Pages

Minggu, Februari 26, 2012

Komandan Indobat Tinjau Pos Perbatasan Lebanon-Israel

LEBANON-(IDB) : Komandan Satuan Tugas Batalyon Mekanis Konga XXIII-F/UNIFIL (Indobatt) Letkol Inf Suharto Sudarsono meninjau kesiapsiagaan pos-pos perbatasan antara Negara Lebanon dengan Israel yang dijaga oleh prajurit TNI /Indobatt selama 24 jam pada Jumat malam (24/2) waktu setempat.

Komandan Indobatt Letkol Inf Suharto Sudarsono dalam keterangan pers yang dikirim kepada ANTARA di Jakarta, Sabtu menyatakan, tujuan peninjauan ke pos-pos perbatasan selain mengecek kesiap siagaan prajurit secara langsung di lapangan juga memberikan dorongan moril dalam melaksanakan tugasnya.

Sebagai Komandan Indobatt, pihaknya harus turun dengan mengunjungi para prajurit yang bertugas di lapangan dan diharapkan dapat memberi dorongan moril dan semangat dalam melaksanakan tugasnya, ujarnya.

Menurut dia, bila ada kendala-kendala yang dihadapi di lapangan, akan segera diketahui dan dicarikan solusi pemecahannya, sehingga tugas yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik.

Kegiatan diawali dengan meninjau Observation Post (OP) Mata Kompi Delta, OP-16 dan OP-37 yang merupakan area Kompi Eagle yang berada disekitar garis pembatas (Blue Line) antar kedua negara Lebanon dengan Israel.

Sebelum kembali ke Markas, Komandan Indobatt meninjau Pos XC-5 dan M3 Point yang merupakan area tanggung jawab Kompi Chetah, Pos M3 Point lokasinya berdekatan dengan Pos LAF dan sungai Litani River yang rawan terhadap penyelundupan senjata.

Pelaksanaan peninjauan dilaksanakan dengan menggunakan tiga buah kendaraan tempur (Ranpur) jenis Anoa 6x6 produksi Indonesia, jenis VAB Komando dan jenis BTR 80 A.

Turut serta mendampingi Komandan Indobatt dalam kunjungannya ke pos-pos perbatasan, Perwira Polisi Militer Mayor Cpm Tatit Rosadi, Kasiops Satgas Kapten Inf Resa dan Perwira Pekas Satgas Kapten Cku Riko.

Sumber : Antara

Sukhoi Terlaris Nomor 3 Di Dunia

MOSCOW-(IDB) : Pusat Analisis Perdagangan Senjata Dunia (CAWAT), lembaga pemikiran yang bermarkas di Moskwa, menyebutkan, pabrikan pesawat Sukhoi asal Rusia diperkirakan akan tetap berada di posisi tiga besar penjual pesawat tempur terlaris di dunia sampai tahun 2015.

"Sukhoi akan mengekspor 109 pesawat tempur dalam tiga tahun ke depan, sementara Lockheed Martin dari AS akan mengekspor 110 pesawat, dan pabrikan Chengdu dari China mengekspor 112 pesawat," tutur Kepala CAWAT, Igor Korotchenko, kepada wartawan di Moskwa, Jumat (24/2/2012) waktu setempat.

Nilai total kontrak pembelian pesawat-pesawat Sukhoi oleh pembeli luar negeri sampai 2015 mencapai 5,45 miliar dollar AS (Rp 49,3 triliun). Nilai tersebut membuat pesawat-pesawat tempur Sukhoi menjadi penyumbang terbesar ekspor persenjataan Rusia.

Beberapa negara pembeli utama pesawat-pesawat Sukhoi adalah India, Indonesia, Venezuela, Aljazair, dan Malaysia. Korotchenko mengatakan, dalam tiga tahun terakhir, Sukhoi berhasil menjual 171 pesawat tempur buatannya. 

