Pages

Jumat, April 13, 2012

Update : Roket Korut Gagal, Hancur Berkeping-keping

SEOUL-(IDB) : Roket Korea Utara hancur menjadi beberapa bagian tak lama setelah diluncurkan pada Jumat (13/4/2012) pagi. Puing-puing roket tersebut jatuh di Laut Kuning di wilayah Korea Selatan, kata para pejabat Korea Selatan seperti dikutip kantor berita Yonhap.

"Puing-puing itu jatuh ke laut sekitar 190 kilometer-200 kilometer di barat Kunsan (sebuah pelabuhan yang terletak di barat daya Korsel)," kata sebuah sumber militer yang dikutip Yonhap.

"Beberapa menit setelah peluncuran, roket itu hancur menjadi beberapa bagian dan kehilangan ketinggiannya," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel, Kim Min-Seok, kepada wartawan.

Sementara lembaga peyiaran Jepang, NHK, yang mengutip sebuah sumber kementerian pertahanan negara itu mengatakan, roket tersebut meluncur sejauh 120 kilometer sebelum kemudian pecah menjadi empat bagian dan jatuh ke Laut Kuning di barat Semenanjung Korea.

Menurut pihak Korsel, Korea Utara meluncurkan roket jarak jauhnya itu hari Jumat pukul 07.39 waktu setempat (atau pukul 05.39 WIB). 

Sumber : Kompas

DPR Turun Langsung Untuk Cek Pabrikan Leopard Di Jerman

JAKARTA-(IDB) : Sejumlah agenda sudah disiapkan Komisi I DPR yang akan melakukan kunjungan kerja ke empat negara yakni Afrika Selatan, Jerman, Polandia dan Republik Ceko.

Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq mengatakan, kunjungan kerja komisi pertahanan itu juga mengkhususkan untuk mengecek langsung pembuatan Tank Leopard.


“Plus kunjungan ke industri pertahanan Jerman, khususnya yang spesifik adalah KMW salah satu pabrikan produksi dari Tank Leopard yang rencananya Kemhan RI akan melakukan pengadaan alternatif dari Jerman dan Belanda," kata Mahfudz, kepada wartawan, Kamis (12/4), di Jakarta.


Dijelaskan Mahfudz, tim yang ke Jerman agendanya utamanya adalah bertemu Kedutaan Besar RI (KBRI) disana, untuk rapat dengar pendapat terkait kinerja, persoalan-persoalan yang dihadapi, dan dinamika hubungan bilateral.


Sedangkan tim kedua, lanjut dia, akan bertemu dengan pejabat Kementerian Ekonomi disana berkaitan dengan kerjasama di bidang pertahanan. “Dilanjutkan bertemu dengan Kementerian Pertahanan dan juga secara khusus diskusi dengan atase pertahanan dan intelijen disana," katanya.


Wakil Sekjen PKS itu menambahkan, untuk tim gelegasi Komisi I yang akan ke Afrika Selatan, agendanya RDP dengan KBRI. “Afsel itu salah satu dari 14 negara mitra strategis Indonesia,” ujarnya.


Kemudian, bertemu dengan parlemen di komisi pertahanan dengan komisi luar negeri dan mengunjungi dua industri pertahanan yang sudah ada MOU dengan Indonesia dan kerjasama produksi dengan neger ini.

Sumber : JPNN

UU Diperlukan Dalam Pembentukan Industri Pertahanan Nasional Yang Kuat

JAKARTA-(IDB) : Pembahasan mengenai Rancangan Undang- Undang (RUU) Industri Pertahanan sudah dimulai sebagai langkah lanjut prioritas Program Legislasi Nasional 2012. Hal ini juga sejalan dengan proses transformasi militer Indonesia yang bertujuan untuk membangun militer yang profesional.

