Pages

Sabtu, Februari 25, 2012

Generasi Teranyar Tank Leopard

JAKARTA-(IDB) : Perusahaan Krauss-Maffei Wegmann (KMW) asal Muenchen, Jerman, mengembangkan dan memproduksi tank Leopard seri terbaru yang diluncurkan pertama kali pada Juni 2010, Leopard 2 A7+. Tank ini setingkat lebih maju dan canggih daripada Leopard 2 A6 yang akan dibeli pemerintah Indonesia dari Belanda.

Leopard 2 A7+ adalah tank tempur utama berteknologi canggih yang telah teruji dan digunakan Angkatan Darat Jerman. Pada Juli 2011 pemerintah Jerman melalui Dewan Keamanan Federal telah menyetujui penjualan 200 unit Leopard 2 A7+ ke pemerintah Kerajaan Arab Saudi.

Manajer proyek Krauss-Maffei Wegmann, Kai Stollfuss, mengatakan ada dua perbedaan utama antara tank Leopard 2 A7+ dibandingkan Leopard 2 A6: sistem periskop dan sistem komputernya yang jauh lebih canggih. Leopard 2 A7+ dapat digunakan di segala medan pertempuran, mulai dari pegunungan, perbukitan, perkotaan, hingga menyeberangi sungai.

"Sama seperti Leopard 2 A6, Leopard 2 A7+ cocok digunakan di Indonesia. Tank ini terbukti andal digunakan di Afganistan yang kondisi geografisnya bergunung-gunung," ujar dia di sela pameran kedirgantaraan dan teknologi pertahanan Singapore Airshow, Jumat pekan lalu, 17 Februari 2012.

Leopard 2 A6 dilengkapi dengan meriam L55, sebuah mesin yang mampu mendeteksi ranjau dan sistem pendingin udara. Sejak Maret 2001 Angkatan Darat Jerman memperbarui tank Leopard 2 A5 mereka menjadi Leopard 2 A6. Adapun tentara Kerajaan Belanda memperbarui 180 unit tank Leopard 2 A5 menjadi Leopard 2 A6, yang mulai beroperasi sejak Februari 2003.

Leopard 2 A7+ memiliki fasilitas yang lebih lengkap daripada pendahulunya. Selain meriam Rheinmetall L55 kaliber 120 mm dan mesin pendeteksi ranjau, tank tempur yang dikembangkan untuk misi baru Angkatan Darat Jerman ini dilengkapi dengan sistem yang berfokus pada perlindungan 4 awaknya dari serangan roket, ledakan ranjau, hingga lontaran granat.

Tank jenis ini juga dilengkapi peralatan untuk membersihkan jalur dari ranjau, jebakan bom, atau puing-puing yang dapat menghalangi pergerakan. Sarana komunikasi eksternal yang lebih canggih juga dipasang pada tank tempur ini. Tak hanya itu, Leopard 2 A7+ juga dilengkapi dengan sensor panas di bagian depan dan belakang serta peningkatan kemampuan periskop untuk pengintaian jarak jauh.

Dengan berat 67,5 ton, panjang badan dan meriam 10,97 meter, lebar 4 meter, tinggi 2,64 meter, Leopard 2 A7+ memiliki mesin berkekuatan 1.500 tenaga kuda yang mampu dipacu hingga kecepatan 72 kilometer per jam. Daerah jelajahnya mencapai 450 kilometer. Tembakan meriamnya mampu menjangkau jarak hingga 6 kilometer.

Stollfuss mengatakan Krauss-Maffei Wegmann adalah satu-satunya perusahaan di Jerman yang memproduksi tank seri Leopard. Perusahaan ini awalnya mengembangkan Leopard 2 sebagai tank tempur utama pada 1979, menggantikan Leopard 1 yang diproduksi 16 tahun sebelumnya. Leopard dikembangkan menjadi beberapa seri hingga yang terbaru adalah Leopard 2 A7+.

Ada lebih dari 6.000 unit tank Leopard 1 yang diekspor ke Belgia, Denmark, Kanada, Yunani, Italia, Belanda, Norwegia, Australia, dan Turki. Sedangkan Leopard 2 digunakan militer Austria, Kanada, Denmark, Cile, Finlandia, Yunani, Jerman, Belanda, Norwegia, Portugal, Polandia, Singapura, Swiss, Turki, Swedia, dan Spanyol. Jumlah Leopard 2 seluruhnya mencapai lebih dari 3.200 unit.

