Pages

Kamis, Januari 05, 2012

Jabatan Danyontaifib-1 Marinir Diserahterimakan

KARANG PILANG-(IDB) : Komandan Pasmar-1 Brigadir Jenderal TNI (Mar) A. Faridz Washington memimpin upacara serah terima jabatan Danyontaifib-1 Marinir dari Letkol Marinir Bambang Wahyuono kepada Mayor Marinir Edy Cahyanto di lapangan Apel Yontaifib-1 Marinir Karang Pilang Surabaya, Rabu (04/1).
Mayor Marinir Edy Cahyanto sebelumnya Pamen Pasmar-2 (Mantan Dik Reg Seskoal XLIX tahun 2011di Jakarta), sedangkan Letkol Marinir Bambang Wahyuono selanjutnya menjabat sebagai Wadan Denjaka.
Dalam amanatnya Komandan Pasmar-1 menyampaikan serah terima jabatan ini merupakan proses alamiah dan wajar dalam suatu organsasi namun memiliki arti penting yang bernila mendasar dilingkungan Pasmar-1, disamping sebagai bagian proses pembinaan organisasi dan proses regenerasi kepemimpinan Perwira Taifib, juga bermakna substansial sebagai suatu kontinuitas visi dan misi Yontaifib sebagai satuan yang memiliki kemampuan pasukan khusus, baik secara individu maupun kelompok, yang ditopang dengan kekuatan fisik yang prima, ketahanan mental yang handal dan kemampuan profesi sebagai pasukan Trimedia yang terlatih, sehingga kehadiran Yontaifib-1 Marinir sangat diperlukan disetiap kegiatan untuk menentukan keberhasilan yang lebih besar dari satuan atas. “ Ujarnya.
Lebih lanjut Komandan Pasmar-1 menyampaikan Yontaifib-1 Marinir merupakan Komando pelaksana Pasmar-1, dengan tugas pokok menyiapkan personel dan materialnya sebagai pasukan khusus baik dalam operasi pendaratan amfibi, operasi oleh satgas TNI AL maupun operasi oleh satgas TNI. Tugas pokok ini harus dilaksanakan setiap saat agar terjamin dan muncul keyakinan akan terpeliharanya kemampuan sebagai pasukan Trimedia, karena kemampuan ini akan senantiasa digunakan baik dalam operasi tempur, kegiatan SAR maupun sebagai unsure demo “ Show Of Force “ dalam setiap upacara kebesaran Nasional maupun Korps Marinir, untuk mendapatkan prajurit yang professional dan berkualitas baik secara fisik maupun nonfisik tentunya mekanisme pelaksanaan latihan dengan segala aspeknya harus dapat dilaksanakan secara tepat dan terukur serta dapat dipertanggungjawabkan, oleh karena itu Yontaifib-1 Marinir mengemban tugas yang cukup berat dan mengandung resiko yang tinggi, sehingga sangat dibutuhkan sinergitas, kerja keras, kerja cerdas, inovasi serta dedikasi yang tinggi dalam melaksanakan berbagai latihan agar mampu menuntaskan setiap tugas yang dibebankan.
Hadir dalam acara serah terima jabatan tersebut Para Asisten Kaspasmar-1, Dankolak/Satlak Pasmar-1, para pejabat teras dilingkungan Pasmar-1, serta para tamu undangan lainnya.

TNI AL Bangun Pangkalan Khusus Kapal Selam Dan Kapal Perang

DONGGALA-(IDB) : TNI Angkatan Laut sedang membangun sebuah pangkalan khusus untuk kapal selam dan kapal-kapal perang di Teluk Palu.

"Pembangunannya sudah dimulai tahun 2011 di dermaga Pangkalan TNI AL (Lanal) Kelurahan Loli, Kota Palu," kata Dan Lanal Palu Kolonel Laut (P) Budi Utomo kepada ANTARA di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Donggala, sekitar 35 km utara Kota Palu, Kamis.

Menurut dia, pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dan Pemkot Palu telah membantu TNI AL berupa lahan seluas tiga hektare untuk mengembangkan Dermaga Lanal di Loli tersebut menjadi pangkalan kapal-kapal selam dan KRI.

Di atas lahan tersebut, TNI AL akan membangun berbagai sarana dan fasilitas untuk kepentingan pelayanan terhadap alutsista TNI AL itu agar bisa berfungsi maksimal sebagai tempat istirahat, perbaikan dan pengisian logistik kapal-kapal selam dan kapal perang.

Fasilitas yang sedang dan akan dibangun adalah asrama untuk awak kapal dan juga sarana dan fasilitas untuk perbaikan kapal.


Teluk Palu

"Pangkalan itu sekarang sudah bisa digunakan hanya belum maksimal. Sudah pernah diuji coba dengan kapal selam dan sudah rutin digunakan oleh KRI-KRI yang beroperasi di alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) III Laut Banda," ujar Budi.

