Pages

Jumat, Juni 01, 2012

Pangarmatim Tinjau Latihan Parsial SAR Kapal Selam


SURABAYA-(IDB) : Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H, M.Hum berkesempatan meninjau pelaksanaan latihan Parsial SAR Kapal Selam yang dilaksanakan oleh Satuan Kapal Selam Koarmatim dan Dislambairarmatim, Jumat (1/6).

Latihan yang akan dilaksanakan pada minggu IV bulan Juni 2012 dimaksudkan untuk melatih unsur-unsur dan seluruh komponen SAR TNI AL dalam menyelenggarakan pencarian dan penyelamatan  (SAR) memberikan bantuan atau pertolongan terhadap kapal selam yang mengalami kedaruratan di bawah air. Latihan SAR ini merupakan latihan pertama yang akan dilaksanakan oleh TNI AL, oleh karena itu Pangarmatim menekankan agar dilaksanakan latihan secara parsial terhadap seluruh skenario latihan yang akan dilaksanakan, sehingga latihan SAR benar-benar dapat terlaksana dengan baik.

Dalam kunjungan tersebut, Pangarmatim berkesempatan menyaksikan proses penggenangan dan pengeringan Conning tower kapal selam yang dalam skenario latihan nanti akan dipergunakan sebagai tempat peluncuran para awak kapal selam dalam proses penyelamatan diri apabila kapal selam mengalami kedaruratan di bawah air.

Latihan parsial SAR kapal selam dilaksanakan selama lima hari, dimulai tanggal 28 Mei hingga 1 Juni 2012. Latihan dilaksanakan dalam dua tahap yaitu teori dan praktek. Tahap teori dilaksanakan dari tanggal 28 hingga 30 Mei di Dock Kapal selam dan di ponton lumba-lumba. Sedangkan tahap praktek dilaksanakan dari tanggal 31 Mei  sampai1 Juni 2012 di dermaga kapal selam.

Dalam tahap praktek kapal selam disimulasikan duduk dasar dan tidak dapat dihembus dari dalam kapal selam, sehingga memerlukan bantuan dari unsur penyelam TNI AL (Dislambair) untuk menghembus tangki pemberat pokok (TPP) kapal selam, sehingga kapal selam dapat timbul ke permukaan. 

Setelah kapal selam diketahui lokasinya, unsur penyelam memasang Hose Connection ke TPP 1 dan 2 di bagian buritan kapal selam, dan ke TPP 5 dan 6 di haluan kapal selam. Setelah pemasangan selesai, penyelam memberikan tanda ketukan dua kali pertanda kapal siap di hembus dari ponton lumba-lumba, kemudian ABK kapal  yang ada didalam kapal membalas ketukan dua kali sebagai tanda mengerti dan kapal siap dihembus dengan bantuan ponton lumba-lumba.

Kegitan penghembusan kapal selam dari ponton lumba-lumba tersebut disaksikan langsung oleh Asops Pangarmatim yang mengawasi proses pelaksanaan penghembusan tersebut sampai dengan selesai. Proses penghembusan dilaksanakan secara perlahan selama 41 menit dengan tetap memperhatikan kondisi kapal. Setelah kapal berhasil di timbulkan tim penyelam melepas kembli Hose Connection ke TPP kapal selam, sekaligus sebagai tanda selesainya dilaksanakan latihan parsial SAR kapal selam tersebut. 
 
 
Sumber : Koarmatim

AIM-120 AMRAAM VS C-705 China

AIR F 16s USAF AIM 120 AMRAAM VS C 705 China
F-16 Block 52 US
JKGR-(IDB) : Ada sesuatu yang menarik atas sikap Amerika Serikat terhadap Indonesia. AS tiba tiba menjadi ramah dan begitu baik. 
 
Selain menghibahkan 24 pesawat tempur F-16, AS juga memperbaiki (overhaul) armada pesawat angkut TNI AL C-130 Hercules, sebagai bagian dari bantuan kerjasama militer. 
 
AS juga menawarkan pesawat modern F-35 serta helikopter canggih AH- 64 Apache. Tidak itu saja, AS menawarkan roket multi laras MLRS Himars, serta rudal air to air AIM-120 AMRAAM.
 
