Pages

Minggu, Februari 12, 2012

Rudal Anti Satelit India Tandingi China

NEW DELHI-(IDB) : India berhasil melakukan uji coba sistem pertahanan udara yang baru, Jumat (10/02), di negara bagian Orissa. Uji coba tersebut dilakukan dengan menembak jatuh sebuah rudal balistik di ketinggian 15 km. Sistem ini juga telah diuji coba untuk mencegat rudal pada ketinggian 75 km. Rudal yang terdiri dari dua tingkat ini dinamakan Sistem Pertahanan Udara Pertiwi atau (Prithvi Air Defence System).

Dikembangkan oleh Organisasi Riset dan Pengembangan Pertahanan India (DRDO) dengan dukungan Israel pada pengembangan radar utama yang dapat mendeteksi kedatangan sebuah rudal sejauh 400 km. Kepala DRDO Vijay Kumar mengatakan, bahwa sistem pertahanan ini siap digunakan sebagai pencegat objek apapun di kawasan endo-atmospheric atau di bawah ketinggian 50 km. India berhasil menyamai kekuatan rudal antisatelit China yang berhasil diuji coba Januari 2007.

Rudal China ini diyakini oleh AS dikembangkan berdasarkan desain rudal balistik DF-21 dan dinamai sebagai SC-19 oleh Letjen Michael Maples, Direktur Defense Intelligence Agency AS. Selama ini hanya AS dan Rusia yang mempunyai kemampuan mengembangkan senjata anti satelit. Senjata anti satelit dikembangkan di era tahun 1950-an oleh AS untuk menghancurkan satelit musuh untuk tujuan militer. Di era mutakhir, posisi satelit sangat dominan dalam komunikasi dan pemetaan dalam sebuah operasi militer.

Sumber : Jurnas

PT. DI Berharap Dilibatkan Dalam Pengadaan Indonesia Air Force One

BANDUNG-(IDB) : PT Dirgantara Indonesia (PTDI) berharap dapat dilibatkan dalam rencana pengadaan pesawat kepresidenan. Keterlibatan PTDI diharapkan dapat meningkatkan kemampuan perusahaan tersebut dalam memproduksi pesawat sejenis.

Direktur Teknik dan Pengembangan PTDI Dita Ardonni Jafri menyatakan, PTDI memang belum mampu memproduksi pesawat tersebut. Namun begitu, dukungan pemerintah dengan pemberian proyek pengadaan pesawat kepresidenan akan meningkatkan kemampuan PTDI.

"Kami berharap bisa terlibat dalam perancangan dan pembuatan interior serta semua communication system," kata pria yang disapa Donni ini saat dihubungi Jurnal Nasional, Minggu (12/2).

Dia menuturkan, meskipun kondisi keuangan PTDI saat ini telah membaik, namun perusahaan tidak bisa memproduksi pesawat tersebut apalagi jika hanya beberapa unit. "Pengembangan pesawat terbang itu butuh waktu paling sedikit lima tahun, dan minimal harus ada pesanan 300 unit, bukan satu," ujar Donni.

Dengan kondisi perusahaan saat ini, kata Donni menambahkan, PTDI memang belum merencanakan pengembangan tipe pesawat jenis itu. "Kami belum akan mengembangkan tipe pesawat itu sekarang, pesaing terlalu banyak," ujarnya.

Sumber : Jurnas

30 Unit Pesawat N219 Buatan PT. DI Telah Dipesan Maskapai NBA

BANDUNG-(IDB) : Pesawat N219 yang tengah dikembangkan PT Dirgantara Indonesia telah dipesan PT Nusantara Buana Air (NBA) sebanyak 30 unit. Untuk pengerjaan 30 unit pesawat ini, PT DI telah mendapatkan investor dari Belanda. "Investor ini mau membiayai pembelian 30 unit oleh NBA. Perusahaan dari Belanda, namanya RTCOM,"kata Direktur Teknik dan Pengembangan PT DI, Dita Ardonni Jafri, dalam perbincangan dengan Jurnal Nasional, Minggu (12/2).

Menurutnya, pada 15 Februari mendatang PT DI akan menandatangani perjanjian untuk pengadaan pesawat tersebut. "Kami akan tandatangani Letter of Intent (LOI) dan Memorandum of understanding (MoU) dengan NBA dan beberapa investor luar negeri pada acara Singapore Air Show,"ujarnya.

