Pages

Rabu, Maret 14, 2012

Wamenhan RI Terima Kunjungan Kehormatan Wamenlu Belarus

JAKARTA-(IDB) : Wakil Menteri Pertahanan Republik Indonesia Sjafrie Sjamsoeddin menerima kunjungan kehormatan Wakil Menteri Luar Negeri Republik Belarus Sergei Aleinik, Selasa (13/3) di kantor Kementerian Pertahanan RI, Jakarta. Kunjungan tersebut dimaksudkan dalam rangka meningkatkan kerjasama bilateral kedua negara khususnya kerjasama di bidang pertahanan.
 
Saat menerima Wamenlu Belarus,  Wamenhan RI didampingi  Dirjen Strahan Kemhan Mayjen TNI Puguh Santoso, ST, M.Sc,  Kabaranahan Kemhan Mayjen TNI Ediwan Prabowo dan Kapuskom Publik Kemhan Brigjen TNI Hartind Asrin. Sementara itu, Wamenlu Belarus didampingi 12 anggota delegasi dari berbagai institusi di Belarus.

Dalam kunjungannya, Wamenlu Belarus menyampailkan keinginan dari pemerintah Belarus untuk peningkatan kerjasama pertahanan dengan Indonesia yaitu dengan menyerahkan proposal draf kerjasama teknik militer kepada Wamenhan RI.

Menanggapi keinginan pemerintah Belarus, Wamenhan RI menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia dalam hal ini Kemhan menyambut baik serta akan segera mempelajari  dan menindaklajuti proposal draf tersebut. Pemerintah Indonesia berharap kerjasama pertahanan kedua negara khususnya kerjasama teknik militer didasari atas kerjasama yang saling menguntungkan antara kedua pihak.

Kunjungan Wamenlu ke Wamenhan ini merupakan bagian dari serangkaian kunjungannya di Indonesia selama empat hari dari tanggal 11 hingga 14 Maret 2012. Selain berkunjung kepada Wamenhan RI, sehari sebelumnyaWamenlu Belarus didampingi delegasinya juga mengadakan kunjungan kehormatan kepada Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Senin (12/3).

Selama di Indonesia, Wamenlu Belarus dan delegasi juga direncanakan bertemu dengan Menteri ESDM RI, Menteri Ristek RI, Wakil Menteri Luar Negeri RI, Wakil Menteri Perdagangan RI, Komisi I DPR RI dan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Tujuan kunjungannya ke Indonesia adalah dalam rangka meningkatkan hubungan bilateral kedua negara di bidang ekonomi, pertahanan, perdagangan dan Iptek. 

Sumber : DMC

KRI Singa-651 Memilki Kemampuan Tempur Anti Kapal Selam

SURABAYA-(IDB) : KRI Singa-651 yang berada dibawah jajaran Satuan Kapal Cepat (Satkat) Koarmatim, memilki kemampuan tempur Anti Kapal Selam (AKS). Kapal perang jenis Fast Patrol Boat (FPB) itu merupakan salah satu produksi dalam negeri PT. PAL Indonesia yang bermarkas di Ujung Surabaya. KRI Singa-651 diserahkan ke TNI AL pada tahun 21 April 1988 dengan komandan pertama dijabat oleh Letkol Laut (P) T.H. Lubis.

Meskipun dibuat oleh industri maritim dalam negeri, namun kemampuan tempur kapal FPB PT. PAL ini tidak kalah dengan kapal-kapal buatan negara asing, karena dilengkapai dengan sistem penginderaan berupa radar berteknologi canggih dan senjata yang ditakuti lawan bawah air yaitu kapal selam. Kapal Cepat Rudal (KCR) itu didukung oleh dua Mesin Turbin (MTU) buatan Jerman sebagai mesin pendorong pokok.

Ke dua mesin turbin tersebut dapat mendukung manuver  kapal untuk melaju dengan  kecepatan maksimal hingga 29 knot diatas permukaan air. Hal itu memungkinkan bagi KRI Singa untuk melakukan serangan mendadak terhadap garis depan pertahanan lawan dan segera menghindar dari jangkauan senjata musuh.

Senjata pamungkas yang dimilki KRI Singa diantaranya Meriam Bofors kaliber 57 dan 40 mm buatan Swedia, Meriam Rheinmetal kaliber 20 mm buatan Jerman serta diperkuat dengan senjata AKS Torpedo SUT buatan AEG Telefunken Jerman.

