Pages

Kamis, Maret 29, 2012

Menhan Bantah Ada Anggaran Ganda Pembelian Sukhoi

JAKARTA-(IDB) : Menteri Pertahanan (Menhan), Purnomo Yusgiantoro membantah adanya anggaran ganda dalam pembelian Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) pesawat tempur Sukhoi jenis jenis 30-MK2 sebanyak enam unit.

"Tidak ada itu. Tidak ada double anggaran. Yang mengaitkan itu mbok ya dicek dahulu anggaran yang mana," tutur Purnomo singkat usai mengikuti Rapat Paripurna Tingkat Menteri (RPTM) yang digelar di Kantor Kemenkopolhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (29/3/2012).


Menurut Purnomo, tidak ada permasalahan dalam pembelian teknis karena sudah dilakukan secara bertahap dengan membangun sistem dimulai dari Kementrian-kementrian teknis lalu diajukan kepada Kementrian Keuangan baru kemudian dibahas di Panitia Anggaran DPR.


Atas dasar itu, Purnomo menegaskan anggaran pembelian Sukhoi tidak hanya menyangkut satu Kementerian tapi melibatkan institusi yang besar untuk proses APBN.


"Jadi, yang menuduh itu mestinya melihat dululah sistem yang kami bangun baru bicara," tandas Purnomo.


Sebelumnya, Indonesia Corruption Watch (ICW) mengendus adanya anggaran ganda dalam pengadaan enam unit Sukhoi.


Menurut ICW, pemerintah telah menganggarkan simulator Sukhoi pada sumber anggaran yang berbeda serta harga yang berbeda. Untuk sumber dari APBN-P pemerintah menganggarkan Rp. 376.270.050, sedangkan untuk sumber sumber dari alokasi state credit Rusia berjumlah US Dollar 45 Ribu sehingga ada perbedaan jumlah.

Sumber : TribunNews

Unifil Kunjungi TNI di Lebanon Terkait Keadaan Darurat

LEBANON-(IDB) : Staf Unifil melakukan kunjungan di Markas Satgas POM TNI Sector East Military Police Unit (Sempu) UN Posn 7-3 Marjayoun, Lebanon, Rabu (28/3/2012). Demikian isi rilis yang dikirim ke redaksi Tribunnews.com, Kamis (29/3/2012).
 
Kunjungan ini dipimpin oleh Bidang Latihan (G-5) AOR (Area Of Responsibility) Sektor Timur UNIFIL (United Nation Interim Force In Lebanon) yang dipimpin Letkol Lazaravic (Serbia) didampingi Mayor Katorte (India) dan diterima oleh Wadan Satgas POM TNI Kontingen Garuda (Konga) XXV-D/Unifil, Mayor Laut (PM) Wahyu Dwi Sulistyo, S.T. didampingi Kapten Cpm Irawan Widianto, M.B.A (Pasi Pers), Kapten (PM) Rus Indarto (Danton MP), Kapten Pom I Gede Eka S. (Pasi Info), Kapten Pom Made Oka (FSU), Kapten Laut (PM) Aang Iskandar dan Danki B Indobatt.

Maksud dan kunjungan staf G-5 Unifil tersebut, untuk mengadakan koordinasi tentang rencana latihan pengamanan dan evakuasi personel militer dan sipil apabila terjadi contigency planning (keadaan darurat) serta melihat sarana/prasarana pengamanan/evakuasi yang berada di UN Pos 7-3 dilanjutkan melihat kondisi shelter/bunker yang berada di Markas Satgas POM TNI.

Latihan yang direncanakan pada tanggal 5 Mei 2012 tersebut, akan melibatkan personel yang berada di UN Posn 7-2 (Seceast Headquarter, Spanbatt, Chinmed) dan UN Posn 7-3 (Sempu, Cambodian Engenering, Kompi B Indobatt), sekitar 200 orang.

Menurut Wadan Satgas POM TNI Mayor Laut (PM) Wahyu Dwi Sulistyo, S.T., latihan yang akan dilaksanakan ini sangat bermanfaat bagi seluruh personel dalam menghadapi situasi terburuk yang mungkin terjadi di daerah operasi serta melatih kesiapan UN Posn 7-3 dalam hal ini Satgas POM TNI dan Kompi B Indobatt dalam menerima personel militer/sipil untuk diberikan perlindungan ataupun evakuasi sementara apabila dalam keadaan darurat.