Menurut Budi, Dermaga Lanal Palu di Loli ini merupakan pangkalan kapal selam satu-satunya di luar Jawa. Teluk Palu ini dipilih karena lokasinya yang sangat strategis dan konfigurasi alur lautnya yang istimewa dan tidak terdapat di teluk lain di Indonesia bahkan mungkin di dunia.

"Alur laut teluk Palu mulai dari Laut Banda sampai Loli mencapai panjang 30 kilometer dengan lebar 10 km dan kedalaman 400 meter. Ini sangat istimewa, sehingga raksasa sekelas kapal induk Amerika Serikat pun bisa masuk di sini," ujarnya.

Lokasinya juga strategis karena jarak ke Malaysia 300 kilometer dan ke Makassar juga 300 kilometer, jadi berada di tengah-tengah dua titik penting dalam strategi pertahanan nasional.

"Kondisi perairan Teluk Palu ini pun tidak akan terpengaruh oleh kondisi cuaca dan iklim bagaimanapun yang terjadi di ALKI III. Jadi teluk ini sangat cocok untuk dijadikan tempat parade kapal perang seperti yang pernah dilaksanakan di Manado," ujarnya.

Ketika ditanya berapa dana yang dikucurkan dan kapan pembangunan pangkalan kapal selam ini selesai dan beroperasi penuh, Budi Utomo mengaku tidak tahu karena hal itu tergantung pada pendanaan dari Mabes TNI AL.

"Dana pembangunannya dikucurkan bertahap dari Mabes. Proyeknya ada di Mabes, kami hanya menerima saja," ujar Budi disela-sela acara penyerahan kapal bantuan Kementerian Kelautan dan Perikanan kepada para nelayan dari lima kabupaten di Sulteng.

Ia juga tidak menyebutkan berapa kapal selam yang akan berpangkalan di Dermaga Loli ini, namun menyebut bahwa dalam waktu dekat ini, TNI AL akan membeli tiga kapal selam baru dan tidak tertutup kemungkinan kapal-kapal itu akan ditempatkan di pangkalan Loli ini.

Sumber : Antara

TNI AL Perbanyak Armada Kapal Kawal Cepat Rudal

BATAM-(IDB) : Jajaran Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) terus memperkuat armada lautnya. Setelah KRI Celurit-641,dalam waktu dekat giliran KRI Kujang-642 yang akan memperkuat armada laut TNI AL.

Keduanya merupakan kapal kawal cepat rudal (KCR) produksi dalam negeri yang dikerjakan galangan kapal PT Palindo Marine,Batam. Kedua kapal untuk patroli tersebut memiliki spesifikasi yang hampir sama yakni panjang 44 meter, lebar 7,4 meter, berbobot 250 ton, dan mampu berlayar dengan kecepatan maksimum 30 knot. Kapal dipersenjatai rudal C-705, meriam kaliber 30 mm enam laras, serta meriam anjungan dua unit kaliber 20 mm.

Pengadaan kapal KCR memang menjadi salah satu program penguatan alat utama sistem senjata (alutsista) TNI AL.Hingga 2024 TNI AL butuh 24 unit kapal jenis ini.“Kapal akan dioperasikan di wilayah Armada Barat dan Sulawesi Utara,”kata Asrena KSAL Laksamana Muda TNI Sumartono di Batam kemarin. KSAL Laksamana TNI Soeparno sebelumnya mengatakan, program penambahan alutsista TNI AL pada 2012 adalah pengadaan kapal selam dan kapal permukaan.

“Ada tiga kapal selam, dua kapal permukaan frigate jenis perusak kawal rudal (PKR) dan 20 kapal patroli cepat dan kapal cepat torpedo,” ujarnya. Satu unit kapal tersebut berharga sekitar Rp75 miliar. Pada pengadaan pertama yakni KRI Celurit, pemerintah bekerja sama dengan Bank Mandiri untuk pembiayaannya.

Wakil Menteri Pertahanan Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan, pengadaan alutsista TNI AL meliputi kapal kombatan dan nonkombatan seperti kapal tanker dan kapal angkut tank. Kapal perang dalam waktu dekat diserahkan kepada KRI Kujang-642.Selain KCR dari galangan kapal di Batam,TNI AL juga segera diperkuat kapal-kapal perang produksi galangan kapal di Banyuwangi, Trimaran.

Nama terakhir ini juga menggunakan senjata peluru kendali dengan jarak tembak 120 km.TNI AL memesan empat unit dan dalam waktu dekat satu di antaranya sudah bisa diserahkan. Meski demikian, Trimaran berbeda dengan Celurit maupun Kujang. Dari segi bahan, Trimaran menggunakan komposit serat karbon, sedangkan Celurit dan Kujang terbuat dari gabungan baja khusus high tensile steel dan aluminium marine grade.