Artikel ini melihat aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan dalam upaya membentuk industri pertahanan Indonesia yang ideal. Secara historik dan empirik, beberapa negara telah mengembangkan industri pertahanannya dan berbagai pengalaman tersebut tentu dapat diambil sebagai rujukan bagi Indonesia untuk mengembangkan model pembangunan industri pertahanannya sendiri. Setidaknya terdapat tiga aspek utama yang harus diperhatikan apabila Indonesia secara sungguh-sungguh berniat untuk membangun industri pertahanannya.


Aspek pertama adalah aspek institusional. Hampir semua negara berkembang memutuskan untuk membangun industri pertahanannya atas dasar motivasi politik dan strategik. Brasil misalnya pada awalnya mengembangkan industri pertahanan sebagai legitimasi kepemimpinan militer yang kemudian tetap diteruskan oleh pemimpin sipilnya untuk mempertahankan warisan dukungan rakyat.

Turki sebagai contoh lain mengembangkan industri pertahanannya setelah mengalami embargo setelah Perang Siprus sehingga untuk memenuhi kebutuhan alutsistanya harus mengembangkan industri pertahanan domestik. Dengan asumsi dasar bahwa industri pertahanan dikembangkan untuk tujuan politik dan strategik, sebagai konsekuensi logisnya, pemerintah berkewajiban melindungi industri ini sepenuhnya.

Karena itu, aspek institusional mensyaratkan komitmen pemerintah terutama dalam melakukan proteksi terhadap industri strategis ini. Komitmen dan proteksi ini seharusnya diimplementasikan dalam pembuatan cetak biru pengembangan industri pertahanan sehingga perubahan pada level pembuat kebijakan tidak dapat secara otomatis meniadakan proses pembangunan yang tengah berlangsung.

Aspek kedua adalah aspek kerangka industrial. Secara teoretik, Joseph Schumpeter memberikan dua mekanisme sebagai agen perubahan dalam konteks inovasi. Pertama, industri kecil dengan inovasi entrepreneur dan industri besar dengan inovasi manajerial. Secara empirik, berbagai negara melakukan audit dan konsolidasi industri pertahanan untuk memastikan kinerja yang efektif dan efisien.

Amerika Serikat misalnya mengonsolidasikan lebih dari ratusan perusahaan dalam industri pertahanannya dan melakukan konsolidasi terutama untuk mempertahankan performa efektivitas dan efisiensi industri pertahanan. Selain itu, aspek kerangka industrial juga mengharuskan Indonesia untuk memilih dari kemungkinan tiga pilihan model yang sering muncul dalam perkembangan industri pertahanan.

Model pertama adalah model autarki. Model ini misalnya diadaptasi oleh Turki dan Korea Selatan,yang walaupun kontradiksi dan masih menjadi dengan nilai impor senjata terbesar di dunia, keduanya berusaha membangun industri pertahanannya untuk kemandirian domestik. Model ini mensyaratkan kuatnya negara ataupun konglomerasi nasional untuk bisa mendukung proses kemandirian industri pertahanannya.

Industri pertahanan Turki didukung dengan peran negara yang sangat besar, sementara Korea Selatan didukung konglomerasi besar seperti Samsung dan Daewoo untuk menyokong kemandirian industri pertahanannya. Pilihan model kedua adalah industri ceruk (niche) yang dikembangkan misalnya oleh Israel. Industri ini mengkhususkan pada pengembangan teknologi maupun instrumen pertahanan yang belum ditawarkan dalam industri yang sudah berkembang.

Industri ceruk dalam konteks pertahanan sangat menggantungkan diri kepada keuntungan komparatif yang dimiliki sebuah negara misalnya keunggulan komparatif dalam teknologi misalnya kemampuan reverse technology seperti yang dimiliki Israel dan China. Pilihan model ketiga adalah menjadi bagian penyokong dalam rantai industri pertahanan global.

Selama bertahun tahun Singapura telah menjadi bagian dalam industri pertahanan global walaupun Singapura tidak dikenal sebagai salah satu produsen senjata ataupun platform tertentu.Ketiga model ini tetap membutuhkan kejelasan kerangka industri yang harus dibangun untuk menyokong industri yang strategis ini. Israel misalnya membentuk institut khusus yang membawahi ekspor dan kerja sama internasional untuk memfasilitasi kesempatan dagang dan kerja sama untuk mendukung industri pertahanannya.

