Pages

Jumat, Januari 27, 2012

DPR Sarankan Pemerintah Jadikan MBT T-90 Alternatif Jika Pembelian Leopard Gagal

JAKARTA-(IDB) : Ketua Komisi I DPR Mahufdz Siddiq mengingatkan kepada pemerintah, besar kemungkinan  parlemen Belanda tetap menolak penjualan Tank Leopard ke Indonesia. Meskipun dipaksakan beli akan ada prakondisi politik yang akan rugikan Indonesia. 

"Pengalaman F-16 yang pernah diembargo dan tank scorpion harus jadi pelajaran. Mabes TNI harus membuka opsi luas soal pengadaan MBT Leopard. Untuk spec setara Leopard tapi dengan bobot lebih ringan yaitu sekitar 40 ton ada T-90 dari Rusia. Bahkan pihak rusia tawarkan kerjasama dengan PT Pindad dan fasilitas state credit yang masih tersedia," kata Mahfudz, Jumat (27/01/2012).

Yang lebih penting, katanya,  Rusia tidak tetapkan prakondisi politis sehingga lebih aman dan leluasa.

Rencana modernisasi alutsista dengan dukungan anggaran PLN 6.5 miliar  dollar Amerika, harus dibarengi dengan skema revitalisasi industri pertahanan nasional. Jadi, lanjutnya lagi, skema TOT dan joint-production harus mengikuti kontrak pembelian.

"Saat ini, pihak TNI masih jajaki kemungkinan beli MBT Leopard dan akan membahas dengan Komisi 1 jika sudah ada kejelasan. Sikap komisi 1 tergantung pada hasil proses tersebut. Tapi saya minta TNI buka opsi luas dengan pertimbangkan hal-hal  di atas tadi. Soal kebutuhan mbt itu realistis, selain memodernisasi light dan medium tank TNI yang sudah tua," jelas Mahfudz Siddiq.

Sumber : TribunNews

DPR Minta TNI Cermati Produk Alutsista Turki Sebagai Alternatif

Project terbaru MBT Turki
JAKARTA-(IDB) : Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq berpendapat, alutsista TNI, khususnya untuk kebutuhan tank, jangan hanya berkiblat pada Belanda. Masih ada negara lain yang bisa dijadikan pilihan. Turki adalah salah satunya, mengingat sistem persenjataan Turki  berstandar NATO.

"Dimana Turki pun telah menawarkan skema kerja sama dengan industri pertahanan nasional. Sayangnya, Kemhan belum serius menindaklanjutinya, meski sudah ada MoU di level Presiden dan Menhan," tegasnya.

Menurut Mahfudz, prioritas modernisasi alutsista harus diberikan ke penguatan kemampuan pengamanan wilayah maritim dengan  prinsip matra terpadu. Selain untuk memperkuat keamanan nasional, modernisasi alutsista juga mesti memberi dampak ekonomi,  yaitu menekan potensi kerugikan ekonomi akibat lalu-lintas ilegal di kawasan maritim Indonesia, termasuk di tiga jalur ALKI.

"Jadi, modernisasi alutsista Rp 150 triliun tidak akan punya nilai tambah, tanpa diikuti kebijakan revitalisasi industri pertahanan nasional. SDM BUMNIP (Badan Usaha Milik Negara Industri Pertahanan) kita pun saat ini banyak dan sekarang tersebar di banyak negara. Karena itu, saatnya kita berdayakan mereka. End-user produk BUMNIP banyak. Ada TNI, Polri, Kemhub, KKP, BNPT, BNPB, Kemenkominfo, ddan lainnya. Total belanja modal mereka tiap tahun besar," ujarnya.

Secara ekonomi dan politik,kata Mahfudz, posisi Rusia, Cina, dan Turki akan terus menguat. Sehingga Indonesia perlu kembangkan kerja sama dengan negara-negara ini, selain tetap melanjutkan kerja sama dengan AS, Eopa, dan Korsel. Ini implementasi dynamic equilibrium yang digagas Presiden SBY. Kalau tidak, maka itu hanya sekadar retorika.

