Pages

Rabu, April 11, 2012

Mulai Tahun Ini PT. DI Dipercaya Airbus Untuk Pengembangan Pesawat A350

BANDUNG-(IDB) : Dirgantara Indonesia (PT DI) bekerjasama dengan produsen pesawat asal Prancis yaitu Airbus. PT DI mendapatkan pekerjaan mengembangkan pesawat Airbus A350.  Hal ini disampaikan Direktur Utama PT DI Budi Santoso dalam siaran pers, Rabu (11/4/2012). 

"Hari ini PT DI membuat sesuatu yang berbeda, selain mampu membuat komponen untuk pesawat Airbus, dipercaya juga untuk pekerjaan engineering dalam mengembangkan pesawat A350. 

Kerjasama ini telah dirintis sejak 2010, ketika Airbus mengaudit sistem yang digunakan di PT DI serta mengukur kemampuan engineering-nya," tutur Budi.  Kerjasama ini ditandai dengan penandatanganan Mou antara PT DI dengan Airbus di istana presiden. 

Pekerjaan baru ini dilakukan PT DI mulai tahun ini.  PT DI hingga saat ini tengah mengerjakan pembuatan komponen untuk struktur Airbus A320/321/330/30/350 dan A380 sejak tahun 2002 yang diperoleh dari Spirit (saat ini BAe System-UK) dan juga dari CTRM Malaysia.  

"Pekerjaan engineering ini akan menjadi langkah awal untuk menjadi kontraktor engineering bagi pesawat-pesawat Airbus. Dalam hal manufakturing, PTDI juga berharap akan menjadi pemasok tier 1 bagi Airbus," kata Budi.  

PT DI yang sudah sekian lama menjalin kerjasama dengan EADS, kembali membuktikannya dengan memesan 9 pesawat CN295 dari Airbus Military pada 15 Februari 2012 lalu, dan pada 6 April 2012 PT DI menandatangani pemesanan 6 unit helicopter EC725 buatan Eurocopter.

Sumber : Detik

Dewan Dukung Penempatan Pasukan Tempur di Berau

TANJUNG REDEB-(IDB) : Rencana Kodam VI/Mulawarman menempatkan alat sistem senjata utama (Alutista) di Kabupaten Berau didukung DPRD setempat. Upaya itu dinilai positif karena untuk pengamanan wilayah NKRI, khususnya di daerah perbatasan.

Wakil Ketua DPRD Berau, H Saga mengatakan, secara geografis letak Berau memang sangat memungkinkan untuk ditempatkannya Alutista serta pasukan tempur karena memang posisinya yang berbatasan dengan negara tetangga.

"Dengan melihat kondisi yang ada seperti ini karena kita ini salah satu daerah yang berbatasan dengan daerah tetangga walupun kita hanya  perbatasan di daerah laut dan ini cukup strategis untuk menempatkan pasukan tempur itu," katanya, Rabu (11/4/2012).

Saga mengatakan dipilihnya Berau sebagai tempat diletakannya skuadron tempur itu karena dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya di utara Kaltim, kondisi Berau memang cukup strategis, ditambah beberapa wilayah ini berbatasan lansung dengan Philipina.

Sebelumnya, saat silaturahmi dengan insan pers se Kalimantan Timur, Pangdam VI/Mulawarman Mayjen TNI Subekti mengungkapkan bahwa dalam waktu dekat ini pihaknya akan menempatkan sebuah roket buatan Brasil yang mampu menembak dengan jarak 300 kilometer kaliber 120.

Selain roket seharga Rp 3,6 triliun itu, TNI juga akan mengirimkan 16 unit helikoter serang super cobra yang juga ditempatkan di Kabupaten Berau.

Sumber : TribunNews

TNI-AU Could Rival China, US by 2045, Expert Says

JAKARTA-(IDB) : Indonesia is expected to have an Air Force that is on par with China and the United States in dominating Southeast Asia by 2045, University of Indonesia defense expert Andi Widjajanto said Tuesday.