Sumber : Kompas

Analisis : Berguru Ke Negeri China

ANALISIS-(IDB) : Kunjungan Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro dan orang penting lainnya di Kemhan ke China tanggal 19 sampai dengan 21 Februari 2012 tidak saja disambut hangat oleh Menhan China Jenderal Liang Guanglie, tetapi juga membuahkan kesepakatan strategis dan bernilai tambah yakni transfer teknologi rudal. Ini sebenarnya yang ditunggu-tunggu sejak adanya perjanjian DCA (Defence Cooperation Agreement) antara Indonesia-China tahun 2007. 

Perlu waktu empat tahun untuk meyakinkan China agar mau berbagi ilmu sembari mengulang-ulang membaca peribahasa : Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China.  Akhirnya terbuka sudah pintu perguruan Shaolin itu.  Dan ini juga yang menjadi titik asa paling gempita sejak DCA diproklamirkan karena ini tujuan utama dari wujud kerjasama yang nyata itu.

Kerjasama pertahanan dan industri pertahanan bersama China memberikan dua nilai yang sama-sama bernilai penting.  Yang satu adalah soal berguru tadi, menjadi murid sekolah transfer teknologi, yang lainnya adalah mempermudah saling pengertian dalam bidang hankam.  China saat ini sedang membangun kekuatan militernya seirama dengan pertumbuhan ekonominya yang tertinggi di dunia.  Pada saat yang sama negeri tirai bambu ini mempunyai klaim tumpang tindih dengan beberapa negara ASEAN.  Indonesia berada dalam posisi tidak bersengketa dengan negeri naga itu sehingga posisi ini setidaknya dapat menjadi pencair ketegangan.
Indonesia perlu rudal, jelas dong.  Jauh-jauh hari Presiden SBY sudah memberikan ruang dan waktu bahwa di masa pemerintahannya harus tercipta rudal made in dewe yang menjadi pagar pengaman teritori.  Saat ini kita tahu persiapan kearah terciptanya rudal produksi dalam negeri sudah dalam stadium “ngebet banget”. Berbagai uji coba roket sudah dilakukan termasuk membangun fasilitas luncur di Bengkulu dan  membangun pabrik bahan peledak. Nah kerjasama produksi rudal China – RI ini adalah pintu gerbang yang sudah dinantikan, pucuk dicinta ulam tiba. Dengan program kerjasama ini diharapkan Indonesia mampu mengembangkan berbagai jenis rudal sebagai salah satu alutsista strategis.

Setelah bergandeng tangan bersama guru taekwondo Korea Selatan untuk menimba ilmu melalui sekolah proyek pengembangan jet tempur IFX dan sekolah pembuatan kapal selam, maka dengan China dibuka lagi sekolah teknologi rudal untuk kemudian bisa di kembangkan sendiri sesuai jenisnya misal rudal darat ke darat, rudal darat ke udara dan rudal udara ke darat, termasuk penambahan jarak tembak dan hulu ledaknya.  Jika semua berjalan mulus diharapkan tahun 2014 peluru kendali buatan dalam negeri sudah mulai digelar di sejumlah kapal cepat rudal  sebagai rudal anti kapal dan di sejumlah tempat di perbatasan sebagai rudal darat ke darat dan rudal darat ke udara.

Ada yang menarik dari dua bangsa ras kuning ini, setidaknya dalam konteks kerjasama militer, bahwa kedua bangsa Asia ini China dan Korea tidak pelit ilmu, tidak bertele-tele dalam program pengadaan alutsista dengan model ToT, tidak terlalu banyak mempersyaratkan tetek bengek. Bandingkan dengan program kerjasama pembuatan PKR Light Fregat dengan Belanda yang jalannya melambai.  Negara-negara barat memang cenderung protektif dan jual mahal untuk memberikan ilmu teknologi persenjataan kepada negara lain. 

RI membangun kerjasama pengadaan alutsista berdasarkan prinsip kesetaraan dan saling menguntungkan.  Bangsa-bangsa Asia umumnya berada dalam koridor kesamaan ini. Jepang, walaupun sudah sangat maju dalam setiap segi kehidupannya tetap saja kulturnya selalu menghormati dan menyetarakan diri dengan sesama bangsa lain, utamanya bangsa Asia. Coba saja kita bertemu dengan orang Jepang yang kita kenal pasti mereka lebih dulu yang membungkukkan badan sembari memberi salam.