Kebijakan politik luar negeri dari Kemlu juga harus jadi bagian integral dari kebijakan pengadaan alutsista TNI dan juga bagi Polri.

"Sayang selama ini Kemlu belum banyak terlibat atau dilibatkan. Fenomena menguatnya Asia, khususnya Asia Timur harus dikaji dan ditindaklanjuti secara khusus," tegasnya.

Di Asean misalnya, neraca perdagangan RI dengan Singapura dan Thailand defisit sangat besar. Secara total Indonesia pun mengalami defisit dengan Asean.

"Belum lagi Asean plus tiga dan plus enam. Makin berat defisitnya. Cina sudah berhasil ikat Asean dengan CAFTA. Sementara Indonesia masih belum mampu identifikasi aktor-aktor kekuatan yang harus jadi mitra strategis secara ekonomi dan politik. Kita pun masih asyik dengan panggung diplomasi politik di arena regional dan multilateral.Kalo saja kapasitas ekonomi kita belum bisa jadi leverage, minimal kita tidak boleh defisit dalam national self-pride," pungkasnya.

Sumber : Jurnamen

TNI AU Prioritaskan Kesiapan Opersaional

YOGYAKARTA-(IDB) : Kesiapan operasional TNI Angkatan Udara difokuskan pada tercapainya kemampuan operasional secara terpadu dari satuan-satuan TNI Angkatan Udara, dengan demikian kesiapan operasional dan tuntutan kualitas Sumber Daya Manusia ( SDM) TNI Angkatan Udara dapat tercapai dan diandalkan.

Demikian dikatakan Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat, S.IP., pada pembukaan Rapim TNI AU dan Apel Komandan Satuan Tahun 2012 di AAU, Yogyakarta, Kamis. (26/1).

Rapim TNI AU merupakan tindak lanjut dari Rapim TNI yang baru saja dilaksanakan dan sebagai upaya untuk memantapkan konsolidasi dalam jajaran Angkatan Udara, sehingga lebih memantapkan peran pengabdian sesuai bidangnya serta kepadulian Angkatan Udara terhadap agenda nasional beserta dinamikanya.

Adapun sasaran kebijakan TNI AU tahun 2012 adalah:
  • Tercapainya right sizing organisasi
  • Terbentuknya Satrad 246 Timika
  • Skadron UAV di Lanud Supadio
  • Peningkatan dari Lanud tipe B ke tipe A (Supadio dan Pekanbaru)
  • Peningkatan Lanud tipe C ke tipe B (El Tari Kupang, Patimura Ambon, Manuhua Biak, Ngurah Rai Bali)
  • Peningkatan Lanud tipe D ke tipe C (Lanud Morotai)
  • Pembentukan Sathar 14, Depohar 10
  • Perubahan nama lanud
  • Terwujudnya implementasi kerjasama dengan Negara sahabat di bidang pendidikan dan latihan operasi
  • Sinkronisasi kerjasama industri dalam negeri
  • Percepatan pengadaan alutsista dan peningkatan kesiapan pesawat
  • Inovasi teknologi litbang
  • Tertib perencanaan dan pengelolaan anggaran serta mewujudkan clean and good governance
Sedangkan untuk melanjutkan program peningkatan kemampuan alutsista TNI Angkatan Udara, sudah dicanangkan dalam renstra pembangunan TNI AU tahun 2010-2014. Dari rencana tersebut tahun anggaran 2012 kebutuhan jam terbang sebanyak 60.061 jam digunakan untuk mendukung kesiagaan penanggulangan bencana, latihan awak pesawat, operasi, pendidikan dan kegiatan lainnya. Sedangkan radar membutuhkan jam operasional sebanyak 18 jam perhari.