Jika kita review ke belakang, persenjataan paling canggih yang diberikan (dijual) AS kepada Indonesia adalah F-16 Block 15 dengan amunisi standar sidewinder. Sementara Uni-Soviet/ Rusia mengguyur Indonesia dengan berbagai senjata kelas berat seperti: SU 30 MK2, Rudal Yakhont, Rudal Krypton, Destroyer KRI Irian Jaya, Bomber strategis TU-16 dan banyak lagi.

AS benar-benar berubah. Tidak itu, saja sekutu-sekutu terdekat Amerika Serikat juga bersama-sama membantu persenjataan Indonesia dengan menawarkan hibah mesin perang. Australia menghibahkan pesawat Angkut C-130 Hercules, serta melepas 11 helikopter anti-kapal selam dan anti-kapal permukaan Seasprite. 

Begitu pula sekutu dekat AS, Taiwan. Negara yang berkonflik dengan China ini tiba tiba saja menawarkan hibah satu skuadron pesawat tempur F-5E/F Tiger.

“Pesawat-pesawat F-5E/F Taiwan masih dapat menjalankan fungsinya dengan baik sehingga tidak perlu di-”up grade”, ujar Asisten Perencanaan Kasau, Marsekal Muda TNI Rodi Suprasodjo.

Tawaran Taiwan itu, sesuai dengan proyeksi skuadron F-5 Tiger TNI AU yang memperpanjang masa pakai pesawat F-5E/F hingga tahun 2020.

AIM-120 AMRAAM
 
Yang cukup mengejutkan adalah tawaran dari AS untuk rudal AIM-120 bagi persenjataan hibah 24 pesawat F-16. F-16 TNI AU akan sekonyong tiba-tiba memiliki taring, dengan adanya rudal AIM-120 Advanced Medium-Range Air-to-Air Missile, atau AMRAAM.

MICA 5 France Libya.sff  AIM 120 AMRAAM VS C 705 China
Rudal AIM-120 AMRAAM
Rudal berkecepatan 4 Mach ini memiliki 3 varian AIM-120 A/B, AIM-120C dan AIM-120D. Jarak tembaknya terpendek 75 Km hingga 180 Km (AIM-120D). 
 
Bandingkan saja dengan AIM-9 Sidewinder yang selama ini dimiliki TNI AU. Sidewinder hanya terbang dengan kecepatan 2,5 Mach dengan jarak tembak terjauh 30 Km. Tembakan efektif AIM-9 Sidewinder 8- 12 Km.
 
Jika AS menawarakan rudal AIM-120 AMRAAM kepada Indonesia, sudah tentu, radar, Launcher Rudal, Targeting System peswat harus mendukung untuk penembakan rudal jarak menengah tersebut. Demgan demikian pesawat F-16 yang akan diterima Indonesia, kelasnya minimal F-16 Block 32 ++. 

“Pesawat itu akan di-up grade setara Blok 52, dilengkapi persenjataan jarak dekat, jarak jauh, serta persenjataan dari udara ke permukaan. Bagian yang di-upgrade meliputi persenjataan, avionik, air frame, dan mesin. Pesawat tiba bertahap mulai pertengahan 2014″, ujar Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.

Dengan demikian pesawat yang akan datang nanti, hampir sejajar dengan kemampuan SU 27/30 TNI-AU, baik kemampuan manuver, elektronik maupun persenjataan.

Namun, tidak hanya Indonesia yang dibantu AS. Thailand juga diperkenankan meng-up-grade 18 F-16A/B Block 15 mereka menjadi block 52. Up grade tersebut dilakukan secara bertahap dan rampung dalam lima tahun, termasuk mengganti kualitas senjata yang diusung.

f 16 52 AIM 120 AMRAAM VS C 705 China
F-16 Block 52
Geo-Politik AS - China
 
Amerika Serikat yang berubah menjadi lebih baik, tentu tidak terlepas dengan strategi glnbal mereka. Pasukan AS telah meninggalkan Irak. Presiden AS, Barrack Obama menilai kestabilan kawasan Asia menjadi lebih penting. Hal ini terkait dengan kemampuan militer China yang terus berkembang pesat.
 
AS akan memperbarui kekuatan angkatan lautnya di seluruh wilayah Asia Pasifik dan tetap “waspada” menghadapi militer China yang sedang bangkit. Masa depan AS tergantung keamanan di seluruh Pasifik Barat dan Samudra Hindia”, ujar Menteri Pertahanan AS Leon Panetta (29/5/2012).