Pesawat N219 dirancang dengan tangki bahan bakar yang lebih besar dikelasnya. Hal ini untuk mengantisipasi tak adanya fasilitas pengisian bahan bakar di bandara terpencil. N219 memiliki daya jelajah hingga 650 Nm (1,200 km) dengan kecepatan maksimum 213 Kts (395 km/jam).

Sumber : Jurnas

PT. DI Pilih Fokus Pesawat 20 Kursi

BANDUNG-(IDB) :Industri pesawat terbang nasional PT Dirgantara Indonesia (PTDI) memilih fokus pada pengembangan pesawat 20 penumpang daripada pesawat jet VVIP yang akan dilakukan pengadaannya oleh pemerintah sebagai pesawat kepresidenan. Apalagi, pengembangan pesawat 20 penumpang ini merupakan amanat Presiden yang tertuang dalam Perpres No 28/2008.

Direktur Teknik dan Pengembangan PTDI Dita Ardonni Jafri menyatakan, pesaing dalam industri pesawat tipe ini terlalu banyak. Selain Eropa, Amerika, Brazil, dan China, kemungkinan Jepang akan turut ambil bagian dalam persaingan ini. "Kami cukup mengembangkan pesawat 20 penumpang saja," kata Donni saat dihubungi di Jakarta, Minggu (12/2).

Menurut dia, dominasi Barat di pasar pesawat jet sulit ditandingi. Dia memperkirakan hanya China yang akan bisa melawan dominasi tersebut. Dengan kondisi seperti ini, PTDI membutuhkan biaya sangat besar untuk merebut pasar. "Dan tak akan bisa dibebankan ke perusahaan mana pun," ujarnya.

PTDI pernah mengembangkan pesawat jet N-2130 yang ditetapkan sebagai proyek nasional oleh Presiden Soeharto kala itu. Namun pada 1997 saat badai krisis moneter menerpa Indonesia, pengembangan pesawat ini terpaksa dihentikan. Pesawat N-2130 adalah pesawat jet komuter berkapasitas 80-130 penumpang rancangan asli PTDI yang waktu itu masih bernama Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN).

PT DI tidak ingin hal ini terjadi kembali. Karenanya, kata Donni, PT DI tidak bermimpi bisa mengembangkan pesawat jet dalam waktu dekat ini.

"Untuk industri penerbangan arahan Presiden yang sudah jelas di Perpres 28/2008 saja sampai saat ini kami belum sanggup melaksanakannya, mau mimpi bikin jet lagi,"tandasnya.

Sumber : Jurnas

PT. DI Butuh Rp 300 Miliar Untuk Buat 2 Prototype N219

BANDUNG-(IDB) : PT Dirgantara Indonesia membutuhkan dana Rp 300 Miliar untuk pembuatan dua prototype-pesawat N219nya. PT DI berharap, pesawat dengan kapasitas 20 penumpang ini dapat terbang pada 2014 sesuai dengan amanah Perpres No 28/2008.

Menurut Direktur Teknik dan Pengembangan PT Di Dita Ardonni Jafri, kedua pesawat prototype ini akan digunakan untuk tes terbang dan tes statis di daratan. Pada tahap Preliminary Design, tes yang belum dilakukan hanya power on wind tunnel test. "Setelah itu kita akan mulai detail design dan memproduksi 2 prototype,"jelas Donni saat dihubungi Jurnal Nasional di Jaklarta, Minggu (12/2).

Donni menuturkan, wind tunnel test PT DI dibantu oleh Badan Pengembangan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) termasuk dari segi pendanaannya. Sedangkan pembiayaan dalam produksi 2 prototype yang akan dilakukan, PT DI berharap mendapat bantuan dari Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek), Kementerian Perindustrian (Kemenperin), dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub)."Untuk prototype minimum Rp Miliar,"ujarnya.

Pesawat N219 adalah pesawat bermesin ganda yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan penerbangan perintis untuk menghubungkan wilayah-wilayah terpencil. Pesawat ini dinilai cocok dengan kondisi Indonesia yang memiliki banyak bandara kecil karena mampu mendarat dan lepas landas dalam area terbatas yaitu 600 meter dengan stabilitas tinggi.
 
Sumber : Jurnas

Siswa Sekolah Kapal Selam Wajib Lari Beban

SURABAYA-(IDB) : Sebanyak 15 orang siswa Pendidikan Calon Awak Kapal Selam TNI AL Angkatan ke-46 wajib mengikuti kegiatan lari beban menempuh jarak berkilo-kilometer setiap dua pekan sekali.

