian operasional unit TDR ini di lapangan.

Untuk menjamin berkelanjutannya program Litbanghan Pussenarhanud, maka perlu diajukan program Litbang untuk mengembangkan program Rancang Bangun Target Data Receiver (TDR) Sista Rudal Grom sebagai program pengembangan untuk program kerja dan anggaran TA 2012. Melalui pengembangan sistem dan metode, diharapkan kesinambungan program Litbang ini dapat menjadi salah satu langkah untuk meningkatkan kemampuan Alut Sista Rudal Grom.

Laptop yang ada pada TDR Sista Rudal Grom hasil program Litbang TA 2010 walaupun memiliki kriteria semi rugged laptop, namun masih kurang portable, sehingga akan menyulitkan awak meriam untuk mengoperasikannya di lapangan. Pengembangan ukuran dan jenis laptop yang lebih bersifat portable dan memiliki GPS built-in, selain akan memudahkan operasional awak meriam, juga akan meningkatkan efisiensi penggelarannya.

Radio yang ada pada TDR Sista Rudal Grom hasil program Litbang TA 2010 merupakan radio komersial sehingga tidak memiliki kemampuan anti jamming terhadap gangguan transmisi data pada saat operasional. Pengembangan kriteria radio menjadi milspec radio dan berjenis manpack selain akan memudahkan operasional awak meriam dan meningkatkan kemampuan jarak jangkau transmisi data sasaran, juga akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas penggelarannya.

Melalui pengembangan sistem dan peralatan pada model TDR, akan diperoleh model Target Data Receiver (TDR) Sista Rudal Grom yang memiliki kemampuan dan kesesuaian operasional yang tinfgi. Dengan diperolehnya TDR yang handal, pucuk meriam 23 mm/Zur pada Sista Rudal Grom dapat berperan sebagai satuan tembak sehingga dapat digelar secara lebih fleksibel dengan jarak lebih jauh, dapat memperluas coverage area, serta secara taktis akan diperoleh kemungkinan menembak seawal mungkin demi terwujudnya efektivitas pertahanan udara.


Sumber : Pussenarhanud

TNI AU Gelar Latihan Udara Di Biak Papua

PAPUA-(IDB) : Markas Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional IV TNI AU di Kabupaten Biak Numfor, Papua, akan mengelar latihan udara bersandi `Perkasa` di wilayah paling Timur Indonesia, 10-12 Juli 2012 di Biak.

Panglima Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional (Pangkosek Hanudnas) IV Biak, Marsekal Pertama TNI Deddy N Komara di Biak, Kamis, mengatakan, latihan pertahanan udara itu melibatkan empat pesawat tempur `hawk` dari Skadron 1 Pontianak serta helikopter TNI AU.

Dikatakan, latihan `Perkasa` merupakan program rutin Pertahanan Udara Nasional TNI Angkatan Udara (AU). Tahun ini digelar di Sumatera dan Papua, khususnya Biak.

"Tujuan latihan pertahanan udara dengan sandi `Perkasa` ini merupakan salah satu kegiatan tahunan guna mengasah kemampuan dan ketrampilan prajurit TNI AU melaksanakan tugas pokok menjaga kedaulatan teritorial udara Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," tuturnya.

Ia mengharapkan, latihan pertahanan udara nasional di wilayah kerja Kosek Hanudnas IV Biak dapat berjalan lancar hingga selesai.

Menyinggung pelanggaran udara di wilayah Papua oleh pesawat asing, menurut Marsma Deddy, selama dirinya bertugas sebagai Pangkosek Hanudnas IV belum ada yang serius.

Sebab, menurutnya, pergerakan pesawat selalu terpantau dari satuan radar di wilayah kerja Kosek Hanudnas Biak.