Trimaran juga mampu melaju lebih kencang 5 knot dari Celurit dan Kujang. Kapal-kapal kecil dinilai cocok dengan kondisi geografis Indonesia yang berupa kepulauan, dibandingkan dengan kapal besar seperti yang banyak digunakan dalam Perang Pasifik. Namun, kapal-kapal tersebut harus dilengkapi dengan persenjataan yang canggih seperti peluru kendali.

Sekjen Kemhan Marsdya TNI Erris Heryanto mengatakan, pemerintah sedang bersiap untuk memproduksi peluru kendali (rudal) yang akan dipakai mempersenjatai kapal perang KCR yakni C-705. Produksi akan menggandeng perusahaan di China yaitu Sastind. “TNI AL akan menggunakan ini di kapal-kapal patrolinya.Rudal ini memiliki jangkauan 110-120 km dan dipersiapkan untuk sasaran permukaan,”ujarnya.

Sumber : Sindo

Perusahaan Kapal Swasta Nasional Lebih Cepat Kuasai Alih Teknologi

BATAM-(IDB) : Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menilai penguasaan alih teknologi oleh perusahaan galangan kapal swasta nasional jauh lebih cepat dibandingkan perusahaan sejenis milik pemerintah.

"Kita harapkan penguasaan alih teknologi dapat cepat dilakukan oleh PT PAL, sehingga ke depan kita juga sudah memiliki teknisi-teknisi muda untuk pembuatan kapal selam," katanya di sela-sela kunjungan kerjanya di Batam, Rabu.

Ia menilai dari hasil kunjungan ke beberapa perusahaan galangan kapal swasta di Batam, diantaranya bahkan telah memiliki teknisi-teknisi muda perkapalan yang dapat diandalkan untuk memajukan industri kapal nasional.

"PT Palindo misalnya, telah memiliki teknisi muda mulai usia 20 tahunan dengan pendapatan yang bersaing. Jadi kita memiliki teknisi-teknisi muda yang siap memajukan industri perkapalan nasional, sekaligus perekonomian nasional (tenaga kerja-red)," katanya.

Sjafrie menambahkan sejumlah perusahaan galangan kapal swasta telah menjadi tempat peningkatan keahlian dari para calon teknisi perkapalan muda mulai dari tingkat STM hingga sarjana strata satu.

"Ini yang harus dilakukan PT PAL, untuk melakukan pembenahan dari sisi rekruitmen agar para teknisi muda yang disiapkan benar-benar memiliki kemampuan, keahlian dan menguasai alih teknologi untuk memandirikan industri kapal nasional," ujar Sjafrie.

Dalam kunjungannya ke Batam, Wakil Menhan melakukan kunjungan ke PT Bandar Abadi Shipyard, PT Citra Shipyard, dan PT Palindo Marine Shipyard (meninjau production line dan peninjauan KCR).

Selain itu akan pula mengunjungi Fasharkan Mentigi, Dermaga Punggur dan Puskodal TNI-AL.

Sumber : Antara

Indonesian Air Force Inspects Ballistic Missiles to Strengthen Air Defense

Illustration
MEDAN-(IDB) : The Medan National Air Defense Command (Kosekhanudnas) has inspected ballistic missiles abroad to foster the air defense in the area.

"The type of ballistic missiles are the KY-80," Medan Kosekhanudnas chief Vice Marshal Bonar Hutagaol said in Medan on Wednesday.


He said as a unit assigned in the western area, he was in need of ballistic missiles with the capacity to destroy aircraft and ballistic missiles fired by the enemy. Right now the number of ballistic missiles of the Medan Kosekhanudnas III were still enough like those being used by a number of Medium Air Defense Artillery Battalions (Arhanudse).


However, he still needed more ballistic missiles in anticipation of any eventualities. Therefore he made an inspection of the ballistic missiles in the Gobi dessert , China , which he said are very good and suitable to strengthen air defense in Indonesia.

The results of the inspection will be handed to the Military (TNI) Chief for making the necessary decisions. Then the results will be studied more deeply. "Then a decision will be made which are the best for Indonesia."


The supply for aircraft fighters had been depleting and Air Force Chief Marshal Imam Sufaat planned to build an essential force by 2025. Radars will be bought only for airbases still vacant like in Tanjung Pinang.

"The entire sector III (Medan) had already been covered."

Source : Kompas

Komandan KRI Clurit 641 Diserah Terimakan

JAKARTA-(IDB) : Komandan Satuan Kapal Cepat (Dansatkat) Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) Kolonel Laut (P) Denih Hendrata menerima penyerahan jabatan Komandan KRI Celurit (CLT-641) dari Mayor Laut (P) Aminuddin Albek dalam suatu upacara, di Gedung Serba Guna Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan (Fasharkan) Mentigi, Rabu (4/1).
 