Aspek ketiga yang harus diperhatikan adalah aspek legal. Aspek legal ini mengharuskan Indonesia untuk mempertimbangkan aturan-aturan yang ada di tingkat regional dan internasional karena Indonesia adalah bagian dari komunitas global dan regional.Di tingkat internasional selama ini hanya ada rezim pendaftaran senjata konvensional yang mendasarkan keikutsertaan mendaftarkan senjata dengan basis sukarela, namun tidak ada aturan jual beli senjata yang secara signifikan membatasi Indonesia untuk menjual senjata di tingkat internasional.

Di tingkat regional Indonesia terlibat dalam pembentukan komunitas ASEAN yang secara normatif berniat menghilangkan penggunaan kekerasan dalam penyelesaian konflik. Tapi,lagilagi, tidak ada aturan khusus yang secara spesifik membatasi Indonesia untuk mengembangkan industri pertahanannya. Selain aspek legal di tingkat internasional, Indonesia juga harus memperhatikan regulasi- regulasi di tingkat nasional.

Secara khusus, Indonesia harus melakukan harmonisasi baik untuk regulasi industri, ekspor-impor, maupun perlindungan terhadap kekayaan intelektual yang dibutuhkan untuk menyokong tumbuhnya industri pertahanan nasional.

Berdasarkan penjelasan di atas,revitalisasi industri pertahanan nasional yang sudah diinisiasi pemerintah tampaknya tidak boleh hanya dianggap sebagai proyek nasional semata. Tumbuh kembangnya industri pertahanan sebuah negara membutuhkan komitmen yang kuat serta kepemimpinan yang konsisten dan berkesinambungan.

Sumber : Sindo

USS Zumwalt Kapal Perusak Amerika Terbaru Beroperasi Dua Tahun Lagi

BATH-(IDB) : Meski ditentang oleh sebagian petinggi Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) karena biaya pembuatannya terlalu tinggi, program pembuatan kapal perang masa depan USS Zumwalt jalan terus. Kapal yang penuh dengan teknologi canggih terbaru itu akan diluncurkan tahun depan dan diserahkan kepada US Navy pada 2014.

Saat ini, pembuatan Zumwalt terus berlangsung di galangan kapal Bath Iron Works di dekat kota Bath, Negara Bagian Maine, AS. Kepala Staf US Navy Laksamana Jonathan Greenert mengatakan, dengan segala kemampuannya, Zumwalt adalah kapal perang masa depan AS.

"Dengan kemampuan stealth, sistem sonar yang luar biasa, kemampuan menyerang, dan kebutuhan tenaga manusia yang lebih sedikit, ini adalah masa depan kita," tutur Greenert saat mengunjungi Bath Iron Works, pekan lalu.

Zumwalt adalah jenis kapal perusak berpeluru kendali kelas terbaru (DDG-1000) yang akan menjadi kapal perusak terbesar dan tercanggih yang pernah dioperasikan US Navy. Kapal itu memiliki desain lambung tumblehome yang unik, yakni mengerucut ke atas.

Meski berukuran lebih besar daripada kapal-kapal perusak US Navy saat ini, Zumwalt akan dioperasikan oleh lebih sedikit awak kapal karena hampir semua sistemnya sudah otomatis.

Kapal yang dibuat dengan material komposit itu akan dilengkapi sistem pendorong elektrik, sonar terbaru, rudal, dan meriam-meriam berkemampuan tinggi yang menembakkan proyektil berpendorong roket dan berpemandu. Pada masa depan, kapal ini akan dilengkapi meriam elektromagnetik, yakni meriam yang tak lagi menggunakan ledakan mesiu untuk mendorong proyektil, melainkan medan elektromagnetik.