"Meski belum terlihat pelanggaran wilayah udara di Papua (oleh pihak asing), namun jajaran prajurit di satuan radar dan Kosek Hanudnas IV selalu siap siaga mengamankan kedaulatan teritorial wilayah udara NKRI," tegas Pangkosek Marsma Deddy.


Sumber : Antara

Pangdam Jaya Tutup Latihan Pratugas Pengamanan VVIP

kodam-subJAKARTA-(IDB) : Panglima Kodam Jaya/Jayakarta Mayor Jenderal TNI Waris bertindak sebagai inspektur upacara Penutupan Latihan Pratugas Pengamanan VVIP Kodam Jaya TA 2012,  di lapangan Markas Brigif 1 Pengaman Ibukota/Jaya Sakti Jalan Raya Kalisari Jakarta Timur. 

Tampak hadir Kepala Staf Kodam Jaya Brigadir Jenderal TNI Edy Susanto, Irdam Jaya, Danrem 051/Wkt, Danrem 052/Wkr, Asrendam Jaya, para Asisten Kasdam Jaya, Perwira Ahli Pangdam Jaya, Perwira LO AL, AU, para Kabalak, Para Dansat jajaran Kodam Jaya
.
Pangdam Jaya dalam amanat menyampaikan bahwa Latihan seperti ini diselenggarakan sebagai upaya untuk mempertinggi kesiapsiagaan personel, maupun satuan serta memantapkan kemampuan para prajurit dalam olah keprajuritan, yang tergabung dalam satuan Tugas Pengamanan VVIP jajaran Kodam Jaya/Jayakarta.

Melalui latihan pratugas ini diharapkan,  mampu melaksanakan prosedur teknik dan taktik pengamanan secara tepat dan benar,  sehingga tugas pokok Kodam Jaya/Jayakarta dalam menyelenggarakan pengamanan VVIP pada ring 2 dan ring 3 pengamanan di wilayah DKI Jakarta, Tangerang, Bekasi dan Depok dapat terlaksana dengan baik.

Sebagai prajurit yang  telah dibekali berbagai pembekalan latihan teknis dan taktis,  serta aplikasi dan keterampilan untuk melakukan tugas-tugas pengamanan VVIP hendaknya dalam penugasan sebenarnya nanti, dapat menghadirkan sosok prajurit yang memiliki kepercayaan diri,  dan pantas diandalkan dalam pelaksanaan tugas nanti.

 Namun satu hal yang tidak boleh dilupakan, yaitu agar selalu waspada dalam situasi dan kondisi apa pun,  dengan selalu mengantisipasi  dinamika lingkungan  yang senantiasa bergerak dengan cepat di daerah penugasan.  Jangan pernah melupakan disiplin tempur, yang telah kalian kuasai dengan baik, dan laksanakan tugas sesuai perintah.

Pangdam juga mengharapkan,  agar kesungguhan dan semangat berlatih, seperti yang telah di tunjukkan selama pelaksanaan latihan pratugas ini, dapat pula ditampilkan dalam pelaksanaan tugas nanti. Dengan selesainya latihan ini, agar materi yang telah dilatihkan dapat bermanfaat sebagai upaya untuk meningkatkan profesionalitas prajurit, dalam rangka tugas pengamanan VVIP.


Sumber : Poskota

Menhan Menerima Kunjungan Menlu Republik Belarus

JAKARTA-(IDB) : Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro, Senin (12/6) menerima Menteri Luar Negeri Republik Belarus, Sergei Martynov di Kantor Kementerian Pertahanan RI. 

Maksud dari kunjungan Menlu Belarus adalah selain untuk meningkatkan hubungan diplomatik kedua negara dan membuka peluang kerjasama strategis di bidang pertahanan. 

Kerjasama pertahanan ini lebih mengarah kepada produksi bersama Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) dengan dasar Transfer of Technology (ToT).