Sumber : TribunNews

AS Akan Bangun Tameng Anti Rudal di Asia

Fasilitas yang sama pernah dibangun di Eropa, mengundang amarah Rusia.
SEOUL-(IDB) : Pejabat Pentagon mulai menjajaki beberapa pemimpin militer di Asia terkait rencana Amerika Serikat membangun tameng anti rudal di kawasan. Tameng serupa sebelumnya telah dibangun di Eropa, untuk menghadapi ancaman dari Iran dan Korea Utara.

Asisten menteri pertahanan AS untuk urusan strategi global, Madelyn Creedon, mengatakan bahwa Pentagon telah melakukan dua pertemuan trilateral, masing-masing dengan Jepang dan Australia, dan Jepang dengan Korea Selatan.

Dikutip Reuters, Senin 26 Maret 2012, Creedon mengatakan, tameng anti rudal balistik yang akan dibangun di Asia bertujuan untuk menangkis serangan rudal jarak jauh dari Iran dan Korut yang diarahkan ke AS. Baik Iran dan Korut diyakini AS juga tengah mengembangkan senjata nuklir.

Tameng ini berfungsi untuk melacak serangan dan mengintersepsi rudal dengan menghancurkannya di udara. Fasilitas ini sebelumnya dibangun AS dan NATO di wilayah Eropa, di antaranya di Polandia, Romania, Turki dan Spanyol.

Akibat pembangunan tameng anti rudal Eropa, Rusia meradang. Pemerintahan Vladimir Putin meminta jaminan tertulis bahwa fasilitas itu tidak akan digunakan untuk menyerang instalasi nuklir Rusia. Putin bahkan mengancam akan menghancurkan tameng AS jika tidak adanya jaminan tersebut.

Mantan pejabat militer senior dan penasihat rudal AS, Riki Ellison, mengatakan bahwa rencana pembangunan tameng di Asia diperkirakan akan ditentang keras oleh China, rival AS di kawasan. Kedua negara sempat terlibat ketegangan menyusul dukungan AS terhadap beberapa negara di Asia yang terlibat sengketa Laut China Selatan. Selain di Asia, AS juga berencana membangun fasilitas yang sama di Timur Tengah. Dalam membangun tameng rudal ini, AS menggandeng beberapa perusahaan, di antaranya Boeing, Lockheed Martin, Raytheon dan Northrop Grumman.

Sumber : Vivanews

Helikopter Colibri TNI-AU Siaga SAR

SUBANG-(IDB) : Satu helikopter EC-120B Colibri nomor registrasi HL-1205 dari Skuadron Udara 7 disiagakan untuk mendukung latihan pengamanan Alur Laut Kepulauan Indonesia dalam Operasi Alur Elang.

Helikopter latih lanjut itu berpangkalan di Pangkalan Udara TNI-AU Suryadarma, Subang, Jawa Barat. Untuk sementara dia digeser ke Terminal Selatan Pangkalan Udara Utama TNI-AU Halim Perdanakusuma dalam operasi itu.

“Sesungguhnya tugas yang kami emban sudah 22 Maret,
dengan mendukung Latihan Kilat, Latihan Cakra, Latihan Tangkis Petir
dan Kalibrasi Radar Cibalimbing, dan direncanakan akan berakhir sampai 29 akhir bulan ini”, kata Letnan Satu Penerbang Antonius. Dia adalah kapten pilot helikopter itu, di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (28/3).

Selain pengamanan ALKI, Colibri saat ini bertugas sebagai  pesawat yang siap untuk operasi Search And Rescue (SAR). Disamping itu, bertugas dalam misi mendukung pengecekan kesiapan unsur demo udara ke Pangkalan TNI Suryadarma dengan rute Halim-Sasaran-Halim.

Colibri, menurut rencana, akan digelar di udara dalam satu formasi aerobatik helikopter, The Pegasus, pada hari puncak HUT ke-66 TNI-AU di Pangkalan Udara Utama TNI-AU Halim Perdanakusuma, 9 April nanti. 

Demonstrasi udara mengambil nama kuda sembrani mithologi tunggangan Dewa Zeus itu diketengahkan dalam banyak manuver unik khas kemampuan manuver helikopter. 
 
Sumber : Antara

Australia Basis Drone AS

CANBERRA-(IDB) : Australia pada Rabu menyatakan mungkin mengizinkan Amerika Serikat menggunakan wilayahnya untuk menggerakkan pesawat mata-mata tak berawak jarak jauh, sebagai bagian dari peningkatan kehadiran adidaya itu di Asia-Pasifik, yang melukai perasaan China.