Persenjataan tersebut terintegrasi dengan sensor radar permukaan dan bawah air yaitu radar navigasi Raytheon Marine buatan Amerika Serikat serta sonar bawah air berupa Sonar Control Console buatan HAS Belanda. Saat ini KRI Singa-651 diawaki sekitar 53 personel dengan Komandan Letkol Laut (P) M. Sjamsul Rizal.

Sumber : Koarmatim

tni Sertijab Pangkostrad TNI AD

JAKARTA-(IDB) : Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo melantik Mayjen TNI Muhamad Munir sebagai Panglima Komando Strategis dan Cadangan Angkatan Darat (Kostrad) menggantikan Letjen Azmin Yusri Nasution di Markas Besar Angkatan Darat di Jakarta, Selasa.

Pada kesempatan yang sama, Kasad melantik Mayjen TNI Sonny Widjaya sebagai Panglima Kodam III/Siliwangi menggantikan Mayjen TNI Muhamad Munir, dan melantik Mayjen TNI Subekti, sebagai Panglima Kodam VI/Mulawarman menggantikan Mayjen TNI Tan Aspan.

Kasad juga melantik Brigjen TNI Joko Sriwidodo sebagai Aslog Kasad menggantikan Mayjen TNI Soni Wijya, dan melantik Brigjen TNI Dicky Wainal Usman sebagai Asrena Kasad menggantikan Mayjen TNI Subekti.

Kasad mengatakan, Kostrad sebagai Kotama Pembinaan TNI Angkatan Darat sekaligus sebagai Kotama Operasional TNI, memiliki tugas pokok membina kesiapan operasional segenap jajaran komandonya, serta melaksanakan operasi tingkat strategis sesuai dengan kebijaksanaan Panglima TNI.

Jajaran Kostrad, kata Pramono, dituntut memiliki mobilitas tinggi serta mampu bereaksi cepat sebagai satuan penangkal, penindak dan pemukul yang handal untuk digerakkan ke seluruh wilayah NKRI.

"Demikian juga dengan Kodam III/Siliwangi dan Kodam VI Mulawarman sebagai Kotama Kevilayahan, bertugas menyelenggarakan pembinaan kemampuan, kekuatan dan gelar kekuatan, serta melaksanakan pembinaan teritorial untuk menyiapkan wilayah pertahanan di darat dan menjaga keamanan negara di wilayahnya masing-masing," kata Kasad.

Keterpaduan lintas sektoral yang solid dan komprehensif dengan pemerintah daerah, instansi dan pihak terkait, serta elemen masyarakat, harus selalu diperhatikan dan dikedepankan guna menyelesaikan beragam persoalan aktual yang berkembang di masyarakat.

"Serta dalam rangka menciptakan kondisi sosial yang aman dan kondusif," ujar Pramono.

Sementara itu, Kasad juga meminta kepada Staf Perencanaan dan Anggaran, serta Staf Logistik sebagai penyelenggara fungsi Staf Umum di tingkat Mabesad, agar perencanaan dan pengelolaan anggaran serta logistik harus senantiasa mempertimbangkan skala prioritas dan azas manfaat dalam kerangka manajemen modern, sehingga dapat memberikan hasil yang signifikan dan maksimal.

"Pedomani sasaran program yang ditetapkan dan pagu anggaran yang dialokasikan, dengan mengedepankan transparansi, proporsionalitas dan akuntabilitas untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan penyalahgunaan sekecil apa pun," tegas Kasad.


Kostrad TNIAD Siap Modernisasi Alutsista

Komando Cadangan Strategis Angkatan Darad (Kostrad) berupaya untuk meningkatkan profesionalitas dan kemampuan dalam mengawaki alat utama sistem senjata (alutsista) yang semakin canggih.

Pemerintah telah memprogramkan modernisasi alutsista bagi Kostrad ke depan. Panglima Kostrad yang baru dilantik Mayjen TNI Muhamad Munir mengungkapkan, alutsista Kostrad ke depan harus semakin modern. Dukungan pemerintah dan DPR untuk modernisasi ini sudah besar.”Tapi,itu masih kurang,” ungkap Munir seusai mengikuti apel lepas sambut Panglima Kostrad di Makostrad, Jakarta, kemarin. Kekurangan itu, ujarnya, pada alutsista Batalion Kavaleri yang mayoritas belum dimodernisasi.