“Kami membutuhkan anda guna memperkuat hubungan pertahanan. Militer China sedang tumbuh dan semakin modern. Kita harus waspada. Kita harus kuat. Kita harus siap menghadapi tantangan apa pun,” ujar Panetta, saat memberikan pidato kepada para lulusan Akademi Angkatan Laut AS di Annapolis, Maryland- AS.

uss carl vinson AIM 120 AMRAAM VS C 705 China
Kapal induk AS, USS Carl Vinson di Filipina
“Kunci untuk wilayah itu adalah mengembangkan sebuah era baru kerja sama pertahanan antara negara, di mana militer kita berbagi beban keamanan dalam rangka memajukan perdamaian di kawasan Asia Pasifik dan seluruh dunia,” katanya.
 
Untuk itu tidak heran AS terus mempererat kerjasama dengan Jepang, Korea Selatan, Australia dan Filipina. AS juga sedang membangun “kemitraan yang kuat” dengan negara-negara: Malaysia, Indonesia, Vietnam, Singapura, dan India.

ri china AIM 120 AMRAAM VS C 705 ChinaChina - Indonesia
 
Lalu bagaimana posisi Indonesia terhadap China. Hingga kini Indonesia tidak memiliki masalah dengan China. Bahkan hubungan Indonesia dengan China pernah sangat dekat ketika era Poros Jakarta-Pyongyang-Peking. 

China juga membantu Indonesia dalam pengembangan peluru kendali yang dimulai dengan transfer teknologi rudal C-705. China juga membantu Indonesia untuk meracik propelan rudal, demi perkembangan roket RI.
 
Sejarah ternyata berulang. Dulu Indonesia berada di antara pengaruh AS dan Uni-Soviet. Kini di antara AS dan China. Indonesia harus pintar memanfaatkan ketegangan AS-China, untuk menciptakan sebuah Kemandirian Nasional.

Mesin perang canggih yang kini disuplai AS, bisa saja menjadi macan ompong dalam sekejap, jika kembali diembargo oleh AS.

Tahun 1970-an hubungan Indonesia sangat mesra dengan Uni-Soviet. Mereka mengirim berbagai peluru kendali terbaru ke Indonesia. Namun saat itu, Indonesia tidak mampu melakukan transfer teknologi. Sementara India, Korea Utara dan China berkembang pesat secara kemampuan militer. Semoga kasus ini tidak terulang lagi di tahun 2012 dan masa akan datang. Kedekatan dengan negara besar, harus menciptakan kemandirian nasional, bukan terlena dan terperosok ke lubang. Enough is enough. 


Sumber : JKGR

Rear Admiral Tom Corney Kunjungi Kapal Perang Indonesia

SUARABAYA-(IDB) : Rear Admiral Tom Carney dari US Navy  mengadakan kunjungan kerja ke 2 Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) yang sedang bersandar di Dermaga Madura,  Koarmatim, Ujung Surabaya. Jumat (1/6). Dalam kunjungan itu didampingi oleh Kasarmatim Laksma TNI Djoko Teguh Wahojo. Kedua kapal itu adalah KRI Sultan Iskandar Muda-367 dan KRI Banda Aceh-593.

Rear Admiral Tom Carney adalah seorang Commander Logistics Group Western Pacific (CLWP) yang berkunjung ke Indonesia dalam rangka Latihan Bersama (Latma) Cooperation Afloat Readiness an Training (Carat) tahun 2012. Maksud kunjungan ini adalah ingin melihat secara langsung keberadaan kapal buatan Belanda dan PT. PAL tersebut.

Sementara itu, personel TNI Angkatan Laut  juga mengadakan kunjungan ke Kapal Perang Amerika Serikat yang sedang bersandar di Dermaga Tanjung Perak Surabaya. Personel dari TNI AL itu berjumlah 37 orang, yang terdiri dari 10 Perwira dan 27 Bintara dan Tamtama mengunjugi kapal USS Vandegrift (FFG-48). 


Sumber : Koarmatim

Dubes RI Sambut Satgas Maritim TNI Konga XXVIII/D UNIFIL Di Salalah Oman


SALALAH-(IDB) : Pada etape keempat kali ini, yaitu Colombo – Salalah, KRI Sultan Hasanuddin-366 yang membawa Satgas Maritim TNI Konga XXVIII/D UNIFIL 2012, mengarungi laut Arabia yang cukup bersahabat, dibandingkan etape sebelumnya yaitu Belawan – Colombo. 

