Pages

Rabu, Desember 21, 2011

Berita Foto : Minustah Periksa Peralatan TNI di Haiti

HAITI-(IDB) : Tim COE dari UN/Minustah memeriksa peralatan TNI Satgas Konga XXXII-A/Minustah di Camp Bumi Garuda, Gonaives-Haiti, Senin (19/12). Pemeriksaan menunjukkan hasil yang positif dan mengisyaratkan bahwa Konga XXXII-A/Minustah siap untuk menjalankan tugas di Haiti.


Tim COE dari UN/Minustah yang melakukan pemeriksaan ini dipimpin oleh Paramijit Sing.


Tim Minustah yang didampingi Dansatgas Konga XXXII-A/Minustah Letkol Czi Winarno memeriksa seluruh peralatan Satgas Konga XXXII-A/Minustah.





Satu persatu peralatan milik Satgas Konga XXXII-A/Minustah diperiksa oleh Tim COE dari UN/Minustah.  


Sumber : Detik

TNI-AL Siapkan Personel Tiga Kapal Selam Baru

JAKARTA-(IDB) : Markas Besar TNI Angkatan Laut tengah mempersiapkan sejumlah personel untuk mengawaki tiga kapal selam baru yang baru saja ditandatangani kontraknya.

"Kemungkinan ada sekitar 150 personel yang akan disiapkan dan dikirim untuk belajar di Korea Selatan secara bertahap," kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama Untung Suropati di Jakarta, Rabu.

Ia menambahkan secara umum kemampuan personel kapal selam TNI Angkatan Laut tidak perlu diragukan.

"Secara umum, personel kami sudah menguasai seluk beluk kapal selam dan tidak ada keraguan untuk itu," kata Untung.

Kontrak pengadaan tiga kapal selam baru untuk TNI Angkatan Laut telah ditandatangani antara Kementerian Pertahanan Republik dengan perusahaan galangan kapal asal Korea Selatan, Daewoo Shipbuilding Marine Enginering (DSME).

Kontrak tersebut ditandatangani pihak Kemhan RI diwakili oleh Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemhan RI Mayjen TNI Ediwan Prabowo, sedangkan pihak DSME diwakili oleh President & CEO DSME Sang-Tae Nam, Selasa (20/12) malam.

Sebelumnya, Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan dalam kontrak itu ada ketentuan mengenai mekanisme alih teknologi mulai dari awal hingga akhir pengadaan selesai seluruhnya.

"Artinya dari awal pembelian proses alih teknologi itu sudah berjalan, yakni dengan mengirimkan sejumlah teknisi yang masa kerjanya masih panjang untuk melihat langsung proses pembuatan kapal selam itu," ujar Wamenhan.

"Pengadaan sumber daya manusia yang akan dikirim ini menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia, khususnya PT PAL. Dan jumlahnya relatif besar minimal 50 orang," ujar Sjafrie.

Pada pengadaan tahap kedua, para teknisi yang telah dikirimkan tersebut diharapkan mulai terlibat dalam hal-hal teknis menyangkut pembuatan kapal selam.

"Nah disini mulai ada interaksi fisik langsung para teknisi kita dalam proses pembuatan kapal selam. Jadi, peran negara produsen sudah sekitar 50 persen diambil oleh para teknisi kita," tutur dia.

Sjafrie menambahkan selama proses pembuatan dua kapal selam itu selain menyiapkan dan mengirimkan para teknisi juga sudah dibangun pula galangannya. "Sehingga semua ini berjalan paralel," katanya.

Selanjutnya, ujar Sjafrie, pada pembuatan kapal selam ketiga sudah dapat dilakukan di Indonesia dan seluruhnya dilakukan oleh tenaga-tenaga Indonesia.

"Itu kebijakan dasar, strategi besar dalam mekanisme pengadaan alat utama sistem senjata yang ditetapkan Indonesia baik untuk pengadaan alat utama sisitem senjata berteknologi tinggi seperti kapal selam, maupun berteknologi sedang," kata Wamenhan.