Sumber : Kemhan

Analisis : Menggagahkan Diri Di Teras Depan

ANALISIS-(IDB) : Selat Malaka adalah jalan raya laut yang ramai lancar memisahkan tiga rumah negara bertetangga Indonesia, Malaysia dan Singapura yang masing-masing punya pagar pengaman yang berbeda.  Sementara selat Singapura adalah jalan raya laut nan sempit padat merayap yang memisahkan Indonesia dan Singapura dan merupakan selat terpadat yang dilintasi berbagai kapal niaga segala ukuran.  Di selat sempit yang memisahkan Batam dengan Singapura, negeri pulau kota itu memagari dirinya dengan beragam alutsista untuk meyakinkan wilayah negerinya yang kecil itu aman dari gangguan berskala apapun. 

Kemampuan intelijen dan teknologinya serta kekuatan alutsista yang dimiliki Singapura memberikan kesan dan pesan agar pihak eksternal jangan bermain api dengannya. Pihak yang dimaksud tentu Indonesia dan Malaysia.  Bedanya adalah negeri kecil itu memang punya rumah kecil yang sekaligus sebagai pusat eksistensi mereka sehingga mereka membentuk kombinasi pertahanan sarang lebah yang siap menyengat jika diganggu.  Jika tak diganggu ya tak apa-apa, namanya juga lebah, tidak ingin mengganggu dan tak ingin diganggu.  Demikian juga dengan Malaysia walau tidak sedahsyat Singapura dalam mengamankan teritorinya di selat Malaka, secara de facto mereka lebih bereaksi cepat jika ada pelanggaran teritori perairannya dibanding dengan Indonesia.
Pulau Nipah, dipersiapkan sebagai beranda yang gagah
Indonesia yang memiliki teritori lahan “semilyar hektar” dan merupakan teritori terbesar di Asia Tenggara juga sudah melakukan pagar pengamanan untuk menjaga kedaulatan teritorinya di batas jalan raya laut yang menghubungkan Asia Selatan, Timur Tengah dengan Asia Timur.  Salah satunya tentu dengan menghadirkan “satpam” berupa kapal patroli TNI AL di sepanjang teras depan rumahnya.  Tetapi harus diakui kehadiran satuan angkatan laut dengan alutsistanya ini belum sampai pada kategori gagah dan kekar.  Kehadiran kapal patroli di teras depan yang bernama selat Malaka dan selat Singapura belum mencerminkan kewibawaan pada sebuah teritori negara yang paling besar wilayahnya, paling besar pula penduduknya dan punya sumber daya alam yang melimpah.

Lalulintas di jalan raya laut seperti selat Malaka dan selat Singapura tentu memerlukan kehadiran negara yang berwibawa dalam bentuk satuan patroli laut  yang siaga penuh dan cepat bereaksi sebagai wujud eksistensi kita  di jalan raya laut yang juga menjadi border negara kita.  Mencontohkan cara kerja PT Kereta Api Indonesia manakala ada kereta api melewati stasiun besar dan kecil baik berhenti atau tidak, selalu ada personil kereta api bertopi yang memberi hormat dan semboyan sehingga kita mengetahui ada kehadiran dan monitoring dalam perjalanan kereta api tadi.