Pada kesempatan tersebut Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat, S.IP., memberikan penghargaan kepada Depohar 20 yang diterma oleh Komandan Depohar 20 Kolonel Lek. Hadi Suwito atas inovasinya dalam test bench, perbaikan spare part, perakitan komponen berupa : perbaikan Battery Taxan Scopern, Inu Battery, Fich Battery, test Set Control VHF Comm, Multi HIS Test Set, Fiul Flan Amplifier, Mock Up Tecen Attitud Indicator Test set dan Multi Control Navigator Test set.

Sumber : TNI AU

Panglima TNI: Pembelian Leopard Tak Bisa Asal-Asalan

JAKARTA-(IDB) : Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono mengungkapkan pembelian tank Leopard tidak bisa dilakukan secara asal-asalan. Menurutnya, pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) termasuk main battle tank (MBT) Leopard dilakukan melalui sejumlah prosedur. “Pembelian alutsista ada prosedurnya. Proses pertama kami minta persetujuan alokasi, dananya memungkinkan atau tidak,” kata Panglima TNI usai upacara pembukaan Operasi Kepolisian Militer 2012 di Mabes TNI Cilangkap Jakarta, Kamis (26/1).

Jika alokasi dana yang diajukan TNI mendapat persetujuan pemerintah dan DPR, pengguna alutsista harus menentukan spesifikasi teknis alutsista yang dibutuhkan. Selanjutnya, dilakukan tender bebas kepada pihak-pihak yang dapat menyediakan kebutuhan alutsista tersebut, “Baru kemudian dipilih yang sesuai dengan standar yang ditentukan,” papar Panglima.

Proses pengadaan tank Leopard, jelas dia, baru sampai pada tahap penjajakan atas tawaran yang diterima TNI untuk memenuhi kebutuhannya terhadap MBT. TNI, khususnya Angkatan Darat, hingga saat ini baru memiliki light dan medium tank. “Belum ada kesepakatan, baru pilihan dan opsi-opsi, Leopard hanya salah satu alternatif dalam memenuhi kebutuhan kami,” ujarnya.

Menurut Agus, modernisasi alutsista TNI dilakukan dengan tiga cara. Bagi alutsista yang sudah tua, akan dihapus dan dinonaktifkan. Alutsista yang masih bisa ditingkatkan kemampuannya, akan ditingkatkan. Cara terakhir adalah dengan melakukan pembelian. “Leopard ini masuk dalam pengadaan baru,” imbuhnya. Modernisasi alutsista ini dilakukan, selain karena alutsista yang dimiliki saat ini sudah berusia tua, teknologinya pun sudah tertinggal jauh oleh yang dimiliki negara tetangga.

Sumber : Jurnas

4 Super Tucano Dan 4 Sukhoi Perkuat TNI AU Dalam Waktu Dekat

YOGYAKARTA-(IDB) : Delapan pesawat tempur akan didatangkan dari Rusia dan Brasil dalam waktu dekat untuk melengkapi alat utama sistem persenjataan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara, kata Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat.

"Delapan pesawat tempur itu masing-masing terdiri atas empat pesawat Sukhoi dari Rusia, dan Super Tucano dari Brasil. Kedelapan pesawat tempur baru tersebut akan tiba di Indonesia pada 2012-2014," katanya di sela Rapat Pimpinan (Rapim) Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara (AU) di Akademi Angkatan Udara (AAU) Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, untuk pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) tahap berikutnya, TNI AU hingga 2024 juga akan mendatangkan pesawat tempur Sukhoi enam unit, Super Tucano 16 unit, MK-53 dari Korea Selatan 16 unit, Fighting Falcon delapan unit, dan F-16 sebanyak 30 unit.
"Dengan pengadaan alutsista tersebut TNI AU pada 2024 akan memiliki 180 pesawat tempur. Hal itu sebagai upaya TNI AU membangun kekuatan serta memodernisasi dan meregenerasi alutsista yang dimiliki saat ini," kata KSAU.

