Pages

Kamis, Maret 01, 2012

Analisis : Abaikan Belanda, Masih Banyak Jalan Menuju Leopard

ANALISIS-(IDB) : Perjalanan shopping alutsista kembali dilakukan Kemhan dan Mabes TNI.  Kali ini kembali mengunjungi Jerman dan Perancis. Kafilah Kemhan dipimpin Wamenhan Syafrie Syamsoedin dan Mabes TNI dipimpin KSAD Jendral TNI Pramoni Edi Wibowo.  Di Jerman rombongan penjelajah alutsista RI itu melakukan lamaran akad nikah dengan Kemhan Jerman tanggal 27 Pebruari 2012.  Isinya berupa MOU sama dengan kesepahaman untuk menjalani pendekatan lebih intensif dalam upaya mendapatkan alutsista yang  diinginkan, misalnya MBT Leopard atau kapal selam U214.  Wamenhan RI bilang penandatanganan kerjasama itu bertujuan sebagai kerangka untuk memajukan kerja sama bilateral kedua negara berdasarkan prinsip kesetaraan, saling menguntungkan dan saling menghormati, kedua pihak.

Hal yang sama dilakukan juga di Perancis.  Di Paris Rabu tanggal 29 Pebruari 2012 dilakukan sign bidang pertahanan, bisa ditebak  maksud dan tujuan MOU itu, mendapatkan alutsista made in Perancis untuk TNI AD.  Yang menarik hanya dalam waktu 1 minggu ada 2 sign kerjasama pertahanan.  Itu merupakan jalan-jalan belanja alutsista yang istimewa sekaligus ingin meledek Belanda yang plin plan menjual tank second Leopard.  Jual beli alutsista itu mestinya pakai aturan bisnis tok atau prinsip kesetaraan.  Polanya macam-macam bisa G to G atau B to B.  Tak usah membawa-bawa issue lain yang berada di luar wilayah bisnis bilateral.  Emang lu siape, emang lu penjajah yang baik, emang lu mewariskan negara jajahan yang berkualitas, jangan sok menggurui dong.  Statemen Wamenhan di Jerman itu jelas dan tegas, prinsip saling menghormati, kesetaraan dan menguntungkan adalah landasannya.
Howitzer Caesar Perancis yang diincar TNI AD
Kita tentu masih ingat ketika seorang menteri luar negeri Belanda Pronk berjalan-jalan di kawasan miskin di Jakarta akhir tahun 80 an.  Gaya bicara dan langgam bahasa tubuhnya menunjukkan seperti dewa penolong, lalu memberikan berbagai syarat agar bantuan IGGI (Inter Government Group on Indonesia)  bisa cair waktu itu. Pak Harto tersinggung berat, tak lama kemudian IGGI dibubarkan oleh Indonesia.  Sekedar informasi IGGI didirikan tahun 1967 yang merupakan group donatur untuk pembangunan ekonomi RI lewat Repelita yang anggotanya adalah Jepang, Belanda, Inggris, AS, Italia, Perancis, Jerman, Bank Dunia, ADB  dll.  Setiap tahun group ini memberikan pinjaman rata-rata 2 milyar dollar, dan si Belanda tadi kontribusinya setiap tahun tidak lebih dari US$ 70 juta, tapi gayanya itu yang menyesakkan hati, arogan dan mendikte.  Jepang yang bantuannya paling besar low profil aja tuh.

Sekarang itu perilaku itu diperlihatkan lagi ketika kita mau order Leopard.  Belum lagi langgam Damen Schelde yang setengah hati melakukan kerjasama pembuatan kapal perang berkualifikasi PKR.  Membaca langgam dan lagu negeri dibawah laut itu kadang membuat kita gregetan sekaligus keki.  Belanda  selalu merasa sebagai bangsa kelas satu lalu menganggap bangsa ini masih berada dalam “aura” negeri jajahan dia.  Perilaku ini kontras dengan gaya sambut Kemhan Perancis dan Jerman.  Mereka say hallo dengan keakraban dan bernuansa kesetaraan, lalu tak bertele-tele, prinsip dagangnya anda jual kami beli.  Bukan, anda jual, mau kami beli lalu jangan ini jangan itu.