Meski demikian, Munir tetap bersyukur karena sudah ada yang dimodernisasi. Mantan Pangdam III/Siliwangi itu percaya, pemerintah dan DPR akan melengkapi Kostrad dengan alutsista canggih. ”Kita sebagai prajurit yang penting siap untuk menyongsong modernisasi alutsista untuk setara dengan negara lain sehingga kita bisa menjaga negara ini lebih aman lagi,” tandasnya.

Sedangkan mantan Pangkostrad Letjen TNI AY Nasution mengatakan,dia memasuki masa pensiun seusai purnatugas sebagai Pangkostrad. ”Terima kasih atas dukungan kalian (prajurit Kostrad) sehingga saya bisa menyelesaikan tugas tanpa cacat,” ujarnya. Nasution pun berpesan agar prajurit Kostrad tetap menjaga soliditas dan semangat. Nasution mengaku akan kembali ke kampung halaman di Sumatera Utara setelah pensiun nanti.
Sumber : Antara

Perlombaan Senjata Di Kawasan Asia Tenggara

AMSTERDAM-(IDB) : Indonesia berminat membeli kendaraan lapis baja Belanda. Keinginan itu bukan hanya sekedar monopoli Indonesia. Diam-diam semua negara Asia tenggara berlomba-lomba memodernisir peralatan militernya.

Dari pesawat tempur F-16, jet Sukhoi, kapal selam, kapal perang sampai tank. Semua itu juga menyangkut gengsi. Demikian topik koran sore Belanda NRC Handelsblad.

Tidak hanya Cina yang minggu lalu menaikkan anggaran militernya dengan 100 miliar dollar. Tapi juga Filipina, Indonesia sampai Vietnam dan Singapura. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, naik pula anggaran militer mereka dengan ratusan juta dolar per tahun.

Para pengamat sampai menyebut ada semacam lomba senjata di Asia.

Baru dan Canggih

Dibanding dulu, negara-negara Asia Tenggara dan Cina kini lebih memilih kendaraan dan peralatan militer terbaru serba canggih. Yang mencolok adalah pembelian kapal selam. Malaysia baru saja membeli tiga kapal selam, Indonesia pesan tiga, Vietnam enam dan Muangthai mau beli empat dari Jerman.

Negara-negara Asia tenggara membeli senjata karena faktor perasaan kurang aman. Vietnam dan Filipina misalnya cemas akan kebijakan maritim yang akan ditempuh Beijing. Di laut Cina Selatan ada enam pulau Vietnam.

Tidak ada yang tahu apa kebijakan pertahanan Cina yang semakin menandingi pertahanan Amerika.

Selain menghadapi negara raksasa Cina, di antara rumpun negara-negara ASEAN sendiri ada juga saling curiga, tulis koran NRC Handelsblad. Negara pulau Singapura yang dikelilingi negara-negara besar seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand punya angkatan bersenjata yang patut diperhitungkan.

Indonesia dan Malaysia berulangkali ribut soal kapal-kapal penangkap ikan. Konflik di perbatasan Kamboja-Muangthai tahun 2008, menewaskan puluhan orang.

Gengsi

"Angkatan bersenjata yang canggih bukan hanya soal pertahanan tetapi juga menyangkut gengsi," ungkap Tim Huxley direktur Asia di International Institute for Strategic Studies. "Pemerintah juga perlu pamer kekuatan militer pada penduduknya," tambahnya.

Jual-beli peralatan militer tidak lepas dari praktek korupsi. Sebuah perusahaan Prancis didesas-desuskan membayar uang suap € 114,- juta pada sebuah perusahaan yang dekat dengan perdana menteri Malaysia untuk menjual tiga kapal selam.

Tapi kapal selam pertama yang diserahterimakan ternyata tidak bisa beroperasi di bawah permukaan laut.

Amerika

Lomba senjata di Asia Tenggara juga dipicu oleh campur tangan Amerika. Untuk menandingi Cina, Washington meningkatkan hubungan dan kerjasama militer dengan Filipina, Indonesia dan Australia. Berarti negara-negara tersebut lebih mudah tembus ke sektor industri militer Amerika.

