BEIJING-(IDB) : Militer China memperingatkan latihan bersama yang digelar Amerika Serikat (AS) dan Filipina telah meningkatkan resiko konfrontasi militer di wilayah Laut China Selatan.
"Latihan militer bersama yang dilakukan AS dan Filipina di Laut China Selatan dimana kedua negara itu mengirimkan kapal perang dapat menimbulkan konflik langsung. Siapa pun akan melihat latihan bersama itu sebagai sebuah persimpangan jalan menuju konfrontasi militer dan resolusi melalui kekuatan bersenjat," tulis Liberation Army Daily dalam laporannya seperti dikutip Trust Minggu, (22/4/2012).
Militer China juga menyebutkan latihan bersama antara AS dan Filipina itu merupakan bentuk intervensi Negeri Paman Sam atas sengketa wilayah Laut China Selatan. "Melalui intervensinya, AS hanya akan membangkitkan kekacauan di wilayah Laut China Selatan. Ini pasti akan berdampak besar pada perdamaian dan stabilitas regional. Tujuan AS adalah menarik lebih banyak negara dalam sengketa wilayah ini," sebut Liberation Army Daily dalam laporannya.
Sebelumnya,dilaporkan Negeri Paman Sam dan Filipina akan mengadakan latihan militer bersama selama dua pekan ke depan. Menurut AS, latihan bersama ini sama sekali tidak berkaitan dengan konflik Laut China Selatan yang melibatkan sejumlah negara.
"Fokus latihan bersama tahun ini adalah untuk memberikan respon cepat atas bencana alam dan memberikan bantuan kepada masyrakat," ujar Juru bicara Pentangon Leslie Hull-Ryde.
Sementara itu, menurut seorang peneliti PLA Mayor Jenderal Luo Yuan, selama ini Beijing telah cukup bersabar dalam menghadapi perseteruan sengketa wilayah dengan Manila.
"China telah menunjukkan kesabaran yang cukup atas berbagai insiden yang terjadi di wilayah ini. Jika Filipina mengambil tindakan irasional maka konfrontasi akan berlangsung intensif dan Angkatan Laut China tidak akan berdiam diri," ujar Mayjen Luo Yuan.
Silang sengketa di Laut China Selatan tidak hanya melibatkan China dan Filipina saja, namun sejumlah negara seperti Brunei Darussalam, Vietnam, Malaysia dan Taiwan juga ikut mengakui kedaulatan mereka atas wilayah ini. Kendati demikian, dari negara-negara tersebut China dan Filipina lah yang paling sering mengalami konfrontasi langsung.
"Latihan militer bersama yang dilakukan AS dan Filipina di Laut China Selatan dimana kedua negara itu mengirimkan kapal perang dapat menimbulkan konflik langsung. Siapa pun akan melihat latihan bersama itu sebagai sebuah persimpangan jalan menuju konfrontasi militer dan resolusi melalui kekuatan bersenjat," tulis Liberation Army Daily dalam laporannya seperti dikutip Trust Minggu, (22/4/2012).
Militer China juga menyebutkan latihan bersama antara AS dan Filipina itu merupakan bentuk intervensi Negeri Paman Sam atas sengketa wilayah Laut China Selatan. "Melalui intervensinya, AS hanya akan membangkitkan kekacauan di wilayah Laut China Selatan. Ini pasti akan berdampak besar pada perdamaian dan stabilitas regional. Tujuan AS adalah menarik lebih banyak negara dalam sengketa wilayah ini," sebut Liberation Army Daily dalam laporannya.
Sebelumnya,dilaporkan Negeri Paman Sam dan Filipina akan mengadakan latihan militer bersama selama dua pekan ke depan. Menurut AS, latihan bersama ini sama sekali tidak berkaitan dengan konflik Laut China Selatan yang melibatkan sejumlah negara.
"Fokus latihan bersama tahun ini adalah untuk memberikan respon cepat atas bencana alam dan memberikan bantuan kepada masyrakat," ujar Juru bicara Pentangon Leslie Hull-Ryde.
Sementara itu, menurut seorang peneliti PLA Mayor Jenderal Luo Yuan, selama ini Beijing telah cukup bersabar dalam menghadapi perseteruan sengketa wilayah dengan Manila.
"China telah menunjukkan kesabaran yang cukup atas berbagai insiden yang terjadi di wilayah ini. Jika Filipina mengambil tindakan irasional maka konfrontasi akan berlangsung intensif dan Angkatan Laut China tidak akan berdiam diri," ujar Mayjen Luo Yuan.
Silang sengketa di Laut China Selatan tidak hanya melibatkan China dan Filipina saja, namun sejumlah negara seperti Brunei Darussalam, Vietnam, Malaysia dan Taiwan juga ikut mengakui kedaulatan mereka atas wilayah ini. Kendati demikian, dari negara-negara tersebut China dan Filipina lah yang paling sering mengalami konfrontasi langsung.
Sumber : Okezone