Diantara negeri-negeri barat yang mampu membawakan bahasa santun dalam etika pergaulan dengan Indonesia tercatat Perancis dan Jerman yang paling softly.  Spanyol dan Italia juga merupakan negara yang membawa “kesetaraan gender” dalam melihat Indonesia.  Belanda sepanjang sejarah gaulnya dengan RI tak pernah menampakkan diri dalam wajah ketulusan bersahabat.  Mungkin untuk menutupi malunya ketika dua kali tarung teritori dengan RI.  Yang pertama bertekuk lutut dengan pengakuan kedaulatan RI akhir Des 1949.  Dan yang kedua kalah terhormat dalam “final Irian Barat Cup” dan mengembalikan Irian Barat (Papua) kembali ke Indonesia akhir tahun 1962.  Mereka gentar dengan kekuatan armada perang RI waktu itu

Perilaku Inggris agak mirip-mirip dengan Belanda.  Ketika insiden St Cruz Dili Timor Leste tahun 1991 meletus,  Inggris langsung embargo senjata ke RI.  Hebatnya lagi pada waktu bersamaan sedang dilakukan penerbangan ferry pengadaan 40 jet tempur Hawk 100/200.  Beberapa jet itu ditinggalkan pilot Inggris di Bangkok Thailand.  Lalu ketika dilakukan operasi militer di Aceh tahun 2003 Inggris melarang TNI mengunakan pesawat tempur Hawk dan tank Scorpion digunakan di Aceh.  Nah saat ini negeri Rooney itu kelihatannya sedang berupaya mengambil hati pemerintah RI sehubungan dengan hampir pastinya order 3 Fregat Ragam Class dan diliriknya 1 skuadron jet tempur Typhoon.  Padahal baru dilirik loh, soalnya Typhoon baru mengalami kekalahan telak dari Rafale dalam tender jet tempur medium multi guna AU India baru-baru ini.

Pepatah lama yang mengatakan tidak ada rotan akar pun jadi, kiranya perlu disesuaikan sehubungan dengan rencana beli alutsista MBT Leopard.  Pepatahnya diubah jadi: Kalau akar jual mahal kita beli sekalian rotannya.  MBT Leopard itu kan buatan Jerman. Belanda hanya user, lha kalau user mau jual tapi banyak persyaratan mending beli ke pabriknya saja langsung.  Jerman paham dengan kita karena sejarah gaulnya dengan kita penuh dengan kehangatan apalagi ada Habibie yang menjadi perekat manisnya hubungan itu.  Oleh sebab itu kunjungan Kanselir  Jerman Angela Merkel ke Indonesia pertengahan tahun ini perlu kita sambut hangat menuju kemitraan strategis Indonesia-Jerman.  Siapa tahu U214 jadi menu utama hidangan makan malamnya.  Dalam hati siapa yang tahu, ah bisa aja si Jagvane.
 
Sumber : Analisis

TNI AU Mengirimkan Calon Tenaga Teknisi Super Tucano Ke Brasil

MALANG-(IDB) : Skuadron 21 mengirim satu tenaga teknisi ke Brasil pada Maret ini sebagai persiapan datangnya pesawat Super Tucano di Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh Malang.

Super Tocano menggatikan OV-10F Bronco dijadwalkan tiba pada akhir Juli mendatang.


Kepala Skuadron 21 Mayor (penerbang) James Y Singal mengatakan, selanjutnya akan menyusul penerbang, serta ground and air crew.


Semula pesawat tersebut direncanakan tiba Maret ini sebanyak empat unit secara bertahap. Namun karena berbagai pertimbangan diperkirakan baru Juli tiba di Malang.


''Sebagai persiapannya, kami sudah membangun sarana pendukungnya berupa hanggar, lima buah shelter pesawat, shelter GSE (ground support equipment), maupun ruangan kantor. Sementara personel yang akan mengawaki pesawat EMB 314 Super Tucano juga sudah mulai disiapkan, termasuk personel yang akan melaksanakan pemeliharaan tingkat ringan dan sedang.


Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Imam Sufaat, usai Rapat Pimpinan TNI AU dan Apel Dansat 2012 di Gedung Serba Guna Akademi Angkatan Udara (AAU) Yogyakarta baru-baru ini mengatakan, hingga 2014, TNI AU akan menambah empat pesawat tempur jenis Sukhoi dari Rusia, 16 unit pesawat tempur jenis Super Tucano dari Brazil, T/A-50 dari Korea sebanyak 16 unit, F-16 sebanyak 8 unit, serta 30 unit pesawat F-16.


Penambahan pesawat tempur ini untuk memperkuat tujuh skuadron tempur TNI untuk menjaga wilayah NKRI.


Selain pesawat tempur, TNI AU juga akan menambah pesawat jenis transport C 295, Hercules dan helikopter C 725 sebanyak 80 pesawat. Dalam pengadaan itu, TNI AU telah bekerja sama dengan Korea Selatan hingga 2024.


"Banyak pesawat TNI AU sudah tua atau berumur di atas 30 tahun sehingga perlu peremajaan. Tidak hanya pada pesawat saja tapi juga mencakup sistem persenjataan, seperti bom, roket dan peluru. Hingga tahun 2024, Indonesia akan memiliki 180 pesawat tempur".

Sumber : SuaraMerdeka

Sudah Saatnya Indonesia Modernisasi Alutsista

PARIS-(IDB) : Wakil Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin mengakui sudah saatnya Indonesia melakukan modernisasi peralatan militer khususnya alat utama sistem senjata (alutsista)  sesuai dengan perkembangan teknologi dalam menjaga keamanan wilayah Indonesia.

Diakuinya, hal ini sejalan dengan kemajuan ekonomi Indonesia yang terus meningkat yang selama ini menjadi fokus pemerintah dalam pembangunan kesejahteraan masyarakat, ujarnya, Rabu (29/2) malam.  


Kehadiran Wamenhan di Paris beserta KASAD Jendral TNI Pramono Edhi Wibowo dalam rangka penandatanganan kerja sama bidang pertahanan antara Kementerian Pertahanan RI dengan Kementerian Pertahanan Prancis yang dilakukan IGA Daniel Argenson di Paris, Rabu.


Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan bahwa latar belakang penandatanganan kerja sama antara Indonesia dan Prancis adalah dalam rangka menindaklanjuti joint declaration on strategic partnership antara Pemerintah Indonesia dan Prancis yang disepakati dalam pertemuan Presiden SBY dan PM Perancis Francois Fillon pada Juli tahun lalu.


Menurut Sjafrie, kunjungannya ke Paris intinya adalah meningkatkan kerja sama pertahanan dengan Prancis dan memastikan konsep dari kesepakatan yang dilakukan antara kedua kepala negara dalam partnership cooperation agreement yang saling menguntungkan kedua Negara .


Selain itu, katanya, kedua negara juga sepakat meningkatkan kerja sama di bidang pertahanan dan upaya menjaga perdamaian dunia.


"Prancis ingin meningkatkan kerja sama dengan Indonesia di bidang penanganan aksi terorisme dan pengamanan jalur maritim dari pembajakan," ujarnya.


Dikatakannya, Indonesia dikawasan regional sangat diperhitungkan khususnya pada 2011 di mana Indonesia menjadi ketua dari ASEAN yang sepakat untuk menciptakan keamanan bersama. Khususnya dalam pengamanan selat Malaka yang menjadi lintasan internasional.

Sumber : MediaIndonesia

TNI AL Minta Dukungan DPR Untuk Bisa Memboyong Kapal Perang Nakhoda Ragam Class

JAKARTA-(IDB) : TNI AL meminta dukungan pada Komisi I DPR RI untuk pembelian tiga kapal perang buatan Inggris. Pembelian alutsista ini guna memperkuat armada perang TNI AL dalam menjaga keamanan dan kedaulatan NKRI di perairan.

Hal ini disampaikan Kepala Staf TNI AL Laksamana Soeparno di sela-sela raker dengan Komisi I DPR di Komplek Senayan, Rabu (29/1). Raker itu membahas hibah KRI Karang Ungaran 985 ke Kabupaten Sangihe Sulawesi Utara.

Soeparno mengatakan, TNI AL ingin membeli tiga kapal perang buatan Inggris. Jenisnya multi roll fight freegard yang dibangun oleh galangan kapal BHA pada tahun 2001. Kapal pertama telah menyelesaikan tes di laut pada Desember 2003. Kapal kedua dites pada Mei 2004. Kemudian kapal ketiga mulai melaut pada Oktober 2004.