Speaking at the International Air Power Seminar 2012, Andi said that the Indonesian Air Force (TNI-AU) capacity for air force dominance in 2012 was slightly below that of Malaysia, with the strongest being the US, quoting Jane’s Southeast Asia Air Force Inventory 2012.

If Indonesia goes to war with the US, the TNI-AU would be put in a state of paralysis against the superpower, being air subordinate relative to the super power.

Air subordination refers to the weakness of a country's air force relative to other countries. As of 2012, Indonesia is considered subordinate to countries like China, but is considered air superior to countries such as East Timor. 

If Indonesia fights against Malaysia, the two countries would be on equal grounds in terms of air force dominance capabilities, or what in military terminology is referred to as air parity. 

“We already have strategic plans [for the air force] for at least until 2024. The government has already planned that and we will reach the country’s minimum essential force requirement by that year,” Andi said. “By that year, we will reach air parity with Singapore and Malaysia.”

“We will have air dominance throughout Southeast Asia by 2045.” 

Andi said Indonesia would have air parity with countries such as China, the Five Power Defense Arrangements (FPDA) and the US. 

“But we still don’t know how we will be in the position of air dominance with those countries,” he said. 

China, for example, has bombers which can reach Australia, he said. 

Source : JakartaPost

Philipina Tindaklanjuti Pembelian Pesawat Militer dari PT.DI

JAKARTA-(IDB) : Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Rabu (11/4), menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Philipina untuk Indonesia HE Madam Maria Rosario C. Aguinaldo yang datang didampingi Atase Pertahanannya di Kantor Kemhan, Jakarta. 

Pertemuan kali ini dimaksudkan untuk menindaklanjuti keinginan Pemerintah Philipina dalam hal ini Departemen Pertahanan Philipina dalam pengadaan pesawat terbang produksi PT DI untuk kepentingan militernya. Selanjutnya, Wamenhan menjelaskan, pembicaraan lebih lanjut dan lebih rinci mengenai hal ini diharapkan dapat langsung antara Pejabat Tinggi Departemen Pertahanan Philipina dengan Kepala Badan Ranahan Kemhan Mayjen TNI R Ediwan Prabowo S.IP. Pembelian pesawat buatan PT DI ini juga akan semakin mempererat hubungan kerjasama pertahanan diantara kedua negara yang tergabung dalam ASEAN. 

Saat menerima Dubes Philipina untuk Indonesia, Wamenhan didampingi oleh Kepala Badan Ranahan Kemhan Mayjen TNI R Ediwan Prabowo S.IP dan Direktur Kerjasama Internasional Ditjen Strahan Kemhan Brigjen TNI Jan Pieter Ate M.Bus serta Direktur Utama PT. DI Budi Santoso.

Sumber : DMC

Malaysia Siagakan MBT Diperbatasan Kalimantan

BALIKPAPAN-(IDB) : Komando Daerah Militer VI Mulawarman menuturkan, di perbatasan Indonesia-Malaysia, sudah berjajar tank-tank jenis PT–91 buatan Polandia yang beratnya hingga 50 ton. Tank-tank milik Malaysia ini memang dipersiapkan untuk pengamanan perbatasan di sepanjang Kalimantan. “Tank-tank Malaysia sudah siap di perbatasan Kalimantan,” kata Panglima Kodam Mulawarman Mayor Jenderal Subekti, Selasa, 10 April 2012.

Bukan hanya itu. Malaysia, kata Subekti, juga membangun infrastruktur jalan penghubung di wilayahnya sendiri untuk memudahkan pergerakan pasukan dari satu tempat ke tempat lainnya.

Dengan situasi seperti itu, Subekti memaklumi jika saat ini pemerintah melakukan pengadaan tank Leopard buatan Jerman yang bobotnya hingga 62 ton. Batalyon tank Leopard itu nantinya akan ditempatkan di perbatasan, baik di Bulungan, Sangata, serta Malinau. Secara total, batalyon tank Bulungan akan memiliki sebanyak 44 Leopard. Keseluruhan pengadaan perlengkapan dan sarana batalyon bisa dituntaskan pada Oktober 2013 mendatang.