Berguru ke negeri China untuk mendapatkan ilmu teknologi rudal merupakan langkah strategis Kementerian Pertahanan untuk memastikan ketersediaan teknologi rudal.  Sebab kalau ini sudah dikuasai maka lengkaplah penguasaan teknologi alutsista di Indonesia.  Artinya kita sudah mampu menguasai teknologi persenjataan mulai dari produksi amunisi, panser, roket, tank ringan, torpedo, KCR, kapal selam, PKR, pesawat angkut, jet tempur dan peluru kendali.  Inilah sebuah kebanggaan yang patut disyukuri, melihat postur TNI yang gahar, profesional dengan alutsista modern dan sebagian besar adalah produksi dalam negeri.
Sumber : Analisis

Mirage 2000D Perancis Gantikan F-1CR ELINT Pada 2014

PARIS-(IDB) : Angkatan Udara Perancis tegas akan memensiunkan F-1CR dan mengganti peran mereka dengan F-2000D. Sebagai bagian dari program ini, adalah Thales yang diberi kontrak menerapkan pod elektronika taktis pengintaian ASTAC di pesawat tempur buatan Dassault itu.

Situs defense update, Jumat, menyatakan, proses ini paripurna pada 2014, saat F-1CR sudah purnawira dari jajaran dinas aktif pesawat-pesawat tempur Perancis.

Pod ASTAC ((Analyseur de Signaux TACtiques) dirancang bisa ditempatkan di tubuh (fuselage) F-4 Phantom, Mirage F1, dan Mirage 2000. Perangkat perang elektronika ini didedikasikan sebagai perangkat intelijen elektronika (ELINT) dan memiliki kemampuan pengintaian udara ke udara atau udara ke darat.

Termasuk di dalamnya adalah memonitor situasi seluruh medan pertempuran dan mengeluarkan perintah elektronika terhadap pertempuran yang dihadapi.

Kontrak kepada Thales itu meliputi seluruh modifikasi yang diperlukan untuk menjembatani pod ASTAC dengan Mirage 2000D, termasuk mengadaptasikan pijakan dan penentuan sistem penangkalan yang ditempatkan di pod.

ASTAC dirancang untuk bisa beroperasi dalam lingkungan jenuh medan magnet pancaran perang elektronika, menawarkan penentuan arah dan jarak secara sangat presisi dan pemakaian sistem algorietma sangat canggih guna menentukan lokasi pemancar sinyal elektronika yang bisa dijerap.

Parameter pokok sumber sinyal diukur dengan seluruh lingkungan elektromagnetik tinggi. Tahun-tahun belakangan ini Angkatan Udara Perancis memakai ASTAC dalam berbagai operasi di theater perang, di antara yang paling mutakhir adalah di Libia, saat F-1CR Perancis membuka serangan dalam Operasi Hamattan. 

Sumber : Antara

Update : Israel Beli 30 M-346 Macchino Seharga 1 Miliar Dolar Amerika

TEL AVIV-(IDB) : Kementerian Pertahanan Israel mencapai kata akhir dengan Italia dalam pembelian 30 jet latih M-346 Macchino dari Alenia Aermacchi, senilai 1 miliar dolar Amerika Serikat. Kata akhir ini sekaligus mengakhiri masa penantian panjang dalam memutuskan, antara M-346 atau T-50 Golden Eagle dari Korea Selatan, yang menawarkan harga kompetitif.

Jet tempur ringan latih Italia ini sebelumnya telah memenangi dua pesanan pasti dari Singapura dan Uni Emirat Arab. Sementara T-50 baru satu, yaitu Indonesia, itupun dalam jumlah jauh lebih sedikit ketimbang pesanan dari Israel. Baik M-346 dan T-50 juga berkompetisi dalam pesanan serupa bagi Angkatan Udara Polandia dan ceruk besar untuk Angkatan Udara Amerika Serikat.