Komandan Satkatarmabar Kolonel Laut (P) Denih Hendrata mengatakan, serah terima jabatan Komandan KRI merupakan pembinaan personel dilingkungan TNI, khususnya TNI Angkatan Laut. Hal tersebut merupakan kesempatan dan peluang untuk mengembangkan kepemimipinan dan kemampuan sekaligus mewujudkan organisasi yang lebih besar, sehat dan dinamis. Improvisasi dan Inovasi serta daya kreativitas yang baru diharapkan mampu meningkatkan prestasi kerja organisasi di KRI Clurit-641 sesuai pencapaian sasaran yang telah ditetapkan.
 
Lebih lanjut Dansatkatarmabar mengatakan, tugas Satkatarmabar dimasa mendatang cukup berat dan memerlukan perhatian khusus untuk setiap Komandan KRI memiliki tugas dan tanggung jawab untuk membina kesiapsiagaan dan kemampuan Alutsista yang diawakinya, sehingga setiap saat mampu hadir dilaut untuk menegakkan dan mempertahankan kedaulatan serta mengamankan keutuhan perairan nusantara.
 
Upaya pembinaan tersebut harus dilaksanakan secara terencana, bertingkat, berlanjut dan bersinergis antara departemen serta di siapkan secara cermat, baik personel, materiil, metode maupun sarana dan prasarananya, sehingga hasil yang diperoleh akan membuahkan kehandalan Alutsista yang mantap dengan diawaki oleh prajurit matra laut yang profesional.
 
Diakhir amanatnya Dansatkatarmabar mengucapkan terimakasih Kepada Mayor Laut (P) Aminuddin Albek atas jerih payah pembinaan yang telah dilaksanakan selama ini, sehingga kapal yang ditinggalkan dapat melaksanakan tugas dengan baik dan selamat melaksanakan pendidikan Sesko di luar negeri Malaysia.
 
Pada kesempatan tersebut, Dansatkatarmabar menyampaikan, untuk sementara karena KRI Clurit-641 sedang melaksanakan operasi maka sebagai pejabat sementara Komandan KRI Clurit-641 adalah Komandan KRI Lemadang-632 Mayor Laut (P) Daru Sumirat.

Sumber : Koarmabar

Wamenhan Tinjau Potensi Sejumlah Perusahaan Galangan Kapal di Batam

BATAM-(IDB) : Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin selaku Sekretraris Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) didampingi sejumlah pejabat di lingkungan Kemhan dan Mabes TNI Angkatan Laut serta Tim Verifikasi KKIP, Rabu (4/1) melakukan kunjungan kerja ke sejumlah perusahaan galangan kapal di Batam, Kepulauan Riau. 

Kunjungan  Wamenhan beserta rombongan kali ini  untuk meninjau secara langsung proses pembuatan kapal serta melihat sejauh mana potensi, kemampuan dan kesanggupan perusahaan galangan kapal nasional khususnya di Batam dalam memenuhi kebutuhan pengadaan Alutsista TNI.
Kemhan dan TNI baik sebagai penentu kebijakan ataupun sebagai pengguna berkepentingan melihat secara langsung mekanisme dan kapasitas produksi yang disediakan dalam memenuhi berbagai peluang yang diberikan oleh Pemerintah.
Selain itu, peninjauan kali ini juga berkaitan dengan kepentingan dari Tim Verifikasi KKIP dalam memonitor atau mengaudit industri pertahanan baik milik negara maupun swasta yang mencakup manajemen SDM, teknologi, infrastruktur,  keuangan dan manajemen secara keseluruhan. Audit yang dilakukan Tim Verikasi KKIP tersebut berperan untuk memberikan jawaban apakah industri pertahanan memiliki kesanggupan dalam memenuhi kebutuhan Alutsista yang dibutuhkan TNI.
Kunjungan Wamenhan dan rombongan ke sejumlah perusahaan galangan kapal di Batam, diawali dengan peninjauan ke PT. Bandar Abadi Shipyard dilanjutkan peninjauan ke PT. Citra Shipyard,  PT.Palindo Marine Shipyard dan  Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan (Fasharkan)  Mentigi. Diakhir kunjungan kerjanya ke Batam, Wamenhan juga menyempatkan diri meninjauan Pusat Komando dan Pengendalian (Puskodal) di Lantamal Batam.
Dalam peninjauan di Fasharkan Mentigi, Wamenhan dan rombongan meninjau fasilitas pemeliharaan dan perbaikan kapal-kapal perang TNI-AL. Sementara itu,  saat meninjau PT.Palindo Marine Shipyard, Wamenhan dan rombongan melihat fasilitas produksi dan proses pembuatan kapal perang jenis Fast Missile Boat (Kapal Cepat Rudal/KCR 40) yang merupakan kapal  pesanan TNI AL. 