Sumber : Antara

UNIFIL Test Para Driver Mobil Jammer Indobatt

Pengacak Sinyal 001LEBANON-(IDB) : Tim penguji pengemudi mobil Jammer dari United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL) melaksanakan uji kelayakan bagi 10 calon pengemudi mobil Jammer personel Satgas Batalyon Mekanis TNI Kontingen Garuda XXIII-F/UNIFIL.

Keterangan pers dari Mabes TNI, di Jakarta, Rabu, menyebutkan, uji kelayakan para pengemudi itu dalam rangka kesiapan operasional mobil pengacak sinyal yang akan digunakan Indobatt dalam melaksanakan suatu operasi. Pelaksanaan ujian itu dilaksanakan di sekitar lapangan Soekarno, Markas Indobatt, Adshit Al Qusair, Lebanon Selatan, Selasa (20/12).
 
Pengacak Sinyal 004
Tim penguji dari UNIFIL berjumlah dua orang, yaitu Johan Clinton berasal dari Karibia dan George Kaymasiah dari Lebanon.

Pelaksanaan pengujian diawali dari penjelasan singkat tentang teori operasional mobil, dilanjutkan dengan tes pengetahuan mesin, tes tata cara perawatan mobil, tes tata cara pelaporan apabila saat digunakan terjadi gangguan dan yang terakhir tes mengemudi.

 
Kesepuluh personel Kontingen Garuda yang mengikuti tes ini dinyatakan lulus dan berhak mendapatkan surat ijin mengemudi khusus mobil Jammer dari UNIFIL.
Pengacak Sinyal 002
 
Mobil Jammer yang digunakan Indobatt merupakan produksi Spanyol, mempunyai kemampuan untuk mengacak sinyal ataupun frekuensi radio yang tergolong canggih, sehingga dapat membantu tugas-tugas Batalyon Mekanis XXIII-F/UNIFIL dalam melaksanakan suatu pergerakan atau tugas operasi selanjutnya dalam misi perdamai`n di Lebanon Selatan.

Perwira kordinator uji kelayakan supir, Mayor Kavaleri Budi Medina, mengatakan, kesepuluh supir yang lulus ini selanjutnya akan mengawaki lima mobil Jammer yang dimiliki Indobatt.

Pengacak Sinyal 003


"Untuk penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan tugas dan atas perintah Komandan Satgas," ujarnya. 

Sumber : Antara

Pembelian Alutsista Dari Rusia Dijamin Bebas Embargo

JAKARTA-(IDB) : Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Alexander A. Ivanov, menyatakan pemerintah Rusia tidak akan memberlakukan embargo atau larangan tertentu dalam kerja sama militer dengan Indonesia.

“Kami tidak akan pernah menerapkan embargo atau prakondisi politis dalam kerja sama teknis militer. Ini jaminan dari pemerintah Rusia,” kata Ivanov kepada Tempo usai menyerahkan medali penghargaan "For Strengthening Combat Fraternity” kepada Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Soeparno di rumah dinas Duta Besar Rusia, Jakarta, Rabu, 21 Desember 2011.

Menurut Ivanov, Indonesia merupakan negara yang bersahabat dengan perkembangan demokrasinya yang sangat maju. Hubungan Rusia-Indonesia sendiri sudah terjalin sejak tahun 50-an. Dengan begitu pemerintah Rusia beralasan tetap merawat kerja sama tersebut.


Amerika Serikat pernah mengembargo bantuan teknis militer ke Indonesia dengan alasan pelanggaran hak asasi manusia dan lemahnya pelaksanaan demokrasi. Menurut Ivanov, apa pun alasannya, Rusia tidak akan menerapkan sanksi embargo kepada Indonesia. Setiap negara, ujarnya, termasuk negara-negara Barat, memiliki persoalan dengan isu pelanggaran hak asasi manusia dan demokrasi.

“Ini hal serius. Namun menurut kami tidak ada demokrasi yang tunggal, sistem demokrasi yang disatukan dan dipaksakan oleh satu negara ke negara lain,” kata Ivanov.


Dia mengatakan setiap negara memiliki tradisi, budaya, dan lainnya yang sifatnya spesifik. Dan demokrasi di setiap negara berkembang berdasarkan karakter negara itu terkait dengan sejarah, budaya, dan tradisinya. “Jadi, Rusia sangat menghargai Indonesia sebagai negara bersahabat dan sangat cepat perkembangan demokrasinya.”