Satuan kapal cepat rudal (KCR) adalah kendaraan yang paling pas untuk memastikan kehadiran angkatan laut yang berwibawa untuk mengawal dan mengamankan teritori negara.  Menghadirkan satuan kapal cepat rudal di selat Malaka dan selat Singapura bukan dimaksud untuk pamer kekuatan tetapi untuk meyakinkan pemakai lalulintas jalan raya laut terpadat itu bahwa mereka berada di salah satu sisi jalan raya laut yang bernama Indonesia. Kehadiran patroli KCR ini juga sekaligus untuk memberikan rasa aman bagi perjalanan kapal niaga dari kejahatan perompakan laut di dua selat ini.  Manfaat lain adalah memberikan sinyal pada negara tetangga yang berbatasan laut dengan RI bahwa kita hadir mengawal teritori dengan postur meyakinkan.
Jet tempur F16 segera ditempatkan 1 skuadron di Pekanbaru
Oleh sebab itu pembentukan satuan kapal cepat rudal di Armada Barat yang sudah diputuskan setahun yang lalu mestinya sudah dapat memberikan warna kehadiran tadi.  Termasuk menambah kuantitas KCR hingga mencapai jumlah mencukupi melakukan patroli laut sepanjang selat Malaka dan selat Singapura every time.  Ketika dibentuk satuan kapal cepat rudal di Armada Barat setahun yang lalu jumlah alutsista berupa KCR tidak lebih dari 10 KCR.  Kita sangat berharap jumlah itu bisa dilipatgandakan menjadi minimal 25 KCR dimana sebagian kapal mengawal perairan Natuna dan sebagian lagi mengawal selat Malaka dan selat Singapura.

Kehadiran satuan tempur Marinir di Riau Kepulauan adalah decision yang bagus untuk mempertegas nilai tambah kehadiran satuan pengamanan berkualifikasi serbu amfibi di teras depan rumah kita.  Bukankah teras atau beranda depan rumah kita adalah lambang kewibawaan sebuah rumah apalagi jika pengamanannya dilengkapi dengan pengaman berkualitas herder.  Ini juga sekaligus ingin mengubah sebuah “peribahasa” yang berbunyi masuk dulu baru digebuk.  Lalu menggantinya dengan syair lagu berirama mars, gebuk dulu sebelum masuk.  Jalan ke arah itu sedang dipersiapkan.  Kita sudah punya satuan Marinir di Lhok Seumawe, Belawan dan yang sedang dipersiapkan adalah satuan tempur Marinir di Batam, Nipah dan Karimun.  

Kombinasi kapal cepat rudal di Armada Barat dan penempatan satuan Marinir di jalan raya laut itu diniscayakan memberikan nilai kegagahan dalam postur pengamanan laut di kedua selat itu.  Sebaran kapal cepat rudal ini bisa dipangkalkan di Belawan, Dumai dan Tg Pinang untuk mengantisipasi kecepatan reaksi dan coverage patroli.  Kegagahan ini akan semakin kinclong manakala 1 skuadron jet tempur F16 sudah memasuki home basenya yang baru di Pekanbaru termasuk skuadron UAVnya sehingga memberi tambahan kekuatan bagi skuadron Hawk yang sudah lebih dulu berhome base di ibukota Riau Daratan itu.

Ada pertanyaaan lalu bagaimana dengan kapal-kapal KKP yang juga melakukan patroli keamanan laut. Jawabannya tetap saja jalankan fungsinya sesuai tupoksi tentu dengan koordinasi Angkatan Laut.  Fungsi kapal-kapal KKP adalah memantau dan menangkap kapal asing yang melakukan kegiatan ilegal fishing di laut teritori kita.  Jika ada insiden antara  kapal patroli KKP dengan negara tetangga, satuan kapal cepat rudal TNI AL bisa memback upnya sehingga kehadiran KCR memberikan nilai gentar bagi keinginan jiran untuk ber insiden dengan kita.
Manuver KRI Clurit dengan 2 Rudal C705
Pemenuhan kebutuhan kapal cepat rudal tidaklah menghadapi kendala karena kapal perang jenis ini sudah bisa diproduksi oleh galangan kapal nasional kita baik PT PAL maupun swasta nasional.  PT PAL sedang mempersiapkan minimal 6 KCR ukuran 60 meter sementara galangan kapal di Batam sudah menghasilkan 2 dari 6 pesanan KCR ukuran 40 meter.  Kapal ketiga akan diserahkan Nopember tahun ini.  Galangan kapal di Banyuwangi juga sedang menyiapkan beberapa kapal perang Trimaran yang juga berkualifikasi KCR. 