Dengan begitu, Israel memiliki 30 Macchino ini, Singapura 12, dan Italia sendiri 15 unit. Dalam konfigurasi standar, harga per unit M-346 Macchino sekitar 20 juta dolar Amerika Serikat. M-346 sangat identik dengan Yak-130 Mitten lansiran biro rancang Yakovlev dan Sokol, Rusia, dengan perbedaan pokok pada mesin penggerak.

M-346 Macchino didorong dua Honeywell F124-GA-200 bypass jet sementara Yak-130 Mitten didorong sepasang Klimov RD35 buatan Rusia. Mesin M-346 diakui lebih kuat ketimbang Klimov RD35 buatan Rusia itu.

Strategi besar bagi Korea Selatan adalah: jika memenangi Israel maka pintu bagi pasar internasional akan terbuka lebar, mengingat mereka adalah pemain baru dalam dunia jet tempur di kancah dunia. T-50 Golden Eagle bermesin satu dan menurut pilot uji, "cita rasa" dan performansinya adalah F-16 Fighting Eagle dalam versi mini.

Sementara M-346 atau Yak-130 dinilai gabungan dari F-16, F-15 Eagle, dan Eurofighter.

Bagi Israel, M-346 akan menggantikan A-4N/TA-4N Skyhawk (berkemampuan membopong misil udara ke darat nuklir) buatan dasawarsa '80-an. Israel menerima pertama kali seri A-4 Skyhawk buatan McDonnel Douglas pada 1968 akibat kelebihan produksi Amerika Serikat; Indonesia juga menerima pada dasawarsa '70-an.

Bisnis arsenal udara di antara Israel dan Italia ini juga berlaku secara resiprokal alias offset deal. Italia akan membeli senilai sama peralatan perang dari Israel, yang dikatakan pejabat di Kementerian Pertahanan Israel, Udi Shani, sebagai suatu yang memungkinkan negaranya memperoleh keuntungan jauh lebih besar dalam kenyataannya.

Italia telah membeli produk-produk persenjataan Israel, meliputi senjata berpemandu, perlengkapan intelijen, pengamatan, dan pemantauan (ISR), sistem perang elektronika, dan sistem perlindungan diri bagi helikopter dan pesawat transportasi militer.

Perusahaan Israel juga bekerja sama dengan firma Italia dalam program peningkatan peralatan militer internasional. Yang sedang didiskusikan kini adalah transfer dua pesawat peringatan dini yang dikembangkan Elta Systems. Italia menjadi kandidat utama dalam pengadaan sistem ISR yang bermula dari pesanan Turki; yang ditolak Israel.

Paket ini terkait dengan prioritas yang diajukan Angkatan Udara Italia mengikuti kampanye pertempuran di Libia, tahun lalu. Hal ini mempercepat pembelian, proses, dan diseminasi intelijen menuju data terhadap sasaran yang dituju.

Dari sisi Korea Selatan --sebelum pilihan jatuh kepada Italia-- berharap Israel memberi pesanan senilai 1,6 miliar dolar Amerika Serikat dalam proyek T-50-nya, termasuk sistem penghalau roket Iron Dome mereka. Timbal baliknya, Korea Selatan memerlukan serangkaian sistem pertahanan dari Israel, termasuk misil Spike NLOS, radar kendali tembakan utama bagi jet-jet tempurnya, dan radar besar anti peluru kendali, Green Pine.

Sumber : Antara

Pasar Jet Tempur Ringan - Latih Asia Terbuka Lebar

JAKARTA-(IDB) : Alenia Aermacchi kembali ke Singapore Airshow 2012 dengan dua jet tempur ringan-latih, T-346 pertama yang dipesan bagi Angkatan Udara Italia. Mereka membangkitkan perhatian khusus publik penyelenggara dalam pesta kedirgantaraan Singapura itu, apalagi Singapura memesan 12 unit. Italia menang dalam pertarungan jet tipe ini melalui konsorsium ST Aerospace dan Boeing.