Lari dengan menggunakan pakaian dinas lapangan, helm baja, sepatu boot, senjata jenis SS-1, dan ransel dengan beban 15 Kg, dilepas Komadan Sekolah Kapal Selam (Dansekasel) Mayor Laut (P) Haryanto dari Lapangan Wiratno, Komando Pengembangan dan Pendidikan Angkatan Laut (Kobangdikal), Surabaya, Jumat.

Menurut Haryanto, latihan lari dengan beban mengelilingi areal Kobangdikal Bumimoro dilaksanakan setiap dua minggu sekali dan setiap siswa diukur capaian catatan waktunya, sehingga bisa diketahui perkembangannya.

"Pencatatan waktu tersebut sangat diperlukan untuk mengevaluasi kemampuan siswa pada latihan berikutnya," katanya.

"Dari latihan ke latihan yang telah dilakukan, mereka menunjukan tren positif. Memang dari awal latihan mereka tidak langsung menempuh jarak 10 km, tetapi bertahap," tambahnya.

Ia mengatakan, kegiatan lari beban ini merupakan salah satu cara untuk menguji, sekaligus meningkatkan stamina dari calon awak kapal selam yang menjalani pendidikan selama 11 bulan.

"Kondisi kapal selam yang begitu sempit dan terbatas, akan menjadi hambatan besar bagi awaknya bila tidak ditunjang dengan kondisi fisik yang prima," katanya. 

Sumber : Antara

Argentina Tuduh Inggris Kirim Senjata Nuklir ke Malvinas

NEW YORK-(IDB) : Argentina menuduh Inggris mengirim kapal selam bertenaga nuklir yang membawa rudal balistik berhulu ledak nuklir ke perairan Samudera Atlantik Selatan dekat Kepulauan Falkland atau Malvinas, yang disengketakan kedua negara. Argentina mengatakan, langkah Inggris itu melanggar traktat zona bebas nuklir di kawasan Amerika Latin.

Tuduhan tersebut dilontarkan Menteri Luar Negeri Argentina Hector Timerman di sela kunjungannya ke markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat, Jumat (10/2/2012) waktu setempat atau Sabtu (11/2/2012) WIB.

"Argentina mendapat informasi bahwa dalam kerangka penempatan pasukan Inggris di Kepulauan Malvinas, mereka mengirim satu kapal selam nuklir untuk membawa senjata nuklir ke Atlantik Selatan," tutur Timerman, sambil menyebutkan kapal selam itu bernama Vanguard.

Angkatan Laut Inggris atau Royal Navy mengoperasikan sedikitnya 11 kapal selam bertenaga nuklir, salah satunya bernama HMS Vanguard, yang dioperasikan sejak 1992. Kapal selam sepanjang 150 meter ini mampu membawa rudal Trident, rudal balistik berhululedak nuklir yang berdaya jelajah hingga 6.400 kilometer.

Sebelumnya, AL Inggris sudah mengumumkan akan mengirim kapal perusak terbarunya, HMS Dauntless untuk "tugas rutin" ke Malvinas. Media Inggris juga memberitakan Inggris mengirim salah satu kapal selam kelas Trafalgar, kapal selam bertenaga nuklir tetapi membawa persenjataan konvensional.

Menurut Timerman, Argentina telah menanyakan secara resmi kepada Inggris melalui jalur diplomatik apakah negara itu sungguh-sungguh mengirim senjata nuklir ke kawasan Malvinas, tetapi pihak Inggris menolak mengiyakan maupun membantah. Jika benar ada senjata nuklir ditempatkan di kawasan Malvinas, kata Timerman, itu akan melanggar Traktat Tlatelolco yang melarang keberadaan senjata nuklir dalam bentuk apa pun di seluruh wilayah Amerika Latin dan Kepulauan Karibia.

Duta besar Inggris untuk PBB Mark Lyall Grant langsung menggelar jumpa pers khusus untuk merespons pernyataan Timerman ini. Dia mengatakan, pihaknya tidak pernah berkomentar soal penempatan armada kapal selam maupun senjata nuklirnya. "Fungsi utama kapal selam adalah mereka pergi ke seluruh dunia dan Anda tidak tahu mereka sedang berada di mana. Itu sebabnya mereka punya fungsi penggentar," tandas Lyall Grant.

Soal pelanggaran traktat bebas senjata nuklir, Lyall Grant mengatakan, selama kapal-kapal selam pembawa senjata nuklir itu berada di luar batas wilayah Argentina, tidak ada pelanggaran yang dilakukan. 

Sumber : Kompas