Penyiapan KCR bersinergi dengan produksi rudal anti kapal C705 kerjasama dengan Cina.  Dengan membawa 2 rudal C705 sebagai senjata pukulnya maka setiap KCR yang melaju cepat di jalan raya laut beranda rumah kita tentu memberi nilai kegagahan yang meyakinkan sebagai bentuk kewibawaan kehadiran  yang sebanding dengan besarnya rumah yang harus dijaga ini.   Kehadiran KRI Sigma Diponegoro di Singapura untuk menjemput Presiden SBY dari kunjungan ke negeri itu awal bulan ini dan dikawal oleh 2 KCR dari Clurit Class memberikan aura kebanggaan bagi siapapun yang melihatnya.  Akan lebih bangga lagi jika kehadiran itu bukan hanya sekedar menjemput seorang Kepala Negara melainkan dengan kehadiran yang terus menerus di beranda jalan raya laut itu. Bukankah ini bentuk dari formula menggagahkan diri untuk sebuah kepantasan dan kepatutan yang memang harus dipertontonkan di wilayah border yang bernama Republik Indonesia.


Sumber : Analisis

Perancis Obral Alutsista Dan ToT Ke Indonesia

rafale Last Tango in ParisBJKGR-(IDB) : Perancis datang ke Indonesia di saat yang tepat, akan tetapi sekaligus memberikan pilihan yang sulit. Negara pembuat Frigate La Fayette ini tiba tiba saja menawarkan transfer teknologi, untuk berbagai jenis mesin perang. Perancis seolah-olah tahu, Indonesia sedang “mumet” dengan urusan Transfer of Technology (ToT) yang beberapa kali “dikerjai” oleh negara yang diajak bekerjasama.

Dua tawaran yang disorong oleh Perancis adalah transfer teknologi untuk meriam kelas berat Caesar 155mm, jika Indonesia membeli dalam jumlah besar. Tawaran berikutnya yang menggiurkan adalah penjualan mesin pesawat tempur untuk Indonesian fighter jets experiment (IFX), jika Indonesia bersedia membeli pesawat Rafale.

IFX tampaknya harga mati yang dipatok oleh pemerintah untuk membuat lompatan teknologi di tanah air yang sudah lama terhenti. Pemerintah sangat percaya diri dengan pembangunan IFX, karena Indonesia cukup maju di teknologi dirgantara. 

Jika proyek IFX ingin berjalan mulus, TNI AU tampaknya harus berpaling dari rencana ke depan yang ingin membeli Sukhoi SU-35, ditukar dengan Rafale Perancis.

rafale1 Last Tango in Paris
Jet Tempur Rafale Perancis
Hingga kini belum ada negara asing yang membeli jet tempur Rafale, sehingga Perancis harus menambahkan opsi ToT, agar jet tempurnya dibeli orang. Pola pembelian alutsista plus ToT sudah dilakukan Indonesia untuk Panser Anoa dan Ranpur Sherpa. 
 
Persoalan lain bagi Indonesia sekaligus peluang bagi Perancis, adalah pembangunan 3 kapal selam Changbogo Indonesia, oleh Korea Selatan. Pemerintah Korea Selatan meminta uang 300 juta USD, jika Indonesia menginginkan transfer teknologi dari kapal selam tersebut.

Kalau klausal itu tidak dipenuhi, maka pengorbanan membeli tiga kapal selam kelas “anjing kampung” yang bergerak sangat lamban akan menjadi sia-sia. Untuk apa membeli kapal selam seperti itu, jika tidak disertai Transfer of Technologi.

Tapi apakah Indonesia yang uangnya pas-pasan mau merogoh kocek tambahan 300 juta USD, demi mendapatkan ToT kapal selam Changbogo ?. Godaannya adalah, dari pada menambah uang 300 juta USD, lebih baik dibelikan kapal selam Kilo Class Rusia.