Dalam kesempatan tersebut Wamenhan juga sempat menguji coba dengan menaiki kapal KCR dengan nama KRI Kujang-642. Kapal tersebut merupakan kapal pesanan TNI AL yang kedua, saat ini masih dalam proses uji coba dan dalam waktu dekat akan diserahterimakan.
PT. Palindo Marine Shipyard mendapat pesanan dari TNI sebanyak dua kapal perang jenis Fast Missile Boat (Kapal Cepat Rudal/KCR 40).  Kapal pertama telah diresmikan oleh Menhan pada bulan April 2011 dan sudah memperkuat Armada Perang TNI AL dengan nama KRI Clurit-641.
KCR 40 sepenuhnya dikerjakan oleh putra-putri bangsa dan sebagian besar material kapal perang tersebut diproduksi di dalam negeri. Proyek pembangunan dua unit KCR 40  juga merupakan proyek perdana dalam pengadaan alutsista dengan skema pembiayaan dalam negeri sehingga lebih efisien.
KCR 40 dibuat dari bahan high tensile steel & aluminium alloy dan mampu berlayar dengan kecepatan 30 knot.  Kapal dengan teknologi tinggi itu memiliki spesifikasi panjang 44 meter, lebar 8 meter, tinggi 3,4 meter dan sistem propulasi fixed propeller 5 daun.
Kapal yang sepenuhnya di buat di PT. Palindo tersebut dilengkapi sistem persenjataan modern (Sewaco/Sensor Weapon Control), diantaranya meriam caliber 30mm enam laras sebagai sistem pertempuran jarak dekat (CIWS) dan rudal anti kapal buatan China C-705.
PT. Palindo Marine Shipyard merupakan salah satu perusahaan galangan kapal di Batam yang memiliki pengalaman selama 20 tahun dan telah memproduksi kurang lebih dua ratus kapal dengan berbagai tipe dan ukuran serta  bermacam–macam tipe kapal, antara lain Crew Boat, Passenger Ferry, Patrol Boat, Rescue Boat dan jenis kapal lainnya.
Turut serta mendampingi Wamenhan sejumlah pejabat Kemhan antara lain Irjen Kemhan Laksdya TNI Gunadi, M.D.A., Kabaranahan Kemhan Mayjen TNI Ediwan  Prabowo, Dirjen Renhan Kemhan Marsda TNI BS. Silaen, S.IP, Dirjen Kuathan Kemhan Laksda TNI Bambang Suwarto, Dirtekind Ditjen Pothan Brigjen TNI Agus Suyarso, dan Kapuskom Publik Kemhan Brigjen TNI Hartind Asrin.
Sedangkan dari Mabes TNI AL antara lain Asrena Kasal Laksamana Muda TNI Sumartono dan Aslog Kasal Laksda TNI Sru Handayanto. Sementara itu, Tim Verifikasi KKIP antara lain Said Didu, Prof Dr. Ir. Lilik Hedra, Sumardjono, Silmy Karim dan Dr. Timbul Siahaan. Turut pula pejabat dari Kementerian Keuangan dalam hal ini diwakili Direktur Anggaran III Ditjen Anggaran Kemkeu Sambas Muliana.

Sumber : DMC

Wamenhan: Industri Perkapalan Nasional Harus Berdaya Saing

BATAM-(IDB) : Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin meminta industri pertahanan nasional, termasuk industri perkapalan agar membenahi sistem manajerialnya sehingga memiliki daya saing yang kuat dan sehat tidak saja di dalam tetapi juga luar negeri.

"Saya bersama tim datang untuk melihat langsung kinerja dan sistem manajerial yang dilakukan perusahaan-perusahaan kapal swasta dalam mendukung kebutuhan TNI, khususnya TNI Angkatan Laut," katanya, dalam kunjungan kerjanya di tiga perusahaan galangan kapal swasta di Batam, Rabu.

Ia menilai, perusahaan kapal swasta memiliki potensi yang besar untuk menghasilkan produk kapal yang berdaya saing tinggi, tidak saja untuk kapal niaga tetapi juga militer.

"Namun, untuk dapat menghasilkan produk yang sesuai kebutuhan operasional TNI yang diperlukan, harus didukung daya mampu yang memadai secara manajerial, terutama tingkat keahlian dan kemampuan sumber daya manusianya," katanya.

Para pengusaha kapal swasta juga harus mampu berinteraksi dengan Kementerian Pertahanan/TNI untuk lebih memahami spesifikasi teknik dan kebutuhan operasional yang dibutuhkan, lanjut Sjafrie.
 