Ia mengatakan banyak pesawat yang dimiliki TNI AU saat ini sudah uzur, usianya rata-rata mencapai 30 tahun, sehingga perlu dilakukan peremajaan. Jika tidak diganti biaya perawatannya sangat tinggi, apalagi ada beberapa suku cadang pesawat yang sudah tidak dibuat lagi karena pabrik yang membuat pesawat sudah tidak beroperasi.

"Meskipun beberapa pesawat sudah tidak dapat berfungsi secara maksimal, kami telah memaksimalkan pesawat tempur untuk mengamankan wilayah Ngara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari ancaman luar. Hal itu juga didukung oleh penambahan alutsista yang didasarkan penghitungan dari kebutuhan pesawat tempur dan jumlah landasan yang bisa mengoperasikan pesawat tempur," katanya.

Menurut dia, TNI AU sudah mempunyai anggaran rutin dan alutsista melalui pemerintah yang cukup besar dan pengadaan di Kementerian Pertahanan (Kemhan) sehingga bisa membeli persenjataan dan pesawat untuk meningkatkan kemampuan alutsista dan memperkuat pertahanan negara di udara.

"Rencana kesiapan alutsista yang ada untuk melanjutkan program peningkatan kemampuan alutsista sudah dicanangkan dalam Rencana dan Strategi (Renstra) Pembangunan TNI AU 2010-2014," kata KSAU.

Sumber : Antara

Pastikan Pembelian Alutsista, Dubes Rusia Temui DPR

JAKARTA-(IDB) : Duta Besar Rusia untuk Indonesia mempertanyakan Kredit Ekspor (KE) US$ satu miliar yang diberikan Pemerintah Rusia kepada Indonesia, ketika bertemu dengan Komisi I DPR RI.  yang seharusnya digunakan untuk membeli berbagai peralatan militer dari negara Beruang Merah tersebut. Padahal sudah ada penandatangan Menteri Keuangan Indonesia dengan Rusia.

“Rusia mempertanyakan mengapa Indonesia tidak melanjutkan pembelian peralatan militer dari Rusia, Ini preseden buruk bagi Indonesia” Kata Lili Wahid yang mengaku, jika Komisi I baru tahu ada masalah seperti itu.

Kepada itoday, adik Alm. Gus Dur ini juga mengatakan, Komisi I akan meminta keterangan dari pemerintah, dalam hal ini kementerian pertahanan. Dan Komisi I juga akan memberitahukan ke komisi yang berhubungan dengan kementerian keuangan.

Kerjasama pertahanan antara Rusia-Indonesia menghangat kembali sejak Pemerintahan Megawati, yang membeli berbagai peralatan militer dari Rusia. Sejak saat itu, Rusia semakin intensif berhubungan dengan Indonesia dengan memberikan KE untuk mempermudah Indonesia mendapatkan peralatan militer negara Beruang Merah tersebut.

Indonesia sendiri berencana akan menambah lagi armada Sukhoinya, dengan memesan pesawat tempur sejenis dengan nilai kontrak sebesar US$ 200 juta.

Sumber : Itoday

 
Dubes AS Bertemu Komisi I DPR RI

JAKARTA-(IDB) : Selain dengan Dubes Rusia untuk Indonesia, siang tadi Komisi I DPR RI juga bertemu dengan Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia.

Kepada itoday, anggota Komisi I DPR RI, Lili Wahid mengatakan, kedatangan Dubes AS ke Komisi I hanya untuk memberitahukan, AS akan merampingkan angkatan bersenjatanya, dan menaruh perhatian terhadap perkembangan Indonesia dalam skala hubungan bilateral kedua negara.

Namun Lili tidak menjelaskan lebih lanjut, mengenai hal apa yang akan diperhatikan Pemerintah AS dalam rangka hubungan dua negara. Hal ini menjadi pertanyaan besar, sebab AS memiliki banyak kepentingan di Indonesia, salah satunya masalah Freeport dan HAM di Papua.