Stollfuss tidak bersedia memberikan informasi harga tank Leopard yang diproduksi Krauss-Maffei Wegmann. Dia mengatakan hanya sebagai pihak yang menyediakan tank sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan negara pembeli. Soal harga tank diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah Jerman. "Karena pembelian tank ini harus G to G, dari pemerintah ke pemerintah," kata dia.

Ditanya tentang rencana pemerintah Indonesia membeli tank Leopard dari Belanda, Stollfuss mengetahui dan mengikuti pemberitaannya. Dia pula yang memberi tahu Tempo bahwa tank yang dipesan pemerintah Indonesia adalah dari seri Leopard 2 A6. Namun dia enggan berkomentar tentang rencana pembelian Leopard 2 A6 oleh pemerintah Indonesia.

Belanda berencana menjual 100 unit tank Leopard 2 A6 bekas. Pemerintah Indonesia harus merogoh kocek sebanyak US$ 280 juta untuk mendapatkan seluruh tank yang ditawarkan Belanda. Itu pun jika parlemen kedua negara, yang selama ini getol menolak rencana pembelian tersebut, berubah sikap dan menyetujuinya.

Stollfuss mengatakan, kalaupun jadi membeli Leopard 2 A6 buatan Belanda, pemerintah Indonesia disarankan memperbarui dan meningkatkan kemampuannya menjadi tank seri terbaru, yakni Leopard 2 A7+. Menurut dia, tank dengan kemampuan lebih canggih pasti akan lebih menguntungkan pemerintah Indonesia. "Tapi tentu harus ada biaya tambahan yang dikeluarkan untuk modifikasi tersebut," kata dia menandaskan. 

Sumber : Tempo

TNI AL Berencana Akuisisi Kapal Perang Nahkoda Ragam Class Dari Kelas Corvette

JAKARTA-(IDB) : Besarnya wilayah laut Indonesia membuat TNI Angkatan Laut (TNI AL) terus berbenah diri dengan menambah armada tempurnya. Salah satunya adalah dengan membeli kapal perang dari negara lain. Tersiar kabar bahwasanya TNI AL sedang mengincar kapal perang Nakhoda Ragam Class, sebuah kapal perang kelas corvete buatan BAe System Marine, Inggris, yang tidak jadi dibeli AL Brunei Darussalam karena suatu masalah.

Menanggapi kabar tersebut, kepada itoday, pengamat pertahanan Muradi mengatakan, jika memang kapal yang akan dibeli adalah kapal kelas patroli, maka tidak akan menjadi masalah. Tetapi jika yang dibeli adalah kapal perang yang berukuran besar, maka itu menjadi masalah. Sebab kebutuhannya berbeda dengan apa yang dibutuhkan Indonesia.

Pembelian alat utama sistem senjata memang bukan seperti membeli kacang goreng, setiap negara memiliki kebutuhan yang berbeda. Oleh sebab itu, walaupun kapal yang dibelui sama kelasnya, tetapi masalah “jeroan” kapal bisa berbeda. Karena setiap negara memiliki spesifikasi dan kebutuhan menghadapi tantangan yang berbeda.

“Perairan Brunei itu sangat sempit. saking sempitnya, perairan Brunei mungkin bisa dikelilingi dengan kapal patroli kecil dalam waktu tiga jam saja. Bandingkan dengan perairan Indonesia,” jelas Muradi.

Melihat adanya perbedaan yang sangat signifikan itu, Muradi menganggap, rencana pembelian kapal perang buatan Inggris yang tidak jadi dibeli Brunei, adalah solusi instan untuk jangka pendek saja, karena untuk mengakali anggaran pertahanan Indonesia yang terbilang kecil.

Dari informasi yang diterima itoday, rencana pembelian kapal perang Nakhoda Ragam Class ini sudah mencapai 70 persen, sudah mencapai tahapan MoU. Namun TNI AL tetap membuka kemungkinan untuk membeli kapal perang lainnya untuk memperkuat armada tempurnya.

Nakhoda Ragam Class sendiri adalah kapal perang kelas corvete buatan Inggris yang dibuat berdasarkan seri F2000, yang memiliki kecepatan maksimal 30 knot.