Kapal ini mulanya dipesan Kerajaan Brunei Darussalam. Namun setelah melihat hasil tiga kali uji coba tersebut, pihak Kerajaan membatalkan pesanan.

Jika Brunei enggan, kenapa TNI AL malah bernafsu membelinya?

"Kita sinyalir,pembatalan pembelian kapal perang dari Inggris oleh Brunei bukanlah karena alasan teknis tetapi alasan politis. Yaitu ada ketersinggungan Brunei pada Inggris pada isu tertentu," jawab Soeparno.

Informasi lebih dalam lantas didapat dari otoritas militer Brunei. Ternyata, ungkap Soeparno, jumlah personil angkatan laut negeri kaya itu terbatas jumlahnya. Hanya sekitar 800 personil. Sedangkan tiga kapal perang buatan Inggris itu butuh dioperasikan oleh 330 personil. Alhasil, Brunai bakal kerepotan mengurusnya.

Akhirnya, pada tahun 2007 kapal itu dipindahkan dari Brasko Brunei ke galangan kapal di Inggris. Setahun kemudian Kementerian Pertahanan menawarkan pada TNI AL untuk membelinya.

"TNI AL pun menindaklanjuti hal itu. Kami menyatakan, penawaran tersebut merupakan hal yang sangat baik dalam rangka pemenuhan armada TNI AL," ujarnya.

Brunei sempat membayar sekitar 600 juta poundsterling per kapal. Adapun penawaran ke TNI AL, kapal itu cukup ditebus dengan 296 juta euro atau sekitar 380 juta dollar AS. Angka ini terbilang murah. Di sisi lain pihak Brunei lebih senang jika kapal ini dibeli Indonesia karena punya dok galangan kapal sendiri untuk pemeliharaan. Pihak lain yang berminat adalah Malaysia.

Menurut Soeparno, kapal perang ini canggih karena sudah dilengkapi dengan misil anti kapal selam. Dengan kelengkapan itu, dia bilang, "Sudah dapat mengantisipasi kapal selama milik tetangga."

Sumber : Jurnamen

Menanti Kapal Induk Soekarno

Konsep Kapal Induk Indonesia
JAKARTA-(IDB) : Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PKS Safan Badri mengusulkan pada Panglima TNI, agar dalam pemberian nama kapal perang TNI AL dari produksi dalam negeri ke depannya dapat menggunakan nama mantan Presiden RI HM Soeharto dan KH Abdurahman Wahid (Gus Dur).

"Saya hanya sekadar menyampaikan aspirasi dari beberapa kelompok masyarakat, yang terinspirasi  atas peresmian Kapal Selam di Surabaya dan dua  Kapal Cepat Rudal (KCR) Clurit dan KRI Kujang 642 buatan dalam negeri, di Batam, masyarakat menanyakan apakah mungkin dalam KRI berikutnya,dapat diberi nama KRI HM Soeharto dan KRI  Gus Dur," ujar Safan Badri dalam raker dengan Panglima TNI di Komisi I, Rabu (29/2).

Sementara itu, Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq juga mengusulkan nama KH Agus Salim pada KRI berikutnya.

Merespon atas dua usulan tersebut, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan, penggunaan nama HM Soeharto dan Gus Dur, TNI AL selalu melihat kebesaran nama dengan kondisi Kapal yang di beri nama.

"Artinya, kebesaran Gus Dur dan kebesaran Pak Harto harus sesuai dengan nama kapal yang diberi nama tersebut. Oleh karena itu, kami masih menunggu kapal yang sesui untuk diberi nama Gus Dur maupun Pak Harto," ujar Panglima TNI.

Bahkan, kata Panglima TNI, pihaknya masih menyimpan satu nama, yaitu KRI Sudirman. "Kami masih menunggu akan kehadiran KRI yang besar untuk diberi nama itu, agar kebesaran kapal itu sesuai dengan kebesaran nama Panglima Jendral Sudirman," ujarnya.