Sehubungan dengan kerja sama militer antara Rusia dan Indonesia, Ivanov menekankan tentang kerja sama antara angkatan laut kedua negara. Sebagai negara kepulauan yang terluas di dunia, ujarnya, Indonesia perlu memiliki angkatan laut yang kuat. Indonesia telah membeli kapal selam tipe BNV dengan tipe terbaru dengan teknologi termodern dari Rusia. Kapal selam ini antara lain mampu mengejar target dalam posisi di dalam laut ataupun di permukaan laut.


Bentuk kerja sama lainnya, ujar Ivanov, adalah pembentukan pusat pelayanan kapal selam tersebut dan akan dikelola oleh Angkatan Laut Indonesia. “Ini langkah lebih maju dari kerja sama untuk transfer teknologi dari Rusia ke Indonesia,” kata Ivanov.

Keduanya juga akan melakukan latihan untuk mengatasi kejahatan pembajakan di laut pada Januari tahun depan, tepatnya saat Angkatan Laut Rusia berkunjung ke Surabaya. 

Sumber : Tempo

Update : Jepang Beli 42 Pesawat Siluman

TOKYO-(IDB) : Jepang membeli pesawat tempur siluman Lockheed Martin F-35 buatan Amerika Serikat. Pesawat tempur ini akan memperbarui pesawat yang sudah usang dan memperkuat angkatan udara. 

Pembelian ini berdasarkan kesepakatan multiyear. "Jepang telah menyiapkan anggaran pembelian empat pesawat tempur pada tahun depan, yang akan dimulai April," kata Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Hubungan Masyarakat, Noriyuki Shikata.

Harga yang harus ditebus untuk setiap pesawat rata-rata US$ 65 juta. Harga itu nantinya juga dihitung dengan pengiriman. Hingga saat ini total anggaran yang dibutuhkan belum diputuskan.

Sebelumnya Jepang sempat menimbang-nimbang pembelian F-35, Boeing F-18, atau Eurofighter Typhoon yang dibuat konsorsium perusahaan-perusahaan Eropa. Pilihan akhir Jepang jatuh pada pesawat buatan Amerika karena memiliki kedekatan dalam hubungan pertahanan.

F-35 merupakan salah satu proyek terbesar Pentagon. Pengembangan pesawat ini membutuhkan anggaran US$ 238 miliar dengan melibatkan sekutunya, Inggris, Australia, Kanada, Israel, dan negara di Eropa. Pesawat ini telah digunakan untuk memperkuat Angkatan Udara dan Angkatan Laut Amerika.

Jepang telah memiliki 362 jet tempur, seperti F-15, F-4s, dan F-2s, menjadikannya sebagai salah satu negara yang memiliki kekuatan udara tercanggih di kawasan timur Asia. Peningkatan kekuatan tempur ini dilatari kekhawatiran potensi konflik di Cina, Rusia, dan ancaman rudal balistik Korea Utara.

Kekuatan militer Cina semakin maju. Belum lama ini Cina telah meluncurkan generasi pesawat tempur siluman, Chengdu J-20, yang banyak dipuji. Kekuatan Cina ini dianggap menjadi saingan Amerika.

Sumber : Tempo

KASAL Menerima Penghargaan The Strengthen Combat Fraternity Dari Pemerintah Rusia

JAKARTA-(IDB) : Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno menerima penghargaan The Strengthen Combat Fraternity dari pemerintah Rusia. Penghargaan yang diberikan untuk menandai hubungan bilateral Indonesia dan Rusia tersebut diserahkan Duta Besar Rusia Alexander Ivanov kepada Laksamana Soeparno di kediaman Duta Besar Rusia, Rabu, 21 Desember 2011.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro juga mendapatkan penghargaan ini. "Kita telah menjalin kerja sama yang saling menguntungkan, Ini pertama kalinya sejak 60 tahun," kata Soeparno.

Ia mengungkapkan kerja sama dengan Rusia dilakukan, misalnya, dalam pengadaan alat sistem utama persenjataan. Seperti, pengadaan kapal patroli, pengadaan kapal selam, tank amphibi, dan rudal Yakhoun. Indonesia telah membeli 17 tank amphibi. "Nanti kita juga akan datangkan 34 lagi," ujarnya.