Namun tingkat kewaspadaan terhadap ancaman pada route ini cukup tinggi. Dikarenakan pada etape kali ini KRI Sultan Hasanuddin-366 melewati perairan yang memiliki kerawanan dari perompak Somalia. Sehingga pada saat KRI Sultan Hasanuddin-366 memasuki perairan  Lakhsadewp, Komandan Satgas Maritim TNI Konga XXVIII/D UNIFIL, Letkol Laut (P) Dato Rusman SN memerintahkan para prajuritnya untuk mengadakan Peran Tempur Bahaya Asymetris.
Peran ini dimaksudkan untuk menghadapi ancaman non militer yang belum diketahui kekuatan maupun arah datangnya dan dapat menyerang secara tiba-tiba. Ancaman yang dimaksud adalah ancaman perompak Somalia yang mungkin saja salah sasaran dan mendekat ke KRI Sultan Hasanuddin-366, selain itu juga mengantisipasi rasa kekecewaan atas jatuhnya korban perompak Somalia saat pembebasan KM. Sinar Kudus yang bermaksud menyerang KRI SHN-366 saat melintasi perairan tersebut. 

Peran Tempur Bahaya Asymetris dilaksanakan mulai petang hari sampai dengan dini hari menjelang kapal memasuki pelabuhan Salalah, Oman. Para prajurit menempati pos tempur masing-masing dengan perlengkapan senjata laras panjang, teropong malam dan handytalky (HT). Mulai dari haluan, anjungan, PIT, geladak exocet, geladak helly dan buritan, termasuk meriam 76 mm dan 20 mm disiapkan. Memasuki waktu pagi hari keadaan dinyatakan aman, walaupun sempat ada beberapa kontak, namun diidentifikasikan sebagai kapal niaga.

KRI Sultan Hasanuddin-366 merapat di dermaga umum Salalah, Oman pada pukul 10.00 waktu setempat dan disambut  oleh Dubes  RI untuk Kesultanan Oman Bpk. Sukanto, S.H  dan Atase Pertahanan (Athan) RI untuk  Saudi Arabia Kolonel Kav Achmad Riad serta Kabid Pensosbud KBRI Bpk Arifin. Pada kesempatan tersebut, Dubes dan Athan berkunjung ke KRI Sultan Hasanuddin-366  disambut oleh Komandan Satgas Letkol Laut (P) Dato Rusman SN di Lounge Room Perwira, dilanjutkan makan siang bersama. Kegiatan kunjungan diakhiri dengan penyerahan cindera mata dari Dan Satgas kepada Dubes dan Athan. Malam harinya, KRI Sultan Hasanuddin-366 mengadakan acara ramah tamah yang dihadiri oleh Dubes dan Athan serta beberapa staf KBRI.

Kota Salalah identik dengan kota wisata religius, kesempatan ini tidak disia-siakan oleh para prajurit KRI Sultan Hasanuddin-366 yang tergabung dalam Satgas Maritim TNI Konga XXVIII/D UNIFIL 2012, untuk berziarah ke makam Nabi Ayub. Makam ini  terletak di daerah pegunungan Salalah dan memakan waktu kurang lebih 1 jam perjalanan dari pelabuhan. Didepan makam Nabi Ayub, para prajurit dipimpin Komandan Satgas melaksanakan doa bersama. Kemudian perjalanan dilanjutkan ke makam Nabi Imron yang terletak di pusat kota Salalah, makam tersebut memiliki panjang kurang lebih 30 meter.

Setelah sandar selama 2 hari di Salalah, Oman untuk bekal ulang logistik, pada hari Kamis tanggal 31 Mei 2012 pagi, KRI Sultan Hasanuddin-366 bertolak menuju persinggahan berikutnya yaitu Port Said, Mesir yang ditempuh selama kurang lebih 5 hari pelayaran.


Sumber : Koarmatim

Satgas TNI Patroli dengan Tentara Prancis

LEBANON-(IDB) : Prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Batalyon Mekanis Kontingen Garuda XXIII-F/UNIFIL (Indobatt) di Lebanon, melaksanakan Patroli bersama pasukan FCR (Force Commander Reserve) UNIFIL (United Nations Interim Force in Lebanon) dari Prancis, patroli dengan sandi ADP 462 (Area Domination Patrol) ini dilaksanakan di sekitar AOR (Area of Responsibility) Indobatt, Lebanon Selatan, Kamis (31/5/2012).
Kegiatan patroli ini merupakan rangkaian kegiatan latihan bersama personel Indobatt dengan tentara Perancis yang dilaksanakan selama tiga hari, dimulai dari tanggal 29 hingga 31 Mei 2012.