Sementara itu, anggota Komisi I DPR lainnya dari PDI-P Sudarto Danu Subroto kembali interupsi pada pimpinan rapat, untuk menayakan kapan pemberian KRI dengan menggunakan nama Soekarno. "Sudah ada bayangan, kapan ada KRI dengan Nama Soekarno?" ujarnya.

Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin menimpali, nama KRI Soekarno akan diberikan setelah TNI AL punya kapal Induk. " Ya nanti, kita tunggu sampai kita punya kapal Induk sendiri," tegasnya

Sumber : Jurnamen

Pangarmabar Bertemu Komandan Escort Kolonel Tomoo Mizukami Dari Jepang

JAKARTA-(IDB) : Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) Laksamana Muda (Laksda) TNI Didit Herdiawan, M.P.A., M.B.A., menerima kunjungan kehormatan Komandan Escort Divisi 15 Kolonel Tomoo Mizukami di Ruang VVIP Markas Komando (Mako) Koarmabar Jalan Gunung sahari No.67 Jakarta Pusat, Rabu (29/2/2012).
 
Dalam rilis yang dikirim ke redaksi Tribunnews.com, selain Tomoo, ikut pula tiga Komandan Kapal Perang Angkatan Laut Jepang yaitu Komandan JS Hamagiri (DD 155) Letnan Kolonel Koji Saito, Komandan JS Sawayuki (DD 125) Letnan Kolonel Yuici Watanabe dan Komandan JS Asayuki (DD 132) Letnan Kolonel Yasuhiro Hayashi,

Kunjungan kehormatan tersebut merupakan kunjungan tiga Kapal Perang Jepang bersama 110 Perwira Remaja Angkatan Laut Jepang yang melaksanakan pelayaran perdana ke Pelabuhan Indonesia, di Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Dalam sambutannya Pangarmabar Laksda TNI Didit Herdiawan, M.P.A., M.B.A., menyampaikan penghargaan kepada Komandan Escort Divisi 15 dan tiga Komandan Kapal Perang Angkatan Laut Jepang beserta 110 Perwira Remaja Angkatan Laut Jepang, di Aula Yos Sudarso, Mako Koarmabar.
Lebih lanjut Pangarmabar mengatakan, melalui kunjungan tersebut diharapkan memberikan pengaruh positif untuk meningkatkan hubungan dan kerjasama antara Angkatan Laut Indonesia dan Jepang, khususnya dengan Koarmabar.

Pada kesempatan tersebut, Pangarmabar menjelaskan tentang tugas pokok Koarmabar antara lain meliputi operasi intelijen maritim guna mendukung pelaksanaan operasi laut, operasi tempur laut dalam rangka Operasi Militer untuk Perang (OMP), Operasi Militer Selain Perang (OMSP) baik berupa operasi laut sehari-hari maupun operasi keamanan wilayah laut.

Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) untuk meningkatkan kemampuan penegakan kedaulatan dan hukum di laut Yurisdiksi Nasional Indonesia Kawasan Barat, operasi laut sehari-hari dan operasi tempur laut untuk pengendalian laut dan proyeksi kekuatan ke darat lewat laut serta pemberdayaan wilayah pertahanan laut berupa kemampuan yang diarahkan pada peningkatan kemampuan pemberdayaan potensi maritim strategis guna mendukung kemampuan pertahanan negara di laut.

Selanjutnya, Pangarmabar menjelaskan tentang wilayah laut Indonesia yang merupakan jalur pelayaran Internasional mulai dari Selat Malaka sampai Laut China Selatan, yang berbatasan dengan beberapa negara diantaranya Singapura, Malaysia dan Vietnam.

Setelah memperoleh penjelasan tentang tugas pokok Koarmabar, Komandan Escort Divisi 15, tiga Komandan Kapal Perang dan 110 Perwira Remaja Angkatan Laut Jepang menyaksikan profil Koarmabar melalui pemutaran video.

Sumber : TribunNews

Alutsista Indonesia Harus Mandiri

JAKARTA-(IDB) : Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PKS, Al Muzzammil Yusuf, berharap RUU Industri pertahanan dan keamanan manjadi solusi kemandirian alutsista (peralatan utama sistem persenjataan) nasional, sehingga Indonesia tidak menjadi negara konsumen alutsista abadi.