Menurut Soeparno, rudal Yakhoun dipilih karena memiliki kemampuan jelajah yang cukup memadai. Jangkauan sekitar 290 kilometer sebanding jarak Jakarta-Surabaya. Nantinya alutsista itu akan memperbarui persenjataan yang telah tua dan sebagai bentuk modernisasi persenjataan. "Untuk memadai dan sebanding dengan negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia," katanya.

Pemerintah telah menyiapkan anggaran 64,5 triliun untuk tiga angkatan hingga 2014. Targetnya, kekuatan angkatan Indonesia mampu menjaga wilayah kesatuan. Soal masalah wilayah terluar, Soeparno mengatakan sudah menempatkan pasukan marinir. "Kita sudah mengawaki wilayah terluar," katanya. Ia mengatakan tidak ada berita terbaru mengenai adanya pencaplokan wilayah Indonesia.

Sumber : Tempo

Akhirnya Jadi Juga Indonesia Korsel Tandatangani Kontrak Pengadaan 3 Kapal Selam

JAKARTA-(IDB) : Kementerian Pertahanan Republik Indonesia telah menandatangani kontrak pengadaan tiga unit kapal selam dengan perusahaan galangan kapal asal Korea Selatan, Daewoo Shipbuilding Marine Enginering (DSME). 

Kontrak tersebut ditandatangani kedua belah pihak yang dalam hal ini pihak Kemhan RI diwakili oleh Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemhan RI Mayjen TNI Ediwan Prabowo, sedangkan pihak DSME diwakili oleh President & CEO DSME Sang-Tae Nam, Selasa Malam (20/12) di kantor Kemhan RI, Jakarta.
 
Hadir menyaksikan penandatanganan kontrak tersebut,  Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Young Sun Kim, Atase Pertahanan Korea Selatan di Jakarta Kolonel Moo Dae Cheol, serta sejumlah pejabat di lingkungan Kemhan, Mabes TNI dan Mabes TNI Angkatan Laut.

Pengadaan tiga unit kapal selam baru ini untuk melengkapi armada tempur TNI Angkatan Laut. Dengan kehadiran tiga kapal selam baru ini, diharapkan daya tempur dan daya tangkal TNI Angkatan Laut semakin kuat.

Sebelumnya, untuk pengadaan kapal selam TNI AL ada beberapa negara yang menjadi pilihan seperti Jerman (U-209), Korea Selatan (Changbogo), Rusia (Kelas Kilo), dan Prancis (Scorpen). Setelah melalui tender dan disesuaikan dengan spesifikasi teknis dan kebutuhan operasional serta anggaran yang ada, akhirnya diputuskan pengadaan dilakukan dari Korea Selatan.

Kabaranahan Kemhan RI dalam sambutannya mengatakan, pembahasan atas penyiapan kontrak kapal selam ini merupakan hal yang cukup rumit. Namun demikian kedua belah pihak bersama - sama telah bekerja keras dapat mewujudkannya dan diharapkan nantinya dapat berkelanjutan secara baik.

Lebih lanjut Kabaranahan Kemhan RI mengatakan, dengan penandatanganan kontrak ini masih ada hal – hal yang perlu dibahas lebih lanjut oleh kedua belah pihak yaitu tentang Transfer of  Technology (ToT) yang diharapkan dapat segera dituntaskan dan nantinya dapat menguntungkan kedua belah pihak.

Mengakhiri sambutannya, Kabaranahan Kemhan RI berharap penandatanganan kontrak ini menjadi momen yang bersejarah bagi Pemerintah Indonesia khususnya Kemhan RI, DSME maupun bagi Pemerintah Korea Selatan.

Sementara itu, President & CEO DSME Sang-Tae Nam, mengatakan,  kontrak pembangunan kapal selam ini diyakininya akan memberikan kontribusi dalam memperkuat dan meningkatkan hubungan kerjasama kedua negara.

Sebelum kontrak pengadaan kapal selam ini, dijelaskan bahwa DSME telah menandatangani dua kontrak terpisah untuk meningkatkan kinerja dan perbaikan kapal selam milik Indonesia yaitu KRI Cakra dan KRI Nanggala.