Dalam pelaksanaan patroli, Indobatt menurunkan satu tim patroli dari Kompi Dragon berkekuatan 9 personel dengan dua kendaraan tempur jenis Anoa, sebagai Komandan Tim Lettu Inf IGK Pramitha, sedangkan dari FCR mengerahkan satu tim patroli berkekuatan 12 personel dengan dua ranpur dipimpin oleh Letnan T. Malinowsky.

Kegiatan patroli diawali dengan kordinasi singkat oleh Komandan Tim berkaitan dengan penentuan formasi patroli, route yang akan dilewati serta tindakan taktis dan administrasi yang dilakukan apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Pelaksanaan patroli dimulai pukul 19.00 LT hingga pukul 23.00 LT, adapun route yang dilalui yaitu dari Adshid al Qusayr menuju Ett Taibeh. Setelah berhenti sejenak di chek point Ett Taibeh dilanjutkan menuju daerah Al Qantara, Ghandouriyah dan kembali ke Adshid al Qusayr. Sampai waktu yang telah ditentukan pelaksanaan patroli berjalan dengan lancar dan aman.

Dalam kegiatan latihan bersama ini, selain patroli ADP juga dilaksanakan kegiatan latihan lainnya yaitu, patroli BAP (Batalyon Area Patrol) yang dilaksanakan oleh Ki Cheetah dan Ki Alphard, gladi peta, display senjata dan kegiatan olahraga bersama.

Seluruh rangkaian kegiatan latihan dengan metode dua pihak dikendalikan, dibawah koordinasi langsung Kasiops Indobatt Kapten Inf Risa.

Dansatgas Indobatt Letkol Inf Suharto Sudarsono didampingi Wadansatgas Letkol Mar FJH Pardosi yang hadir pada acara malam akrab penutupan latihan, mengucapkan terimakasih atas terselenggaranya latihan yang dilaksanakan dengan baik, dan berharap latihan bersama ini dapat dijadikan pengalaman bagi masing-masing personel untuk meningkatkan profesioanalismenya dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas misi perdamaian di Lebanon. 


Sumber : Inilah

Menuju Kemandirian Dengan R-Han 122

RISTEK-(IDB) : Memiliki wilayah luas dengan belasan ribu pulau yang terpencar, Indonesia mengembangkan sistem pertahanan yang strategis untuk mengamankannya. Salah satu sarananya adalah roket. Kemandirian di bidang peroketan mulai dibangun dengan merintis pembuatan roket pertahanan R-Han 122.

Rancang bangun dan rekayasa roket pertahanan merupakan upaya Indonesia membangun kemandirian dalam pengadaan alat utama sistem pertahanan. Rintisan dimulai lewat prototipe roket pertahanan sistem balistik berdiameter 122 milimeter disebut R-Han 122.

Roket pertahanan ini merupakan derivasi roket eksperimen rancangan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), D230 tipe Rx 1210.

Roket eksperimen (Rx) dikembangkan untuk misi nonmiliter, seperti pemantauan cuaca, pemantauan pelayaran, pertanian, bencana, dan observasi untuk perencanaan tata ruang. Roket dimuati radio, kamera, dan sensor. Adapun roket untuk pertahanan (R-Han) dipasang bahan peledak, demikian paparan Hari Purwanto, Staf Ahli Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bidang Hankam.

Sebagai sarana yang dapat digunakan untuk tujuan militer, penguasaan teknologi peroketan tak mudah. Penyebarannya dipagari dengan beberapa aturan, antara lain, missile technology control regime dan center for information on security trade control.

Saat ini teknologi hankam tersebut hanya dimiliki negara tertentu. Di Asia negara yang tergolong maju dalam teknologi ini antara lain China, India, Korea Selatan, dan Korea Utara.

Kemampuan rekayasa dan rancang bangun peroketan sampai batas tertentu dimiliki oleh BPPT, Balitbang Kemhan, dan PT LEN Industri. Dengan kemampuan masing-masing lembaga, kata Gunawan Wibisono, Asisten Deputi Menristek Bidang Produktivitas Riset Iptek Strategis, terbentuk Konsorsium Roket Nasional tahun 2007.