Untuk membangun kapal berukuran panjang 182 meter itu, galangan kapal milik General Dynamics tersebut menghabiskan dana 40 juta dollar AS (Rp 366,4 miliar) untuk membangun bangunan galangan baru setinggi 32 meter guna merakit bagian-bagian lambung kapal yang berukuran raksasa.

Dengan segala ukuran dan teknologi yang ia punyai, biaya membuat kapal terbaru ini, menurut angka resmi US Navy, mencapai 3,8 miliar dollar AS (Rp 34,8 triliun) per unit. Namun, Winslow Wheeler, Direktur Straus Military Reform Project di Pusat Informasi Pertahanan, di Washington DC mengatakan, ongkos sebenarnya bisa mencapai 7 miliar dollar AS (Rp 64,12 triliun) per unit.

Dengan biaya semahal itu, jumlah pesanan US Navy terus mengecil, dari awalnya 32 kapal menjadi 24 unit, kemudian 7 unit, dan akhirnya diputuskan untuk membuat 3 unit saja.

Greenert mengatakan, kapal baru ini sangat cocok dengan perubahan strategi militer global AS untuk memusatkan perhatian di kawasan Asia Pasifik. Menurut US Navy, kapal tersebut efektif digunakan untuk menangkal serangan musuh baik di lautan lepas maupun di perairan dekat pantai.
Meski demikian, beberapa kritik menyebutkan, kapal tersebut terlalu memaksakan diri memasukkan begitu banyak teknologi canggih. Desain kapal itu juga disebut kurang tangguh dalam mempertahankan diri dari serangan rudal. Para pengamat pertahanan memperingatkan, kapal itu rentan terkena serangan dalam operasi dekat pantai. Bentuk lambungnya juga dikhawatirkan kurang stabil dalam kondisi tertentu. 

Sumber : Kompas

Korea Utara Hari Ini Luncurkan Roket Jarak Jauh

SEOUL-(IDB) : Korea Utara hari Jumat (12/4/2012) meluncurkan roket jarak jauh, demikian kantor berita Korea Selatan Yonhap, mengutip sumber-sumber pemerintah Korsel.

"Korea Utara meluncurkan roket jarak jauh dan kami sedang melacak lintasan roket itu," kata sumber tersebut, seperti dikutip Channel NewsAsia, Jumat.

Korea Utara sebelumnya mengatakan roket itu akan ditempatkan di satelit di orbit untuk tujuan penelitian damai. Namun Barat mengeritik peluncuran itu sebagai uji coba rudak balistik yang terselubung, yang dilarang resolusi PBB. 

Sumber : Kompas

Kemhan Dan TNI AU Bantah Pembelian 24 Pesawat Tempur Inggris

JAKARTA-(IDB) : Kementerian Pertahanan (Kemhan) dan TNI Angkatan Udara membantah kabar yang menyebutkan adanya rencana pembelian pesawat tempur Eurofighter Typhoon milik Inggris. Hingga saat ini, pembelian pesawat tersebut belum masuk dalam rencana pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) TNI.

“Belum ada. Kami tidak ada rencana pembelian itu,” kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemhan Brigjen TNI Hartind Asrin di Jakarta, Kamis (12/4). Hal senada diungkapkan oleh Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara (Kadispenau) Marsma Azman Yunus.

Menurutnya, pembelian 24 unit pesawat itu hanyalah isu yang tak bertanggung jawab. “Nggak ada. Isu dari mana juga itu,” kata Azman. Nilai diisukan sebesar 2 miliar pound sterling atau senilai Rp29,2 triliun, sejak tahun 2011 lalu.

Isu pembelian Eurofighter Typhoon sudah terdenfar sejak tahun silam saat Dubes Inggris di Jakarta Mark Canning membuka peluang kerja sama militer dengan Indonesia. "Kami telah menjual beberapa peralatan pertahanan penting ke Indonesia, contohnya pesawat Hawk," katanya. Soal Eurofighter Typhoon, ia menyatakan berusaha menjual apa pun ia bisa.

Kini isu itu kembali menguat bersamaan dengan kedatangan PM Inggris Davic Cameron, siang tadi.

Sumber : Jurnas