Untuk kapal selam yang pertama yaitu KRI Cakra telah diserahkan kembali ke Indonesia pada April 2006. Sedangkan kapal selam kedua, KRI Nanggala sudah selesai perbaikannya dan sekarang sedang dalam percobaan, dijadwalkan pada Januari 2012 akan serahkan kembali kepada Indonesia.

Sedangkan dalam kontrak yang baru ini, DSME President & CEO DSME menjelaskan DSME akan membangun tiga Kapal selam DSME209 Kelas Diesel-Electric pesanan Kemhan RI. Dari ketiga kapal selam ini, kapal selam pertama dan kedua akan dibangun di Korea dengan melibatkan perusahaan galangan kapal Indonesia yaitu  PT.PAL di Surabaya. Sedangkan untuk kapal selam ketiga nantinya akan diproduksi di PT. PAL.

Lebih lanjut President & CEO DSME Sang-Tae Nam berharap, proyek kerjasama ini akan meningkatkan kerjasama kedua negara, tidak hanya untuk industri pertahanan tetapi juga untuk pembuatan kapal dan industri lepas pantai melalui upaya bersama dari perusahaan galangan kapal Indonesia dan DSME.

Menurutnya, pembuatan kapal dan industri lepas pantai memiliki efek yang besar untuk industri terkait, menciptakan lapangan pekerjaan dan mempromosikan pembangunan seimbang sektor manufaktur secara keseluruhan. “Saya berharap kerja sama ini akan memberikan kontribusi bagi pengembangan industri perkapalan kedua negara”, tambahnya.

Dijelaskan bahwa DSME memiliki track record yang kuat dari operasi proyek - proyek kerjasama dengan galangan kapal luar negeri. Sekitar 20 tahun yang lalu, DSME mendapatkan Transfers of Technology dari Jerman dan telah berhasil membangun delapan kapal selam untuk Angkatan Laut Republik Korea Selatan. Dengan pengalaman ini, pihaknya yakin ini akan sangat membantu DSME dalam bekerjasama dengan baik dengan PT. PAL.

Sumber : DMC

ToT Pengadaan 3 Kapal Selam Di Apresiasi DPR

JAKARTA-(IDB) : Anggota Komisi I DPR RI Susaningtyas Kertopati menyambut baik kerja sama pembuatan kapal selam Indonesia- Korea Selatan yang dilakukan dengan cara alih teknologi. Menurutnya, hal ini penting perkembangan industri pertahanan dalam negeri dan patut diberi dukungan.

“Komitmen tersebut harus kita dukung bersama. Ini memang komitmen bersama antara pemerintah dan DPR,”kata Susaningtyas dihubungi di Jakarta, Selasa (20/12).

Dalam kunjungannya ke PT Pindad dan PT DI hari ini, Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin diberitakan memberi kepastian adanya transfer of technology dalam pembuatan kapal selam yang dikerjakan kedua negara. Pada tahap pengadaan kapal selam yang pertama, SDM Indonesia melalui PT PAL akan dikirimkan ke Korea untuk melihat langsung pembuatan kapal selam tersebut. Sebanyak 50 orang teknisi dengan masa kerja yang masih panjang akan mengikuti proses ini.

Pada pengadaan yang kedua, para teknisi ini direncanakan mulai terlibat dalam pembuatan kapal selam. Sehingga pada tahap ketiga para teknisi Indonesia sudah mampu memproduksi sendiri kapal selam. Menurut Sjafrie, kebijakan dasar pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) harus memberi keuntungan dalam meningkatkan kemampuan industri pertahanan nasional salah satunya dengan cara alih teknologi.

Menurut Susaningtyas, hal ini menunjukkan kinerja bagus dari pemerintah dalam menyiapkan sistem pertahanan dalam negeri. Apalagi menyangkut rencana strategis dan kekuatan pokok minimal (minimum essential force/MEF). “Terlebih Angkatan Laut memiliki fungsi yang penting dalam keamanan laut. Maka alutsista yang digunakan jangan sampai berkualitas abal-abal,” ujarnya.

Sumber : Jurnas