Sejak AS diterpa krisis ekonomi, Pemerintah AS memang berencana untuk melakukan efisiensi di segala ini, termasuk militernya. Salah satunya dengan merampingkan jenis Alutsista yang digunakan angkatan bersenjatanya.

Sumber : Itoday

TNI AU Akan Menambah 80 Helikopter C-725 Sebagai Langkah Modernisasi

YOGYAKARTA-(IDB) : Banyak pesawat milik Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara (AU) yang sudah tua atau berusia di atas 30 tahun. Karena itu, TNI AU secara bertahap dalam jangka panjang mulai melakukan peremajaan pesawat dan alat utama sistem pertahanan (alutsista).

Hal itu diungkapkan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Imam Sufaat, S.IP seusai Rapat Pimpinan TNI AU dan Apel Dansat 2012 di Gedung Serba Guna Akademi Angkatan Udara (AAU) Yogyakarta, Kamis (26/1/2012).

Menurut Imam hingga tahun 2014, TNI AU akan menambah empat pesawat tempur jenis Sukhoi dari Rusia dan pesawat tempur jenis Volcano dari Brazil. Hingga tahun 2024, Indonesia akan memiliki 180 pesawat tempur.

Untuk pesawat Sukhoi juga terus ditambah skuadronnya. Super Volcano dari Brazil sebanyak 16 unit, MK 53 dari Korea pengganti C-50 sebanyak 16 unit, Fighting Falcon sebanyak 8 unit serta pesawat F-16 sebanyak 30 unit.

"Penambahan pesawat tempur ini untuk memperkuat tujuh skuadron tempur TNI untuk menjaga wilayah NKRI," kata Imam.

Selain pesawat tempur lanjut Imam, TNI AU juga akan menambah pesawat jenis transport C 259, Hercules dan helikopter C 725 sebanyak 80 pesawat. Dalam pengadaan itu, TNI AU telah bekerjasama dengan Korea Selatan hingga 2024.

Menurut Imam, banyak pesawat TNI AU sudah tua atau berumur di atas 30 tahun sehingga perlu peremajaan. Namun dalam peremajaan tersebut dilakukan secara bertahap. Peremajaan tidak hanya dilakukan pada pesawat saja tapi juga mencakup sistem persenjataan seperti bom, roket dan peluru.

"Kalau ada satu skuadron yang perlu segara diganti, ya harus diganti segera. Kalau tidak diganti biaya perawatannya sangat tinggi. Ada beberapa suku cadang pesawat yang sudah tidak dibuat lagi karena pabrik sudah tidak beroperasi lagi. Pemerintah, TNI dan Dephan sudah memikirkan semua itu," katanya.

Sumber : Detik

Tidak Benar DPR Menolak Rencana Pengadaan Beberapa Alutsista TNI

JAKARTA-(IDB) : Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono membantah ada penolakan dari Dewan Perwakilan Rakyat terkait rencana pengadaan sejumlah alat utama sistem pertahanan (alutsista). Proses pembahasan di antara kedua lembaga masih berlanjut. Sejumlah peralatan militer keinginan TNI masih dalan tahap penjajakan. "Jadi, jangan seolah-olah pemerintah dan Dewan tidak saling setuju," kata Agus di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Kamis, 26 Januari 2012.

Agus menjelaskan pembelian alutsista memiliki proses yang cukup panjang. Melalui Kementerian Pertahanan, TNI harus mendapat persetujuan alokasi anggaran dari Dewan. Setelah anggaran disetujui, kemudian TNI akan mencari alutsista berdasarkan spesifikasinya. "Setelah itu baru ditender," kata Agus.

Saat ini, kata Agus, TNI AD membutuhkan jenis main battle tank seperti tank Leopard. Rencana pembelian tank ini belum final. Tank semcam ini belum dimiliki TNI yang hanya memiliki tank ringan dan medium. "Leopard belum final dan baru pilihan-pilihan saja," Agus menjelaskan.