Subekti mengatakan batalyon tank Leopard itu diperlukan untuk menjaga kedaulatan serta kewibawaan Indonesia di mata negara tetangga. Dia menilai tank tempur Kodam Mulawarman jenis AMX–13 dan panser Sarasin, Saladin, dan Perret, sudah ketinggalan zaman. “Bila dibandingkan tank Malaysia, seperti mainan saja tank TNI. Dalam kategori strategi militer, tank TNI sudah dianggap tidak ada, saking tuanya,” katanya.

Subekti memastikan keberadaan batalyon Leopard akan mampu meningkatkan kewibawaan Indonesia di mata negara-negara tetangga. Alat tempur darat tersebut mampu menyaingi persenjataan tank tempur Malaysia.

Selain batalyon Leopard, pengamanan perbatasan juga diperkuat oleh pembentukan skuadron helikopter tempur yang berpusat di Berau. Skuadron ini nantinya dilengkapi oleh 16 pesawat helikopter serang buatan PT Dirgantara Indonesia, Agusta 129 Mangusta dari Italia, dan Super Cobra buatan Amerika Serikat.

Super Cobra adalah helikopter buatan Bell, hasil pengembangan dari Huey Cobra yang berjaya di perang Vietnam. Senjatanya adalah senapan mesin gatling 20 mm, roket Hydra, rudal Sidewinder untuk pertempuran udara, dan rudal penghancur tank Hellfire.

TNI, kata Subekti, menginginkan Super Cobra sebagai pilihan utama, di samping juga heli serbaguna Agusta Westland buatan Italia. Bahkan, kalau dapat izin, ia juga menginginkan heli Apache buatan Amerika Serikat karena dianggap sangat cocok untuk pengamanan perbatasan.

Untuk pengamanan perbatasan di darat, akan dilakukan oleh tiga batalyon gabungan infanteri dan artileri yang memiliki persenjataan anti-tank yang dapat membidik tank dari jarak 6 kilometer serta multiple launch rocket system (MLRS) Astros II buatan Brasil. Kata Subekti, seluruh persenjataan dan personel baru ini akan tersedia secara bertahap mulai tahun 2012 ini.

Menurut Subekti, ketersediaan alat utama sistem senjata dan personel di perbatasan itu akan sangat berdampak pada perimbangan kekuatan Indonesia dengan negara tetangga, terutama dengan negara yang berbatasan langsung di Kalimantan. “Saat ini kita memang tidak memiliki musuh yang eksplisit, yang nyata. Tapi setiap hari kita dilecehkan di perbatasan dengan adanya patok yang digeser-geser,” ujarnya. 

Sumber : Tempo

Pangdam VI : Dukungan Seluruh Masyarakat Penting Dalam Pengadaan Alutsista

BALIKPAPAN-(IDB) : Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) VI/Mulawarman Mayor Jenderal TNI Subekti kembali meminta dukungan masyarakat dalam hal pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI.

"Sebab persenjataan ini bukan untuk apa-apa, melainkan untuk mempertahankan kedaulatan kita," tegas Pangdam Mayjen TNI Subekti di Markas Kodam VI/Mulawarman, Jalan Jenderal Soedirman, Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa.

Pangdam Subekti berbicara dalam konteks hambatan yang diterima TNI dalam upayanya membeli alutsista dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia dan juga Parlemen Belanda.

DPR menyebutkan Tank Leopard yang akan dibeli TNI AD tidak sesuai dengan medan di Indonesia. Dengan beratnya yang mencapai 62 ton, Leopard disebut bisa tenggelam bila melewati medan dengan tanah lunak, atau malah meruntuhkan jembatan yang diseberanginya.