Konsorsium terdiri dari Kementerian Ristek, Kementerian Pertahanan, TNI AL, lembaga riset (BPPT dan Lapan), perguruan tinggi (ITB, ITS, UI, UGM, dan Undip), serta industri strategis PTDI, Krakatau Steel, LEN Industri, Pindad, dan Perum Dahana. Konsorsium inti terdiri atas beberapa plasma yang menangani riset material, mekatronika, dan sistem kontrol atau kendali.

Kementerian Ristek menyediakan dana insentif untuk pembuatan prototipe roket. PTDI melaksanakan pengembangan struktur dan desain roket. PT Krakatau Steel menyediakan material untuk tabung dan struktur roket. Bahan bakar roket, yakni propelan, disediakan PT Dahana.

Bagian PTDI adalah membangun sarana peluncur roket dan sistem penembaknya dengan laras sebanyak 16. Kendaraan yang digunakan sebagai anjungan untuk peluncuran adalah jip GAZ buatan Rusia, Nissan Jepang, dan Perkasa buatan Tata, India.

Muatan teknologi

Meski bentuk roket sederhana, tabung bermoncong lancip, pembuatannya tidak sederhana. Di dalamnya termuat berbagai komponen berteknologi mutakhir, seperti material maju, mekatronika, dan propulsi.

Dibandingkan roket generasi lama, R-Han 122 mengalami beberapa pengembangan desain dan material. Pada roket eksperimen menggunakan baja. Pada R-Han digunakan aluminium dan karbon yang dua kali lebih ringan. Bahan itu lebih tahan panas. Untuk menjaga kestabilan dan daya jangkau yang tinggi, material yang digunakan harus tahan terhadap suhu 3.000 derajat celsius, kata Ketua Program Penggabungan Roket Nasional Sutrisno.

Pengembangan lain pada konstruksi roket, pada versi terdahulu, roket menggunakan sirip tetap. Untuk meluncurkan, roket harus ditumpangkan pada peluncur dilengkapi rel. Pada roket generasi baru dipasang sirip lipat yang dilengkapi pegas yang akan menegakkan sirip secara otomatis setelah keluar dari tabung peluncur.

Pada roket terdahulu, tabung propelan diisi langsung dan terikat permanen di tabung roket. Kini tabung propelan dibuat terpisah dan diberi lapisan isolasi termal. Saat ini bahan propelan masih diimpor. Untuk membangun kemandirian, pabrik propelan akan dibangun PT Dahana.

Untuk wahana peluncur, dilakukan modifikasi kendaraan jip berbobot 2,5 ton dan truk berkapasitas 5 ton. Dirancang pula bangun unit peluncur yang memuat 16 roket dan mampu meluncurkan secara otomatis sejumlah roket tersebut dengan hanya menekan satu tombol.

Uji peluncuran

Adi Indra Hermanu, Kepala Subbidang Analis Teknologi Hankam Kementerian Ristek, menyatakan, uji coba peluncuran roket R-Han 122 dilaksanakan akhir Maret di Baturaja, Sumatera Selatan. Sebanyak 50 roket diluncurkan di hutan lindung itu. ”Roket R-Han 122 yang diluncurkan rata-rata mampu melesat dengan kecepatan 1,8 mach atau 2.205 km per jam,” ujarnya.

Pada tahap peluncuran, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika berperan mengoperasikan sistem radar untuk memantau posisi jatuh roket. ITB memasang sistem kamera nirkabel untuk merekam gambar saat roket meluncur sampai di lokasi sasaran.

Dalam penggunaannya, R-Han 122 pada tahap awal akan menjadi senjata dengan sasaran target di darat yang berjarak tembak 15 km. Roket ini akan digunakan TNI AL untuk pengamanan pantai.

Menurut Sonny S Ibrahim, Asisten Direktur Utama PTDI, tahun ini tahap pengembangan teknis selesai. Persiapan industrialisasi saat ini sudah 80 persen. 


Sumber : Ristek

Pangarmatim Tinjau Latihan VBSS

SURABAYA-(IDB) : Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksda TNI Agung Pramono SH. M. Hum. Meninjau pelaksanan  Latihan Visit Boarding Search and Seizure (VBSS). Kamis (23/5) di Selat Madura. Latihan VBSS yang ditinjau Pangarmatim itu merupakan bagian dari Latihan Bersama (Latma) Cooperation Afloat And Training (Carat) tahun 2012, antara TNI AL dengan US Navy.