Kapal perang ini dilengkapi sensor radar dan avionik buatan Thales, dipersenjatai dengan satu meriam 76 mm, dua meriam penangkis serangan udara kaliber 30 mm, torpedo, Thales Sensors Cutlass 22, rudal permukaan-udara Seawolf, rudal Exocet MM40 Block II dan dilengkapi dengan hanggar yang mampu menampung satu S-70 Seahawk.

 Sumber : Itoday

Ulang Tahun Emas (50 Tahun) Skadron Udara 6 TNI AU

BOGOR-(IDB) : Satu di antara tiga skuadron udara operasional pesawat sayap putar milik TNI-AU (kini ada Skuadron Udara 45 VVIP) berulang tahun ke-50 atau ulang tahun emas. Skuadron Udara 6 yang berpangkalan di Pangkalan Udara Atang Sendjaya, Bogor, telah melakukan banyak kiprah demi Indonesia.

Mulai dari operasi militer perang hingga operasi militer selain perang (other than war operation). Siapa yang tidak merasakan manfaat helikopter dalam penanggulangan bencana tsunami Aceh pada 2003-2004? Atau pengamatan dan pengiriman personel dan peralatan dalam mengatasi konflik bersenjata di Tanah Air?

Penerbang dan awak pendukung skuadron udara ini juga banyak mengisi Skuadron Udara VVIP 17 (saat itu) atau Skuadron Udara VVIP 45. Tugas pokok mereka adalah menjadi turangga udara bagi keperluan Kepala Negara atau Wakil Presiden.

Walau juga ada barisan catatan warga-warga skuadron udara itu yang gugur dalam tugas atau karena sebab lain terkait penugasan. Untuk mengenang kejayaan dan pengorbanan itu semua maka juga diresmikan Heritage Room dalam rangkaian acara peringatan ulang tahun emas itu.

Upacara ulang tahun emas Skuadron Udara 6 dilaksanakan secara sederhana dipimpin Komandan Pangkalan Udara Atang Senjaya, Marsekal Pertama TNI Tabri Santoso, di Bogor, Jumat.

"50 tahun merupakan tonggak bagi kemajuan Skuadron Udara 6 menjadi lebih baik dihadapkan pada tantangan tugas yang makin beragam dan kompleks," katanya. 24 Februari 1952 adalah hari jadi resmi skuadron udara itu. Masa-masa itu, Indonesia dalam pergolakan di dalam negeri sementara kekuatan asing juga mengincar republik muda bernama Indonesia.

Dia secara khusus meminta agar para awak skuadron yang berinti kekuatan helikopter NAS-332 Super Puma buatan Aerospatiale, Perancis, yang kemudian dilebur menjadi konsorsium Eurocopter, itu terus meningkatkan profesionalisme dalam menjalankan tugas pokoknya.

Sementara itu, Komandan Skuadron Udara 6, Letnan Kolonel Penerbang Hendro Arief, mengatakan, tingkat kesiapan skuadron udara yang dipimpin dia mencapai 80 persen.

"Dengan tingkat kesiapan yang ada tersebut, maka Skuadron Udara 6 siap untuk melaksanakan tugas pokoknya baik dalam operasi militer maupun operasi militer selain perang," katanya.

"Armada kami terdapat di beberapa titik, selain di home base di sini, juga di Jayapura dan Pontianak masing-masing satu unit," katanya.

Sejak awal berdiri hingga kini beragam jenis helikopter pernah bergabung di dalam skuadron udara itu, baik buatan blok Timur ataupun Barat secara terpisah ataupun pada rentang waktu bersamaan. Mereka adalah Mi-4 Hound, S-58T Twin Pack, UH-34D, dan yang terbaru adalah NAS-332 Super Puma.

Akan tetapi, pengadaan terakhir pesawat-pesawat terbangnya itu terjadi pada dasawarsa '80-an, disusul pada awal 2001. Alasan keuangan negara jadi hal yang selalu dimajukan saban wacana pengadaan dan peremajaan pesawat terbang dikemukakan.

Bukan cuma acara berlatar militer dilakukan, juga acara bertajuk Go Green in the Golden Moment, yaitu atraksi kesenian barongsai, pameran statik helikopter S-58T Twin Pack, Bolkow Blohm BO-105, dan NAS-332 Super Puma.

Juga sunbangan Batalion 461 Pasukan Khas TNI-AU bermarkas di Pangkalan Udara Utama Halim Perdanakusuma. Pasukan ini memiliki "pertalian erat" dengan helikopter TNI-AU karena berbagai operasi mereka sangat bersandar pada kesiapan operasional helikopter.