Parlemen Belanda menolak penjualan senjata tersebut dengan alasan Belanda tidak ingin terlibat pelanggaran Hak Asasi Manusia.

TNI sedang melakukan pembelian 100 buah Tank Leopard, atau dua batalion lebih tank, dari Belanda dan Jerman.

TNI juga membeli satu skuadron penuh helikopter serbu Super Cobra sebanyak 16 unit dan sejumlah peluncur roket ganda (multiply launch rocket system/MLRS) Astro.

Heli serbu Bell Super Cobra dibeli dari Amerika Serikat dan peluncur roket Astro dari Brazil.

Roket Astro terutama mendapat namanya dari Perang Teluk saat digunakan pasukan Irak menangkis serangan artileri Amerika dan sekutu-sekutunya. "Tentara yang kuat tentu kebanggaan rakyat," kata Pangdam lagi.

Anggaran pembelian persenjataan tersebut, khusus tank saja, adalah 280 juta dolar AS. Satu tank Leopard diawaki empat personel, yaitu satu pengemudi, satu penembak, satu pengisi senjata, dan satu komandan.

"Dengan tiga personel juga sudah bisa jalan dengan salah satu dari mereka menjadi komandan," sambung Panglima yang sebelumnya adalah Asisten Perencanaan (Asrena) Kasad di Markas Besar TNI tersebut.

Baik tank-tank Leopard, helikopter Super Cobra, dan MLRS tersebut akan ditempatkan di Kalimantan untuk mengamankan perbatasan langsung dengan Malaysia.

Satu batalyon baru tank, yaitu dengan kekuatan masing-masing 44 buah kendaraan baja, itu masing-masing ditempatkan di Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.

"Di Kaltim saat ini sudah kami siapkan batalyon kavaleri baru di Bulungan. Kami juga sudah memulai proses perekrutan personel untuk semua alutsista tersebut," papar Panglima.

Dengan perimbangan kekuatan yang lebih baik daripada Malaysia tersebut, diharapkan kedaulatan RI tidak lagi dilecehkan, yang di antaranya dilakukan dengan menggeser patok tanda titik batas perbatasan, pencurian kayu, ataupun pencurian ikan di perairan Indonesia. 

Sumber : Antara

TNI-AU Kerja Sama Dengan PT DEA

JAKARTA-(IDB) : TNI-AU menandatangani naskah kesepakatan bersama dengan PT Dirgantara Aviation Engineering (DAE) tentang pemanfaatan fasilitas Pangkalan Udara TNI-AU Wiryadinata di Tasikmalaya, Jawa Barat, sebagai alternate base maupun operation base bagi operasional penerbangan PT DEA.

Kesepakatan tersebut ditandatangani Asisten Operasi Kepala Staf TNI-AU, Marsekal Muda TNI Agus Munandar, dengan Direktur Utama PT DEA, Wasito, di Markas Besar TNI-AU, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu.
Munandar mengatakan, "Kesepakatan ini menjembatani kepentingan dua pihak. Dari PT DEA berkaitan operasional sekolah penerbangan, sedangkan TNI-AU lebih pada bidang pertahanan yang berorientasi pada optimalisasi kemampuan operasi TNI AU dan perannya sebagai pembina potensi dirgantara nasional".
Kerjasama ini suatu upaya langkah maju bagi perkembangan dunia penerbangan di tanah air dan diharapkan menumbuhkembangkan animo masyarakat di dunia kedirgantaraan dan penerbangan.
Selain itu, melalui kerjasama ini juga akan menjadi sarana potensi masyarakat dalam dunia dirgantara pada umumnya dan dunia penerbangan pada khususnya, sehingga nantinya akan menjadi komponen pengganda dalam sistem pertahanan negara dari aspek dirgantara.
Sumber : Antara

Pengamat Militer : Matra Udara Dan Laut harus Jadi Prioritas Penguatan Pertahanan

JAKARTA-(IDB) : Penguatan pertahanan dinilai sudah saatnya bergeser pada kemampuan matra udara dan matra laut,bukan lagi di darat. Ini untuk merespons perubahan dalam percaturan geopolitik global dan ancaman yang sekarang berkembang.