Kemampuan tempur kapal selam Kilo Class, tidak perlu diperdebatkan lagi. Negara Barat saja menyebutnya sebagai lubang hitam (Black-Hole), bagi sistem pertahanan mereka.

Namun untuk mendapatkan Kilo Class, bukan perkara gampang, karena pengadaan alutsista harus disertai ToT, seperti yang diamanatkan Presiden SBY. Sementara kita semua tahu untuk urusan ToT, Rusia sangat “pelit”, terutama bagi negara non-sekutu lama mereka.

Di sinilah posisi Perancis menjadi penting. Perancis menawarkan penjualan kapal Selam sekaligus dengan ToT-nya kepada Indonesia.

“Kalau ingin membeli kapal selam yang bagus, jangan ke Korea yang “KW2″, beli langsung ke pembuatnya, seperti kami”, ujar salah seorang pejabat Perancis.

MalaysiaSub Last Tango in Paris
Scorpene Class Perancis, Milik Malaysia
Di tengah krisis Eropa saat ini, Perancis tidak terlalu perduli untuk membatasi transfer teknologi militer konvensional. 
 
Bahkan Perancis pun menawarkan penjualan rudal konvensional tercanggihnya Exocet MM40 Block III. Padahal sebelum krisis Eropa, untuk mendapatkan Exocet MM-40, Indonesia sangat kesulitan dan dihadapkan pada jalan yang berliku.
 
“Tuan….barang dagangan sudah digelar. Now…..make your Choice !”, mungkin begitulah yang disampaikan pejabat militer Perancis yang sudah tahu masalah yang dihadapi para Petinggi TNI dan Kemenhan.

Selain munculnya masalah dalam pembelian kapal selam Changbogo, pengadaan Light Frigate Sigma 10514 juga masih menyimpan persoalan.

Anggota Komisi 1 DPR, berniat menyoal pembelian Sigma 10514, karena tidak disertai dengan ToT yang diharapkan. Wakil Ketua Komisi 1 DPR, TB Hasanuddin, mempertanyakan mengapa Orrizonte Fincantieri Mosiaic Italia tidak jadi dibeli, padahal Italia bersedia melakukan ToT 25 %.

Di tengah persoalan itu, Perancis bisa menyambung ucapannya lagi. “Bagaimana tuan-tuan…?. Mau mencoba frigate La Fayette yang telah dilengkapi teknologi Stealth ?”, ujarnya sambil bersenandung lagu last tango in paris.

Tampaknya kecil kemungkinan bagi Indonesia membatalkan pembelian Sigma 10514 Belanda karena telah menandatangani kontrak. Kecuali mau membatalkan pembelian 3 korvet Nakhoda Ragam Class ex Brunei Darussalam, ditukar dengan Frigate La Fayette, berikut ToT-nya.

la fayette f 710 02 Last Tango in Paris
Frigate La Fayette Perancis
Pilihan yang sulit karena TNI AL harus mengejar kuantitas MEF (minimum essensial Force) 2014.
 
Tampaknya langkah Malaysia berpartner dengan Perancis untuk urusan kapal laut sudah tepat. Mereka memesan kapal Selam Scorpene Class ke Perancis. 

Dan kini Malaysia juga memesan 6 Light Frigat Gowind Class ke Perancis dengan imbalan ToT. Bahkan Gowind Class kedepannya akan dibangun di Malaysia.

Langkah yang diambil oleh Angkatan Laut Malaysia, terukur dan tepat sasaran.

Berbicara tentang ToT, kini Angkatan Darat terus melaju dengan pembangunan Rudal Nasional yang diharapkan memiliki jangkauan tembak di atas 100 km pada tahun 2014. Targetnya adalah peluru kendali dengan jarak tembak 300 – 500 Km. 

Begitu pula dengan TNI AU melaju dengan proyek IFX dan diharapkan 6 prototype IFX rampung pada tahun 2013.


Sumber : JKGR