Setahun sebelumnya, Alenia Aermacchi menyelesaikan kontrak dengan ST Aerospace, menyediakan dukungan logistik bagi armada M-346 Macchino, sebagai bagian dari program Fighter Wings Course. M-346 buatan Alenia Aermacchi juga yang dipesan Uni Emirat Arab (hampir pasti), Israel (30 unit), dan Italia (15 unit).

Delegasi Italia dalam Singapore Air Show 2012 kali ini tidak tampil jor-joran. Mereka mengandalkan M-346 dan C-27J Spartan buatan Alenia Aermacchi; yang di Asia menarik perhatian secara khusus bagi Indonesia.

Pasar bagi kelas Yak-130 atau M-346 cukup besar walau juga "agak terbatas". Pemainnya masih tidak lebih dari lima pihak, satu yang sangat sengit merebut kue pasar itu adalah Rusia dengan Yakovlev Yak-130 Mitten. Walau identik dengan M-346, dengan beberapa perbedaan terutama pada dua mesin jet pendorongnya. Rancang bangunnya memang berasal dari meja disain Sukhoi terlebih dahulu.

Perusahaan eksportir arsenal Rusia, menyatakan, mereka telah melakukan pengiriman perdana ke negara pemesan pada 2011.

Yak-130 diposisikan mampu berperan sebagai pesawat latih paling mutakhir bagi keperluan pilot tempur Rusia, juga sebagai jembatan bagi jet tempur generasi 4+ dan 5, dan telah disesuaikan dengan keperluan pasar Asia Pasifik.

Perusahaan Rusia itu sendiri juga memperkirakan, di luar Rusia, kawasan terluas di dunia ini --sekitar 70 persen dunia-- memerlukan 250 unit pesawat kelas Yak-130 selama jangka menengah hingga 10 tahun ke depan. Belum lagi dari kawasan-kawasan lain dunia.

Paling tidak Rusia memakai 11 unit Yak-130, Algeria tiga unit, Siria 36 unit, dan Viet Nam memesan pasti delapan unit. Rusia sendiri dipastikan memerlukan 200 unit Yak-130, salah satu sebab mereka sedang aktif menguatkan kembali kekuatan udara negaranya.

Jika satu unit M-346 dalam varian standar diberi harga 20 juta dolar Amerika Serikat, maka belanja Asia Pasifik untuk jet tempur ringan-latih ini akan sebesar 5 miliar dolar Amerika Serikat. Ini asumsi hanya dari harga pesawat tempurnya saja, dalam varian standar pula.

Yak-130 mampu mengantarkan pilot-pilot tempur Rusia menuju kokpit penempur mereka dari generasi 4 dan 4+ serta 5, mulai dari MiG-29, Su-27 Flanker, sampai Sukhoi PAK FA T-50 yang dikatakan sedikit melebihi kelas F-22 Raptor buatan Lockheed Martin, Amerika Serikat itu.

Satu pendatang baru dari Asia mulai unjuk gigi. Dia adalah Korean Aerospace Industries T-50 Golden Eagle, yang rupa fisiknya mirip sekali dengan F-16 Fighting Falcon, hanya dalam ukuran mini sebagaimana kinerja tempur dan avionikanya.

Setidaknya, Polandia dan Israel sempat menaruh hati pada pendatang baru ini, walau TNI-AU adalah pihak yang benar-benar meminang masuk ke dalam jajaran arsenalnya.

Sempat digadang-gadang akan mengisi hanggar salah satu skuadron udara TNI-AU, Yak-130 Mitten akhirnya parkir di luar negeri saja. Memang pernah ada fakta bahwa pilot uji Mitten harus eject memakai kursi pelontar dalam penerbangan uji masa-masa awal.

Namun T-50 Golden Eagle buatan KAI juga belum diketahui betul rekam jejak dan kinerja sejatinya dalam gelanggang kedirgantaraan dunia.  Karena itulah pesanan pasti dari TNI-AU ini sangat penting bagi KAI bagi reputasi mondial mereka. 

Sumber : Antara