Hal tersebut terkait dengan kebijakan politik negara untuk membangun sistem pertahanan yang mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

"Dengan banyaknya perusahaan kapal baik nasional maupun swasta yang berdaya saing tinggi, maka kemampuan SDM mau tidak mau akan meningkat. Daya serap tenaga kerja pun semakin tinggi, dan ini berarti mendukung pertumbuhan ekonomi nasional," ujarnya.

Dari segi politik, perusahaan kapal nasional dan swasta yang berdaya saing tinggi dapat memacu kemandirian industri pertahanan nasional, yang berujung pada posisi tawar Indonesia, kata Sjafrie menambahkan.

Karena itu, pemerintah telah mencanangkan modernisasi alat utama sistem senjata selama 2009-2024 secara bertahap, terutama untuk alat utama sistem senjata bergerak seperti kendaraan tempur, pesawat tempur, dan kapal selam.

"Karena itu, saya harapkan semua perusahaan kapal di Indonesia baik nasional seperti PT PAL dan perusahaan kapal swasta dapat memperbaiki kinerja manajerialnya, kepemimpinannya, kemampuan SDM dan lainnya sehingga mampu saling bersaing secara sehat. Semua memiliki peluang sama," katanya.

Dalam kunjungannya ke Batam, Wakil Menhan melakukan kunjungan ke PT Bandar Abadi Shipyard, PT Citra Shipyard, dan PT Palindo Marine Shipyard (meninjau production line dan peninjauan KCR).

Selain itu juga akan mengunjungi Fasharkan Mentigi, Dermaga Punggur dan Puskodal TNI-AL. 

Sumber : Antara

Mengintip Kekuatan Pasukan Pemukul Marinir TNI AL

ANALISIS-(IDB) : Kalau ada berita tentang latihan tempur TNI, apakah berskala internal Marinir, atau internal matra TNI AL atau antar matra gabungan (AD, AL, AU), pasukan Marinir adalah yang paling kuat gema tempurnya karena hantu laut ini adalah pasukan penggempur dan pemukul yang melakukan serangan dari laut menuju pantai melalui serangan amfibi.  Visualnya sangat jelas, menjelang subuh (selalu begitu) didahului oleh serangan udara langsung melalui jet-jet tempur TNI AU pada kawasan pantai yang akan didarati, lalu ada gempuran tembakan dari sejumlah KRI Fregat dan Korvet yang mengawal pasukan Marinir.  Suasana serangan udara dan laut itu sendiri dari sisi visual dengan kondisi alam yang masih pagi buta menimbulkan sensasi sendiri dengan warna rasa “penuh mencekam”.

Kemudian dilakukan pendaratan amfibi.  Titik kritis itu ada disini, ketika sejumlah tank amfibi dan panser amfibi dikeluarkan dari perut KRI LST dan LPD lalu mengarungi perairan pantai sejauh kisaran mil.  Ruang dan waktu berenangnya alat tempur amfibi Marinir menuju titik tumpuan pantai sangat rentan oleh serangan balasan pihak musuh yang berlindung di sepanjang pantai dengan rudal anti tank atau serangan rudal dan roket dari pantai, atau serangan udara balasan, atau dihadang MBT dan artileri lawan.  Karena itu hanya latihan maka dramatisasi kondisi tempur  pihak lawan dengan situasi serangan yang sebenarnya, tidak sampai sejauh itu ceritanya.  Biasanya pihak lawan diasumsikan berkekuatan 1 batalyon, lalu dihadapi dengan 1 brigade Marinir.  Dalam latgab di Sangatta tahun 2008 pasukan musuh diasumsikan berkekuatan 1 brigade dan dihadapi dengan kekuatan 1 divisi pasukan Marinir.

Yang lebih menggembirakan tentu saja berita tentang akan diperkuatnya pasukan marinir TNI AL dari 2 Pasmar menjadi 3 Pasmar yang sudah mengembang sejak setahun lalu.  Pengembangan kekuatan itu semakin dipertegas dengan pernyataan KSAL Laksamana TNI Suparno pada HUT Korps Marinir tanggal 15 Nopember 2011 sekaligus memberikan kepastian jelas ruang pemekaran itu sedang berjalan tanpa publikasi luas.  Saat ini kekuatan Pasukan Marinir sebagai komando utama TNI AL berkekuatan 23.000 prajurit dengan alokasi Pasmar (Pasukan Marinir) I di Surabaya dan Pasmar 2 di Jakarta serta embrio Pasmar 3 di Lampung. Di Sorong juga sudah ada 1 batalyon Marinir sebagai cikal bakal pembentukan satu brigade Marinir di Papua.