Masyarakat juga bergembira, dan mereka menyumbangkan atraksi menerbangkan beberapa pesawat swayasa. 

Sumber : Antara

Rencana Kedepan Leopard Tidak Akan Ditempatkan Di Papua

JAKARTA-(IDB) : Untuk menjaga integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Indonesia membutuhkan tank kelas berat (main battle tank/MBT). Karenanya diperlukan modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista), salah satunya pengadaan Tank Leopard 26A. Hal tersebut dikatakan Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro di kantor Kementerian Pertahanan, Jumat (24/2).

Purnomo menjelaskan, rencananya Tank Leopard tidak akan ditempatkan di wilayah Papua. Karena kondisi geografis di Papua tidak memungkinkan untuk dilalui jenis kendaraan tempur tank kelas berat. Meski begitu, pihaknya menyatakan pembangunan batalyon tank dalam pembangunan modernisasi alutsista mendesak dilakukan TNI AD.

 “Indonesia membutuhkan MBT, karena yang dimiliki selama ini hanya Light Battle Tank alias tank ringan, seperti Scorpion dan AMX 13,” kata Purnomo dalam siaran pers yang diterima Republika.

Menurut Purnomo, Leopard 26A merupakan jenis alutsista tank yang memiliki teknologi terbaik saat ini. Walaupun tank tersebut berukuran besar, imbuhnya, namun tetap dapat melalui lokasi jalur tanpa infrastruktur, termasuk melewati sungai sedalam empat meter.

Purnomo melanjutkan, pemerintah telah mempersiapkan anggaran pengadaan 100 unit Leopard 26A, sesuai dengan kebutuhan dari TNI AD. Ini lantaran kondisi ekonomi Indonesia sedang membaik, sehingga moderinisasi TNI dimungkinkan dilakukan. “Pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5 persen yang menjadi alasan untuk memenuhi kebutuhan alutsista TNI,” kata Purnomo.

Sumber : Republika

Pemerintah Kaji Pembelian Alutsista Dengan Dana Tunai

JAKARTA-(IDB) : Pemerintah kini sedang mengkaji pembiayaan pembelian Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) dengan dana tunai lewat penerbitan Surat Utang Negara (SUN) di dalam atau di luar negeri . Dengan demikian, pembiayaan Alutsista tidak tergantung pada pinjaman komersial bank luar negeri yang bunganya lebih mahal, prosesnya lebih lama dan persyaratannya banyak.

Hal ini ditegaskan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Utang  Kementerian Keuangan, Rahmat Waluyanto, kemarin (23/2) di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta.


“Kalau pinjaman dari bank komersal lebih tinggi biayanya  dibandingkan dari
capital market. Kemudian prosesnya juga lama, karena harus negosiasi dan kita harus memenuhi kondisi yang disyaratkan. Prosesnya lebih lama,” tutur Rahmat.

Karena itu, kata dia, kini sedang dikaji untuk mendanai pembelian Alutsista dengan cara tunai. “Kita bisa melalui dana tunai. Artinya, kita terbitkan SUN di pasar luar negeri mau pun menerbitkan SBN dalam rupiah untuk membeli Alutsista. Ini breakthrough yang perlu kami sampaikan,” tambah Rahmat.


Januari lalu, Pemerintah dan Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sepakat memperbesar porsi pinjaman dalam negeri untuk mendukung pendanaan pengadaan Alutsista. Dalam rencana strategis nasional (renstra) untuk mendukung
minimum essensial force (MEF), Pemerintah dan DPR sepakat menetapkan batas pinjaman untuk pendanaan pengadaan Alutsista sebesar US$6,5 miliar. Dari nilai tersebut, yang sudah berhasil dipenuhi sebesar US$5,7 miliar. Sisanya sebesar US$793 juta kini sedang diupayakan pendanaannya.

Lebih lanjut Rahmat mengatakan Pemerintah juga kini mempertimbangkan mengganti pinjaman luar negeri dengan obligasi dalam negeri karena yield obligasi yang murah saat ini. Obligasi 10 tahun, misalnya, yieldnya cuma 5,2 persen, bandingkan dengan kredit perbankan yang 8 persen. “Artinya kita lebih fleksibel sekarang, kita dapat menggunakan berbagai alternatif pembiayaan yang ada. Mana yang paling murah dan paling cepat prosesnya.”

Sumber : JaringNews