Amerika sebaliknya berdalih bahwa kerja sama tersebut hanyalah dalam rangka kemitraan, demikian kutipan NRC Handelsblad.

Sumber : RNW

Industri Peledak Dalam Negeri Masih Andalkan Bahan Baku Impor

SUBANG-(IDB) : PT Dahana (Persero) masih mengandalkan pasokan bahan baku amonium nitrat yang diimpor dari sejumlah negara.
 
Saat ini, baru satu pabrik saja yaitu PT Multi Nitrotama Kimia yang efektif memroduksi amonium nitrat (AN) di kawasan Cikampek Jawa Barat. Akan tetapi, itu pun baru mampu menghasilkan 30 ton AN per tahun.

Kepala Litbang Dahana Waspodo Kurniadi mengatakan perseroan membutuhkan sedikitnya 60.000 ton AN per tahun.

Sedangkan kebutuhan AN di dalam negeri mencapai 250.000 ton per tahun.

Dia mengemukakan AN diimpor dari sejumlah negara antara lain  China, Prancis, Korea Selatan, dan lain-lain.

“Jadi kami membutuhkan sekitar seperempat dari kuota AN keseluruhan,” katanya kemarin.

Dia mengatakan saat ini memang ada dua perusahaan yang mengusahakan produksi AN yaitu PT Kaltim Nitrat Indonesia dan PT Batuta milik kelompok usaha Bakrie di Bontang Kalimantan Timur.
Waspodo mengatakan Kaltim Nitrat diproyeksikan mampu memroduksi sekitar 200.000 ton per tahun.

Menurut dia, perusahaan ini diperkirakan akan mulai memroduksi AN pada tahun ini.

Adapun usaha milik Bakrie saat ini masih dalam tahap proses perizinan. Perusahaan ini diperkirakan mampu memroduksi hingga 300.000 ton.

“Ketika dua pabrik itu beroperasi mungkin kebutuhan dalam negeri tidak lagi harus impor,” katanya.

Dia mengatakan Dahana siap menjajaki kerja sama dengan kedua perusahaan itu dalam pengadaan AN.

Akan tetapi, tentu saja perusahaan mensyaratkan hukum pasar dalam kerja sama bisnis itu.

“Tentu harganya harus murah. Kalau mahal kita memilih impor saja,” katanya.

Pada kesempatan yang sama, Waspodo mengatakan pembangunan komplek Energic Material Centre di Subang sudah hampir 100%.

Kawasan seluas hampir 596,8 hektare ini akan menjadi pusat penelitian dan pengembangan bahan berenergi tinggi di Asia Tenggara.

Kawasan ini juga sekaligus merupakan relokasi pabrik sebelumnya di Tasikmalaya yang hanya 36 hektare.

Waspodo mengatakan dengan sokongan infrastruktur baru itu kinerja perusahaan mampu naik lebih dari dua kali lipat.

“Tetapi yang terpenting bahwa kami akan benar-benar mampu menyokong kepentingan negara sebab kami juga berperan dalam sistem pertahanan negara antara lain dalam pengembangan roket dan peluru kendali,” katanya.

Waspodo mengatakan dari sisi bisnis perusahaan juga terus melakukan ekpansi usaha. Menurut dia, perusahaan saat ini masih mendominasi pasar bahan dan jasa peledakan di Tanah Air.

Menurut dia, beberapa produk juga sudah rutin dieskpor ke beberapa negara seperti Filipina, Thailand, Australia, dan lain-lain.

Seperti diberitakan sebelumnya, Dahana membidik  pendapatan pada tahun ini naik 54,6% dibandingkan dengan realisasi pendapatan pada tahun lalu dari Rp.630 miliar menjadi di atas Rp974 miliar.

Presiden Direktur Dahana Tanto Dirgantoro mengatakan target tersebut ditetapkan  seiring dengan keinginan perseroan yang akan mengoptimalkan perolehan bisnis dari jasa peledakan terutama pengeboran (drilling), blasting (peledakan), jasa-jasa terkait lainnya serta memperbanyak aneka produk explosive manufacturing.