Pasmar I (sama dengan kekuatan setingkat divisi) memiliki markas besar di Surabaya.  Makanya Surabaya secara de facto disebut juga kota Marinir dan Angkatan Laut karena disana ada kesatrian Marinir dan pangkalan angkatan laut terbesar di Indonesia.  Bandara Juanda itu sejatinya adalah Lanudal, bukan Lanud.  Pasmar I terdiri dari Brigade Infantri 1 Marinir, Resimen Kavaleri 1, Resimen Artileri 1 dan Resimen Bantuan Tempur 1.  Brigade Infantri 1 memiliki  3 batalyon infantri dan 1 satuan khusus yaitu batalyon intai amfibi.  Ketiga batalyon infantri itu adalah  Yonif 1 Mar, Yonif 3 Mar dan Yonif 5 Mar.

Sedangkan Resimen Kavaleri 1 memiliki kekuatan 3 batalyon yaitu 1 batalyon tank amfibi, 1 batalyon panser amfibi, 1 batalyon kapal pendarat. Resimen Artileri Marinir 1 memiliki 3 batalyon yaitu 1 batalyon meriam berat / howtizer, 1 batalyon Roket dan 1 batalyon Arhanud.  Resimen bantuan tempur Marinir 1 membawahi 5 batalyon yaitu batalyon telekomunikasi dan elektronika, 1 batalyon perbekalan, 1 batalyon kesehatan, 1 batalyon Angkutan Bermotor dan 1 batalyon provost.
Untuk Pasmar II di Jakarta struktur dan kekuatannya sama saja. Yang membedakannya adalah kalau di Jakarta nomor genap maka di Surabaya nomor ganjil.  Maksudnya kalau kita menyebut Yonif 2 Mar atau Yonif 4 Mar maka alokasinya satuannya ada di Jakarta.  Kalau kita menyebut Brigade Infantri 1 Marinir maka alokasinya ada di Surabaya.  Sementara  satu brigade Marinir yang sudah terbentuk di Piabung Lampung memiliki 3 batalyon Marinir yaitu Yonif 7 Mar, Yonif 8 Mar, dan Yonif 9 Mar.  Kalau ini mau dijadikan Pasmar III, tinggal menambah kekuatan Resimen Kavaleri, Resimen Artileri dan Resimen Bantuan Tempur.  Walaupun dikatakan “tinggal menambah” sejatinya inilah yang paling mahal ongkosnya karena menyangkut pengadaan alutsista berupa tank amfibi, panser amfibi, howitzer, roket dan rudal.  Belum lagi penambahan KRI LST dan LPD untuk menunjang mobilitas tempurnya.

Korps Marinir saat ini adalah satuan tempur yang paling lengkap mobilitas tempur dan gerak operasionalnya.  Kekuatan persenjataannya diperkirakan memiliki 400-450 tank amfibi/panser amfibi dan ratusan alat tempur lainnya seperti Meriam, Howitzer, MRLS, NDL-40, Kapa, Rudal SA-7 Grail, Rudal Arhanud, Rudal Anti Tank.  Roket R-han buatan Pindad-Lapan yang baru diproduksi massal adalah alutsista yang mengisi gudang-gudang kesatrian batalyon Marinir.  Alutsista Marinir terbaru adalah tank amfibi BMP-3F buatan Rusia.  Jumlah yang tersedia baru 17 unit dan Korps Marinir sedang menunggu kedatangan 54 unit BMP-3F tahun ini.  Tank amfibi jenis lain yang dimiliki Marinir adalah  dari jenis APC (Armored Personel Carrier) yaitu  40 unit tank BMP-2 dari Slovakia, 80 unit tank AMX-10 buatan Perancis, 85 unit BTR-50 buatan Rusia, 12 unit BTR-80A , 10 unit LVTP-7A1 buatan AS.  Sementara tank tua yang dilengkapi dengan meriam 76,2 mm yang masih dimiliki Marinir adalah dari jenis  PT76.   Yang menarik adalah tank PT76 sudah diretrofit dengan mengganti mesinnya dengan mesin diesel 300 HP, sistem baru firing control, dipasangi laser range finder, perangkat night vision dan mengganti meriamnya dengan meriam Cockerill 90 mm. Jadi walaupun namanya PT76 namun rasa tempurnya sudah setara PT90.

Memang sudah selayaknya Korps Marinir diperkuat sampai 3 divisi.  Ini sejalan dengan pengembangan kekuatan armada laut TNI AL yang sedang dikembangkan dari 2 armada menjadi 3 armada.  Wajar dong negara kepulauan harus punya angkatan laut dan udara yang kuat.  Logikanya sederhana, kalau ada konflik regional yang akan maju duluan untuk gebuk-gebukan adalah AU dan AL.  Nah peran Marinir menjadi sangat kuat manakala konflik itu sampai pada tahap  merebut pulau yang diduduki musuh atau yang dipersengketakan.  Melalui serangan laut dan operasi amfibi, Marinir melakukan pendaratan dengan sejumlah alutsistanya.  Setelah itu semuanya berubah menjadi pertempuran darat.  Semua alutsista Marinir apakah dia bernama BMP3F, BTR-50, PT76, BTR80, RM Grad, Howitzer  masih akan ikut terus dalam pertempuran darat*bergerak maju menghabisi musuh di pulau yang diduduki musuh itu.