Sejak satu tahun lalu, TNI berencana melakukan pengadaan alutsista. Pengadaan dilakukan karena alutsista Indonesia sudah ketinggalan dari negara lain. Agus juga mengakui kebutuhan alutsista cukup mendesak karena peralatan yang dimiliki TNI saat ini sudah tertinggal dalam hal teknologi dan sudah tua. Oleh karena itu, TNI akan memenuhi kebutuhan TNI dengan target pencapaian kebutuhan pokok minimal. "Kami paham karena modernisasi alutsista memerlukan waktu yang panjang," kata Agus. 

Sumber : Tempo

TNI AD Nilai Tank Leopard Paling Unggul

JAKARTA-(IDB) : Pembelian tank tempur utama (main battle tank/MBT) Leopard 2A6 dianggap paling menguntungkan ketimbang memborong MBT jenis lain.Negosiasi dilakukan tim dari TNI Angkatan Darat dengan pihak penjual, yakni Belanda dan Jerman.

Menurut Komandan Pusat Kesenjataan Kavaleri (Danpusenkav) Kodiklat TNI Angkatan Darat Brigjen TNI Purwadi Mukson, ada beberapa keuntungan yang didapat jika pemerintah membeli MBT Leopard, di antaranya transfer of technology (ToT) sehingga dapat membantu pembangunan industri tank di dalam negeri. “Ada jaminan purna jual sampai sekian puluh tahun,” ujarnya di Jakarta kemarin.


Dia mengakui,ada berbagai jenis MBT lain dengan kualitas yang mumpuni, seperti Merkava dari Israel, Abrams dari Amerika Serikat,ataupun T-90 asal Rusia. Pemerintah tidak melirik Merkava karena ToT sulit didapat, lagi pula belum tentu Israel bersedia melego. “Buat apa kita beli kalau tidak ada ToT,kita ini kan tidak hanya beli,”katanya. Begitu juga dengan Abrams dan T-90 masih kalah memikat,setidaknya berdasarkan segi penggunaan bahan bakar dan harga yang lebih mahal.

Kedua MBT tersebut memakai satu jenis bahan bakar, sedangkan Leopard multifuel. Dari segi kemampuan, lanjut dia, Leopard 2A6 memiliki keunggulan jarak tembak dibandingkan dengan tank buatan Rusia yang kini dipakai Malaysia, PT-91M, yakni 6 km untuk Leopard dan 5 km untuk PT- 91M. Leopard juga mampu menyelam dalam air berkedalaman tak lebih dari empat meter dan mampu menembak siang dan malam. Namun,PT- 91M memiliki kaliber lebih besar, yakni 125 mm berbanding 120 mm.

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) TNI Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo menuturkan, pada21 Desember 2011lalu dirinya melakukan komunikasi dengan tim dari Belanda terkait rencana pembelian Leopard di Jakarta.“Besok 30 Januari mereka mengundang secara resmi kepada saya untuk meninjau ke sana. Mereka membutuhkan untuk menjual tank itu,”ujarnya.

Meski demikian, proses penjajakan tidak hanya dilakukan dengan pihak Belanda, tapi juga dari Jerman selaku negara produsen Leopard. “Tanggal 26 esok, tim dari Jerman datang kepada saya. Saya akan bandingkan apakah lebih baik dari Jerman atau dari Belanda,”katanya. Dia mengaku tidak menentukan jenis MBT yang akan dibeli. Semuanya diserahkan kepada prajurit di lapangan yang nantinya menggunakan alutsista tersebut.

“Saya wajib memenuhi permintaan prajurit. Jangan sampai yang dibutuhkan tidak dibeli,yang dibeli tidak digunakan,”tuturnya. Pengamat militer dari Universitas Indonesia Connie Rahakundini Bakrie menyatakan, pengadaan alutsista sebaiknya memang diserahkan kepada pengguna, bukan oleh elite politik. Merekalah yang mengetahui senjata seperti apa yang dibutuhkan.

Sumber : Sindo