Pengamat militer dari LIPI Jaleswari Pramodhawardani mengungkapkan, sekarang ini ancaman sudah berubah,misalnya dalam kasus illegal fishing dan people smugling. ”Kita harus merespons perubahan perubahan yang terjadi dalam percaturan geopolitik. Saat ini penguatan TNI AL dan AU itu penting,” katanya di sela-sela seminar tentang kekuatan udara di Jakarta,kemarin.

Walaupun sering dibicarakan trimatra terpadu, lanjut dia,seharusnya saat ini yang diperkuat adalah TNI Angkatan Udara dan Angkatan Laut. ”Kalau dulu, yang dikedepankan adalah TNI AD karena ancaman ada di darat, saat ini ancamannya sudah berubah,” sebutnya. Memperkuat AU danAL memang akan berdampak pada banyaknya anggaran yang harus dikeluarkanan ketimbang AD.Pasalnya,AU dan AL lebih banyak menggunakan senjata yang diawaki, sehingga dari teknologi lebih mengemuka.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyebut,pertahanan di perbatasan akan diperkuat. ”Nanti rencana kita untuk mengaktifkan UAV (pesawat intai tanpa awak) yang salah satunya milik AU,walaupun nantinya angkatan lain juga punya,”katanya. Adanya penambahan sekitar 50 pesawat hingga 2014 juga menegaskan penguatan kekuatan TNI AU. Belum lagi dengan penambahan radar untuk pemantauan yang saat ini masih harus mengintegrasikan dengan radar sipil demi mengcover seluruh wilayah NKRI.

Sementara itu,Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat menuturkan, UAV yang akan dibeli itu sebenarnya UAV yang paling bagus yang bisa beli, sehingga pembelian ini juga bisa dimanfaatkan para ahli untuk dipelajari dan kemudian membuat yang lebih canggih.

”Mudah- mudahan ahli-ahli kita bisa mengembangkan setelah kita punya UAV,”katanya. UAV ini rencananya dibeli dari Filipina dan merupakan produk dari Israel. Alat utama sistem senjata (alutsista) tersebut akan menempati satu skuadron tersendiri di Pontianak.

Sumber : Sindo

Airbus Military Akan Pamerkan Pesawat A400M di Jakarta

JAKARTA-(IDB) : Produsen pesawat militer dan sipil, Airbus Military, akan memamerkan pesawat angkut militer generasi terbaru A400M di Jakarta pada 18 April 2012 dalam rangkaian kunjungannya di Asia.

Siaran pers dari Airbus Military yang diterima ANTARA di Jakarta, Selasa, menyebutkan pesawat A400M jenis Grizzly 4 akan tinggal selama satu hari di Lapangan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, sebelum melanjutkan perjalanan ke Chiang Mai dan Bangkok.

Pejabat pemerintah dan anggota TNI Angkatan Udara dijadwalkan melihat pesawat tersebut dan berpartisipasi dalam demonstrasi penerbangan untuk mendapatkan pengalaman langsung mengendarai pesawat A400M.

Mitra lama Airbus Military di Indonesia, PT Dirgantara Indonesia, mendukung dan memfasilitasi kunjungan Grizzly 4--satu dari lima prototipe A400M yang dikembangkan-- ke Indonesia.

Pesawat A400M adalah pesawat angkut militer yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan angkatan bersenjata.

Produsen mengklaim pesawat itu bisa terbang lebih tinggi, cepat dan jauh, dengan tetap mempertahankan kemampuan bermanuver yang tinggi dan kemampuan menggunakan landasan pendek, lunak dan juga kasar.

Jenis pesawat itu juga disebut memiliki ruang kargo yang secara khusus dirancang untuk mengangkut peralatan besar yang dibutuhkan oleh misi militer dan bantuan kemanusiaan.

Sumber : Antara