Washington dan Canberra juga dilaporkan menempatkan kapal induk dan kapal selam tempur bertenaga nuklir Amerika Serikat di kota Australia Barat, Perth, sebagai bagian dari perluasan besar hubungan ketentaraan.

Dalam perluasan itu, marinir Amerika Serikat pertama dari pengerahan 2.500 tentara ke Darwin di Australia utara -diresmikan pada November 2011 oleh Presiden Barack Obama- tiba pada April.

Rencana Marinir itu membuat marah Beijing, tapi meyakinkan beberapa negara Asia, yang melihatnya sebagai pernyataan bahwa Washington bermaksud membela sekutu dan kepentingannya di kawasan itu di tengah kekhawatiran akan peningkatan ketegasan Cina.

Media Australia pada Rabu dengan mengutip berita "Washington Post" melaporkan bahwa Amerika Serikat mempertimbangkan menggunakan kepulauan Cocos,  atau di samudera Hindia di lepas pantai Australia baratlaut, untuk meluncurkan pesawat pengintai tak berawak.

Berita itu menyatakan Cocos, yang berpenduduk sekitar 600 orang, akan menggantikan Diego Garcia, pangkalan Amerika Serikat di samudera Hindia, yang adidaya itu sewa dari Inggris dan dijadwalkan dikembalikan pada 2016.

"The Washington Post" juga menyatakan pemerintah Australia mempertimbangkan perbaikan pangkalan laut Stirling di Perth "untuk pengerahan dan gerakan di Asia Tenggara dan samudera Hindia oleh Angkatan Laut Amerika Serikat".

Perbaikan itu dilaporkan akan membantu Stirling melayani kapal perang permukaan besar, termasuk kapal induk pesawat dan kapal selam tempur Amerika Serikat.

Menteri Pertahanan Australia Stephen Smith menyatakan pengutamaan kunci dalam kerjasama lebih dekat Amerika Serikat adalah perputaran Marinir melalui Darwin, jalur udara lebih besar dan penggunaan lebih banyak pangkalan HMAS Stirling di Perth.

Kurt Campbell, wakil menteri luar negeri Amerika Serikat urusan Asia Timur dan Pasifik, berada di Australia pada pekan lalu untuk membahas pengerahan pertama 250 Marinir pada April dan masalah lain pertahanan, katanya.

Smith menyatakan penggunaan kepulauan Cocos adalah pilihan jangka panjang untuk keterlibatan lebih dekat Australia-Amerika Serikat dan landasan pesawatnya perlu diperbaiki lebih dulu.

"Cocos adalah kemungkinan. Itu peluang jangka panjang dan harus diperlakukan demikian," kata Smith kepada radio ABC.

"Itu bukan untuk saat ini, karena salah hal pertama harus kami lakukan adalah perbaikan besar prasarana, terutama lapangan terbang," katanya.

Tetangga Australia tidak perlu takut, kata menteri pertahanan itu, "Kami terbuka tentang itu," katanya.

Ketika ditanya tentang tanggapan Smith, juru bicara kementerian luar negeri Cina Hong Lei tidak secara langsung menjawab kemungkinan pesawat tak berawak Amerika Serikat menggunakan wiayah Australia.

Tapi, ia kepada wartawan di Beijing menyatakan semua negara di kawasan Asia-Pasifik harus menjunjung tinggi tata baru keamanan dalam kesetaraan, pembangunan bersama, penggalangan dan saling menguntungkan, serta mencoba menegakkan keamanan untuk semua.

Cocos dipandang sebagai tempat memadai untuk pangkalan pesawat tak berawak terus meronda mengawasi jalur pelayaran tersibuk di dunia dan laut Cina Selatan, tempat pengakuan wilayah dianggap sebagai titik api.

Cina, Taiwan, Filipina, Vietnam, Malaysia dan Kamboja mendaku wilayah di daerah tersebut.

Hugh White, pengulas pertahanan di universitas Nasional Australian, menyatakan Australia dilihat sebagai "harta strategis" oleh Amerika Serikat saat memantau kebangkitan Cina.

"Saya pikir, yang kita lihat di sini adalah pergeseran mendasar sangat berarti dalam siasat Amerika Serikat," katanya.

Amerika Serikat saat ini hanya memiliki penyebaran terbatas di sekutu lama Australia, termasuk stasiun terpencil satelit mata-mata Pine Gap di dekat Alice Springs, demikian AFP dan Reuters melaporkan.

Sumber : Antara