"Untuk alutsista ini, kita bisa mandiri kok. Karena itu, saya berharap RUU Industri Hankam ini dapat mendorong pemberdayaan dan peningkatan sumber daya manusia (SDM) dalam negeri, dan membuka lapangan pekerjaan sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat," ujarnya di Jakarta, Rabu (29/2/2012).

Al Muzzammil menilai, RUU ini bukan untuk kepentingan TNI semata dalam pengadaan alutsista, tetapi untuk kepentingan masyarakat. Itu sebabnya PKS akan mengarahkan, agar RUU ini bisa membuka lapangan pekerjaan yang luas bagi masyarakat. "Pengangguran bisa diserap melalui industri pertahanan ini," ujarnya.

Dalam RUU ini, kata Muzzammil, juga diatur bahwa pemerintah ikut terlibat dalam menjaga keberlangsungan industri pertahanan dengan memberikan modal, sekaligus sebagai klien utama industri pertahanan. Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertahanan dan TNI sebagai penentu kebijakan dan pengguna alutsista, didorong untuk memprioritaskan pengadaan alutsista dari industri pertahanan dalam negeri.

"Kementerian Pertahanan dan TNI harus berkomitmen untuk memprioritaskan produk alutsista dalam negeri. Jika ini konsisten dilakukan, maka anggaran Minimum Essential Force (MEF) 2010-2014 yang mencapai 100 Triliun tidak lari ke luar negeri. Bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat Indonesia." katanya. 

Sumber : Kompas

Bila Terjai Kenaikan Harga Lagi Jepang Batal Beli F-35

TOKYO-(IDB) : Menteri Pertahanan Jepang, Naoki Tanaka, menegaskan, jika harga pesawat tempur F-35 naik lagi dan tidak bisa dikirim tepat waktu sesuai kesepakatan, Jepang akan membatalkan pembelian pesawat tempur generasi kelima tersebut dari AS dan akan melirik pesawat buatan pabrikan lain.

Demikian ditegaskan Tanaka dalam satu sesi sidang parlemen di Tokyo, Rabu (29/2/2012).

"Saya kira kami akan menyepakati perjanjian formal sebelum musim panas tahun ini. Jika kita tak bisa mencapai kesepakatan tersebut pada saat itu, akan terjadi ketidakpastian besar terkait kesiagaan dan pertahanan nasional kita. Kita tentu saja akan harus melihat kemungkinan membatalkan rencana tersebut atau memilih pesawat lain," tandas Tanaka.

Tahun lalu, Jepang mengumumkan akan membeli 42 pesawat F-35 Lightning II dari pabrikan Lockheed Martin, AS, dengan harga 120 juta dollar AS (Rp 1,08 triliun) per unit. Jepang berharap pesawat-pesawat tersebut akan mulai dikirim pada 2016.

Akan tetapi, negara-negara di luar AS, yang sudah menyatakan akan membeli pesawat berkemampuan siluman (stealth) tersebut, khawatir harga F-35 akan naik lagi dan produksinya akan tertunda. Pihak Departemen Pertahanan AS sendiri, yang berencana membeli sekitar 2.400 unit F-35, telah memutuskan memperlambat proses pembeliannya untuk menghemat anggaran pertahanan.

Produksi yang diperlambat, dikhawatirkan bisa berdampak pada keterlambatan pengiriman pada para pemesan dan ongkos produksi pesawat makin tinggi.

Saat ini saja, biaya program Joint Strike Fighter (JSF), yang mengembangkan pesawat tersebut, sudah membengkak dari 233 miliar dollar AS menjadi 385 miliar dollar AS. Beberapa pengamat bahkan memperkirakan biaya program ini bisa mencapai 1 triliun dollar AS dalam 50 tahun ke depan.

Sumber : Kompas

Radar Terbaru di Rusia Mulai Aktif 2014

KALININGRAD-(IDB) : Radar Voronezh-DM terbaru milik Rusia, yang ditempatkan di enklaf Rusia di Kaliningrad di kawasan Baltik, akan mulai diaktifkan dua tahun mendatang. Saat ini, radar tercanggih buatan Rusia tersebut masih dalam masa uji coba.

"Ini adalah stasiun radar terbaru, yang saat ini masih dalam tahap percobaan, dan kami akan mengoperasikan penuh dalam dua tahun," tutur Deputi Perdana Menteri Dmitry Rogozin di Kaliningrad, Rabu (29/2/2012).