“Prognosa [pendapatan] pada tahun ini mencapai lebih dari Rp974 miliar dengan profit margin 12% dan laba bersih [nett profit margin] 9% dari total prognosa dengan meningkatkan pelayanan di bidang jasa serta peningkatan kegiatan explosive manufacturing,” katanya beberapa waktu lalu.

Sumber : BisnisJabar

TNI AL Belum Berencana Bangun Kapal Induk Setidaknya Dalam Waktu Dekat

JAKARTA-(IDB) : TNI AL hingga kini masih belum berminat untuk membangun kapal induk untuk memperkuat armadanya. TNI AL memandang bahwa kapal induk bukan kebutuhan bagi alutsista saat ini.

"Hingga kini, kami belum memiliki rencana untuk membuat kajian untuk pengadaan kapal induk untuk penambahan alutsista TNI AL," ujar Asisten Perencanaan dan Anggaran (Asrena) Kasal Laksamana Muda TNI Sumartono saat raker di Komisi I DPR membahas APBN-P 2012 untuk anggaran Kemenhan dan Mabes TNI, Selasa (13/3).

Hal ini disampaikan Sumartono menjawab pertanyaan dari anggota Komisi I DPR RI Fayakun Andriadi soal kemungkinan TNI AL memiliki rencana membangun kapal induk untuk kebutuhan TNI AL di masa depan.

Sumartono menjelaskan, membuat kapal Induk tidak murah, baik untuk pengadaan maupun pemeliharaannya. Sementara untuk pengoperasiannya, kapal induk cenderung untuk doktrin perang yang bersifat menyerang. "Itu tentu tidak sama dengan prinsip yang kita anut, yaitu bertahan," ujarnya.

Menurutnya, kebutuhan kapal perang TNI AL hingga kini masih pada jenis kapal kelas menengah dan kecil. Sejenis fregard dan korvet yang punya kemampuan daya tempur yang andal.

"Kita masih butuh jenis kapal seperti itu, masih banyak jumlahnya. Sehingga kita bisa sebarkan kapal kelas itu di seluruh wilayah perairan kita, untuk patroli keamanan, sekaligus bisa menjadi kapal penyerang dalam kondisi tertentu," tegasnya.

Sumber : Jurnamen

Anggaran Kemenhan pada APBN-P 2012 Turun 0, 45 Persen

JAKARTA-(IDB) : Pemerintah mengusulkan pengurangan atau pemotongan anggaran Kemenhan pada Perubahanan APBN 2012 sebesar Rp 329,4 miliar dari total anggaran Kemenhan 2012 ini sebesar Rp 72,538 triliun.

"Turun sekitar 0,45 persen dari total pagu anggaran Kemenhan 2012 ini. Namun penurunan anggaran di Kemenhan ini sesungguhnya paling kecil,dibandingkan penurunan anggaran di Kementerian lainnya," ujar Sekjen Kemenhan Marsda Eris Harryanto dalam raker pembahasan APBN Perubahan 2012 di Komisi I DPR, Selasa (13/3).

Eris menjelaskan, pemotongan anggaran Kemenhan pada APBN Perubahan 2012 itu dilakukan pada pengurangan belanja barang.

"Untuk pemotongan anggaran pada Mebes TNI sebesar Rp 24,9 miliar, TNI AD Rp 173,37 miliar,TNI AL Rp 34,05 miliar dan TNI AU Rp 34,89 miiar serta Kemenhan Rp 62,22 miliar," ujarnya.

Menurut Eris, pemotongan anggaran di Kemenhan ini akan mempengaruhi atas perencanaan-perencanaan organisasi di Kemenhan, baik untuk pemeliharaan dan belanja Alutsista, pendidikan tentara, dan lainnya.

"Untuk itu, kami kalau boleh berharap, agar anggaran Kemenhan dapat dipenuhi seperti dana pagu 2012 yang sebelumnya telah ditetapkan. Agar kondisi ini tidak terlalu mempengaruhi realisasi sejumlah program Kemenhan yang telah disusun sebelumnya," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq mengatakan, pengurangan anggaran Kemenhan pada APBN Perubahan 2012 ini baru sebatas usulan pemerintah, dalam hal ini Kemenkeu.

"Sementara DPR belum tentu juga menyetujui adanya pengurangan anggaran di Kemenhan tersebut. DPR perlu membahas hal ini, termasuk dibahas di Banggar," tegasnya.

Sumber : Jurnamen