Dalam peninjauan langsung ke lokasi latihan itu,  Pangarmatim didampingi oleh Asops  Pangarmatim, Dansatpaska, Dansatrol, Kapuskodal, Wadan Kolatarmatim, Komandan KRI FKO-368 serta Komandan KRI SIM-367 menggunakan kendaraan tempur Sea Rider milik Komando Pasukan Katak (Kopaska)

Latihan ini diikuti oleh personel dari TNI AL yang terdiri dari Kopaska, ABK KRI dan personel US Navy. Pada kesempatan ini , Pangarmatim juga menyempatkan diri untuk naik ke Kapal Motor (KM) Jatipura yang sengaja dipakai sebagai sarana pendukung latihan bilateral yang digelar setiap tahun itu. 


Sumber : Koarmatil

Wamenhan Rapat Dengar Pendapat Dengan Komisi I DPR RI

JAKARTA-(IDB) : Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) RI Sjafrie Sjamsoeddin bersama Panglima TNI Laksamana TNI Agus suhartono yang didampingi para Kepala Staf Angkatan, melakukan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi I DPR/RI yang membahas tentang Rencana Kerja Kementerian Pertahanan dan TNI, terkait dengan kebutuhan anggaran pertahanan negara tahun 2013, Kamis (31/5) di Jakarta. 

Pada RDP yang dipimpin Wakil Ketua Komisi I DPR/RI T.B. Hasanuddin tersebut, Wamenhan menyampaikan bahwa sasaran pembangunan pertahanan negara tahun 2013, didasarkan pada permasalahan yang dihadapi di bidang pertahanan, antara lain terwujudnya postur Minimum Essential Force (MEF), terbangunnya 13 pos pertahanan baru di perbatasan darat dan satu pos pertahanan baru di pulau terdepan, terdayagunakannya industri pertahanan nasional, penurunan gangguan keamanan maupun pelanggaran hukum di laut termasuk di Selat Malaka, terpantaunya potensi tindak terorisme, terlaksananya pemantauan dan pendeteksian ancaman keamanan nasional serta terlaksananya transformasi penentu kebijakan ketahanan nasional untuk meningkatkan kualitas rekomendasi kebijakan nasional yang terintegrasi, tepat sasaran dan tepat waktu.

Sedangkan berdasarkan kondisi umum, kata Wamenhan melanjutkan penjelasannya, berdasarkan kondisi umum, permasalahan dan sasaran pembangunan, diperlukan penekanan serta percepatan pencapaian sasaran, dengan arah kebijakan pembangunan pertahanan antara lain, percepatan pencapaian MEF melalui modernisasi alutsista, peningkatan profesionalisme prajurit yang diiringi dengan peningkatan kesejahteraan prajurit, akselerasi penuntasan payung hukum pembentukan komponen cadangan maupun komponen pendukung, percepatan pembangunan pos pertahanan dan keamanan di wilayah perbatasan, memperluas pendayagunaan industry pertahanan nasional, intensifikasi dan ekstensifikasi patrol keamanan laut, pemantapan tata kelola pencegahan dan penanggulangan tindak terorisme, peningkatan kompotensi SDM intelejen serta meningkatkan kapasitas maupun keserasian lembaga penyusun kebijakan pertahanan keamanan Negara.

Sementara fokus dan kegiatan prioritas pembangunan pertahanan negara tahun 2013, lebih jauh Wamenhan menjelaskan, dititikberatkan pada lima prioritas, yang pertama, prioritas peningkatan kemampuan pertahanan menuju MEF yang meliputi prioritas peningkatan profesionalisme personel, modernisasi alutsista dan non alutsista untuk Ketiga Angkatan, percepatan pembentukan komponen cadangan dan pendukung serta prioritas peningkatan pengamanan wilayah perbatasan. Kemudian yang kedua, prioritas pemberdayaan industri pertahanan nasional yang meliputi perluasan pemberdayaan BUMNIP dan BUMS, peningkatan rasa aman dan ketertiban masyarakat, modernisasi deteksi dini keamanan nasional serta prioritas peningkatan kualitas kebijakan keamanan nasional.


Sumber : DMC