Yang menarik hampir seluruh alutsista Korps Marinir berasal dari “blok Timur”.  Yang dari Barat misalnya tank AMX-10 yang ternyata hanya dipakai pada saat defile upacara, jarang terlihat dalam latihan serangan amfibi.  Usut punya usut katanya spek teknisnya tidak mendukung untuk operasi amfibi karena mudah terguling.  Ada juga tank amfibi jenis LVTP-7A1 buatan Paman Sam merupakan hibah dari Korsel karena TNI AL melakukan operasi bedah KRI Cakra dengan dokter dari Daewoo.  Janjinya sih Korsel mau menghibahkan 35 LVTP-7A1, yang baru direalisasikan 10 unit, masih ada “hutang” 25 unit.  Mestinya ditagih dong apalagi kita sudah pesan 3 kapal selam, 16 jet latih tempur T50 Golden Eagle dan alutsista lainnya.  Dalam bahasa bisnis ini sah-sah saja apalagi karena menyangkut janji, tentu harus dipenuhi.
 
Sumber : Analisis

Pemerintah Mendorong Percepatan Alih Teknologi Kapal Selam Dalam Negeri

BATAM-(IDB) : Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoedin memastikan pemerintah bakal mendorong percepatan alih teknologi pembuatan kapal perang dalam negeri. Selama ini industri kapal dalam negeri baru bisa memproduksi non-kapal perang, seperti kapal patroli dan kapal angkut. Sedangkan, untuk kapal selam, masih mengandalkan teknologi asing. "Pemerintah sudah memprioritaskan anggaran alat utama sistem persenjataan (alutsista) angkatan laut untuk transfer teknologi," ujar Sjafrie saat meninjau industri kapal di Batam, Kepulauan Riau, Rabu, 4 Januari 2012.

Pada 20 Desember lalu, Kementerian Pertahanan sudah menandatangani kontrak pengadaan tiga unit kapal selam dengan perusahaan galangan kapal asal Korea Selatan, Daewoo Shipbuilding Marine Enginering (DSME). Menurut Sjafrie, kerja sama dilakukan dengan model produksi bersama agar terjadi alih teknologi. Penambahan alutsista kapal selam ini diharapkan menjadi wadah penguatan kemampuan sumber daya manusia (SDM) lokal dalam pembuatan kapal selam.

Menurut Sjafrie, alih teknologi pembuatan kapal selam sudah masuk dalam kontrak pembelian tiga kapal selam itu. Berdasarkan kontrak, ketiga kapal ini menghabiskan biaya sekitar US$ 1,80 miliar yang diambil dari alokasi pengadaan alutsista tahun 2010-2014.

Kepala Badan Sarana Pertahanan Mayor Jenderal Ediwan Prabowo mengatakan, untuk menjamin terlaksananya alih teknologi, pembuatan kapal selam ketiga akan dilakukan sepenuhnya di Indonesia melalui perusahaan produsen kapal pelat merah PT PAL.

Pembuatan kapal pertama dilakukan sepenuhnya di Korea dengan mendatangkan tenaga ahli PT PAL Surabaya untuk belajar ke Daewoo. Mereka akan diminta belajar tahapan desain dan turut dalam tahapan persiapan pembangunan kapal selam kedua.

Rencananya, dalam pembuatan kapal tahap pertama, akan dikirim sekitar 30 tenaga ahli. Sedangkan, pada pembuatan kapal kedua, pemerintah akan mengirim hingga 130 orang untuk mulai terlibat dalam praktek pembuatan kapal selam. Barulah nanti pembuatan kapal ketiga sepenuhnya bisa dibuat langsung di PT PAL. "Kami berharap pada akhirnya SDM lokal bisa membuat kapal selam secara penuh," ujarnya di tempat yang sama.

Ediwan menuturkan pemerintah menargetkan kapal selam pertama sudah rampung pada 2015. Sedangkan kapal kedua dan ketiga berturut-turut selesai pada 2016 dan 2017. Pengadaan tiga unit kapal selam baru ini akan digunakan untuk melengkapi armada tempur TNI Angkatan Laut. Saat ini Indonesia baru memiliki dua kapal selam, yaitu KRI Cakra dan KRI Nanggala, yang sudah beroperasi lebih dari sepuluh tahun.

Tiga kapal selam yang sudah dipesan ini memiliki bobot dan daya angkut yang lebih besar, dengan peralatan dan persenjataan yang lebih baru. "Dengan kehadiran tiga kapal selam baru ini, diharapkan daya tempur dan daya tangkal TNI Angkatan Laut semakin kuat," ujarnya.

Sumber : Tempo