Radar, yang terletak di tengah-tengah wilayah negara-negara anggota NATO tersebut, pertama kali diungkapkan ke publik pada November 2011. Radar itu dibangun sebagai reaksi atas program perisai rudal Eropa oleh Amerika Serikat dan NATO.

Radar generasi terbaru itu bisa melacak semua rudal balistik yang diluncurkan dekat perbatasan sebelah barat Rusia. Sistem radar terbaru ini bisa melacak 500 sasaran sekaligus hingga jarak 6.000 kilometer. 

Jarak Pantau Radar Baru Rusia Mencapai Eropa

Terkesan pamer, Rusia mengatakan bahwa stasiun radarnya di Kaliningrad mampu memonitor seluruh misil yang diluncurkan dari kawasan Eropa. "Dengan cara itu, kami bisa memantau sekaligus mendapat peringatan dini akan ancaman dari luar," kata komandan stasiun radar itu, Letnan Jenderal Oleg Ostapenko.

Menurut Ostapenko, sebagaimana warta Xinhua pada Jumat (25/11/2011),  peralatan radar di Kaliningrad adalah generasi terbaru. Peralatan itu dilengkapi dengan sistem pintar dengan mobilitas tinggi. "Peralatan kami bisa menangkis misil lawan sekaligus bisa digunakan ofensif," kata Ostapenko.

Rusia, sebagaimana pernyataan Presiden Dmitry Medvedev, memang kembali memperkuat persenjataannya. Salah satunya, radar di Kaliningrad itu. Upaya ini dilakukan untuk mempertinggi kewaspadaan di kawasan Eropa. Dalam banyak pandangan pengamat, Rusia ingin "pelototi" Eropa demi menangkal gerakan militer AS.
 
Sumber : Kompas  

Lanud Supadio Tunggu Kedatangan Pesawat Tanpa Awak

PONTIANAK-(IDB) : Pangkalan Udara TNI AU Supadio Pontianak masih menunggu kedatangan pesawat tanpa awak yang rencananya memperkuat pertahanan keamanan wilayah udara di kawasan perbatasan Indonesia.

"Sekarang hanya tinggal menunggu kabar pengiriman dari Kementerian Pertahanan dan Keamanan," kata Komandan Pangkalan Udara TNI AU Supadio Kol (Pnb) Kustono di Pontianak, Rabu.

Menurut dia, Lanud Supadio sifatnya hanya sebagai daerah penempatan dari pemerintah pusat atas pesawat itu.

"Sekarang, untuk kantor dan hanggar pesawat tanpa awak itu sudah siap," kata dia.

Personel yang menangani pesawat tanpa awak tersebut, katanya, saat ini juga telah dipersiapkan di Mabes TNI AU.

"Saat ini pun kami juga sedang mempersiapkan diri untuk itu," katanya.

Pesawat tanpa awak mempunyai fungsi yang sangat strategis untuk mempertahankan kedaulatan NKRI karena dapat dikendalikan dari jarak jauh.

Selain itu, pesawat tersebut juga dapat dipersenjatai dan dilengkapi dengan pendeteksi untuk kondisi malam dan siang hari.

Ia menjelaskan, keberadaan pesawat tanpa awak selain untuk memperkuat pertahanan NKRI di matra udara juga bisa berfungsi sebagai pendeteksi berbagai kegiatan ilegal dalam patroli perbatasan, baik laut maupun udara.

Selain itu, katanya, juga bisa berfungsi untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya kebakaran hutan yang marak di wilayah Kalimantan dan pulau lainnya.

Rencana TNI AU menambah satu skadron berupa pesawat tanpa awak di Pangkalan Udara Supadio Pontianak untuk memperkuat kemampuan pemantauan termasuk daerah perbatasan di Kalbar sudah dilakukan sejak 2010.

Status Lanud Supadio Pontianak akan ditingkatkan menjadi Kelas A atau Bintang 1. Salah satu syarat minimalnya mempunyai dua skadron. Saat ini Lanud Supadio menjadi pangkalan Skadron Udara I Elang Khatulistiwa. Pesawat yang digunakan jenis Hawk. 

Sumber : Antara