Pages

Rabu, Desember 07, 2011

Update : AS Pastikan Pesawat CIA Jatuh di Iran

WASHINGTON-(IDB) : Rahasia di balik sebuah pesawat siluman tanpa awak AS yang jatuh di Iran pekan lalu kian terkuak. Dua pejabat AS kepada CNN, Selasa (6/12/2011), mengungkapkan, pesawat itu merupakan bagian dari sebuah misi pengintaian CIA yang melibatkan komunitas intelijen dan personel militer yang ditempatkan di Afghanistan.

Pesawat itu menjalankan misi di wilayah Afghanistan tetapi karena operatornya kehilangan kontrol, pesawat itu memasuki wilayah Pakistan dan jatuh di sana. Seorang pejabat senior AS yang punya akses langsung ke penilaian tentang apa yang terjadi pada pesawat itu mengatakan, pesawat tersebut menjalan misi terbang di atas wilayah Afghanistan barat dan mencari kegiatan para pemberontak. Menurut pejabat tersebut, tidak ada arahan pesawat itu terbang ke Iran atau memata-matai Iran dari wilayah udara Afghanistan.

Ketika pesawat itu akhirnya jatuh, sebuah satelit AS dengan cepat menunjuk lokasi jatuhnya dan tampaknya pesawat tersebut mengalami kerusakan signifikan. "Orang Iran mendapatkan tumpukan puing dan mencoba untuk mengetahui apa yang mereka bisa dapatkan dan apa yang harus dilakukan dengan tumpukan puing itu," kata pejabat senior AS itu. Menurut dia, pesawat jatuh semata-mata karena sistem panduannya tak berfungsi, bukan karena ditembak jatuh.

Pejabat itu memastikan, pesawat tanpa awak tersebut merupakan jenis RQ-170.

Seorang pejabat AS yang lain menegaskan, ketika pesawat jatuh, pihak Amerika Serikat sempat mempertimbangkan berbagai opsi yang mungkin untuk mengambil pesawat itu atau mengebom reruntuhannya. Namun ide-ide tersebut dengan cepat diabaikan karena dinilai tidak praktis.

Kedua pejabat itu punya pengetahuan langsung tentang peristiwa itu, tetapi mereka tidak mau diungkap indentitasnya karena sifat sensitif dari persoalan tersebut. Sementara para pejabat CIA menolak untuk berkomentar.

Sejumlah indikasi tentang keterlibatan komunitas intelijen dalam insiden pesawat tak berawak itu muncul pada akhir pekan lalu, saat Pasukan Bantuan Keamanan Internasional NATO di Afghanistan mengeluarkan pernyataan yang mengatakan, "UAV (pesawat udara tak berawak) yang disebut-sebut Iran mungkin sebuah pesawat pengintai tanpa senjata AS yang telah terbang untuk sebuah misi di Afghanistan bagian barat pada akhir pekan lalu. Para operator UAV itu kehilangan kendali atas pesawat itu dan telah berupaya untuk menentukan statusnya."

Sejumlah pejabat koalisi mengatakan ketika itu bahwa mereka tidak punya pengetahuan langsung tentang insiden tersebut. Para pejabat AS ketika itu mengabaikan klaim Iran bahwa mereka telah menembak jatuh pesawat tak berawak itu. AS hanya mengatakan, operator pesawat itu telah kehilangan kontrol penerbangan dan pesawat tersebut kemudian memasuki wilayah udara Iran.

RQ-170 Sentinel merupakan pesawat siluman tanpa awak yang dikembangkan Lockheed Martin bagi Angkatan Udara AS demi membantu menyediakan bahan-bahan intelijen, dan fungsi-fungsi pengawasan dan pengintaian.

Media Iran melaporkan, pesawat RQ-170 itu hanya sedikit mengalami kerusakan dan kini berada di tangan pasukan Iran. "Angkatan bersenjata dengan kontrol dominan atas wilayah perbatasan berhasil mengidentifikasi dan menembak jatuh pesawat itu," demikian lapor kantor berita resmi Iran, Kantor Berita Republik Islam.

Juli lalu, militer Iran membuat klaim serupa dengan mengatakan pihaknya telah menembak jatuh "pesawat mata-mata" yang terbang di dekat pembangkit pengayaan nuklir Fordo di Provinsi Qom. Namun Iran beberapa hari kemudian mengubah pernyataannya dengan mengatakan, insiden itu sesungguhnya merupakan bagian dari latihan. 

Sumber : Kompas

TNI AL Gelar Latma US Navy

SURABAYA-(IDB) : Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut menggelar latihan bersama dengan Angkatan Laut Amerika (US Navy) dalam Improvised Explosive Disposal (IED), Explosive Ordonance Disposal (EOD) Training –Underwater Demolitions Suubject Matter Expert Exchange (SMEE). Latihan tersebut dibuka oleh Komandan Komando Latihan Armada Timur (Kolatarmatim) Kolonel Laut (P) Budhianto di Kolatarmatim, Ujung, Surabaya, Selasa (6/12)

Latihan akan berlangsung selama 4 hari mulai  tanggal 6 hingga 10 Desember 2011. Latihan ini bertujuan saling menguntungkan diantara kedua belah pihak. Keuntungan itu antara lain meningkatkan interobilitas dan pemahaman serta kerjasama antara TNI AL dan US Navy, memantapkan kemampuan dan profesionalisme prajurit TNI AL dalam hal IED, EOD dan SMEE dan  meningkatkan hubungan diplomatik dua Negara, khususnya bidang militer serta terjalinnya kerjasama taktis dan teknis TNI AL dengan US Navy.

Dalam sambutan Pangarmatim Laksamana Muda TNI Ade Supandi, SE yang dibacakan Komandan Kolatarmatim mengatakan, bahwa Latihan ini merupakan tindak lanjut dari hasil training Planning Conference IED/ EOD training Underwater Demolitions Subject Matter Expert Exchange (SMEE), antara US Navy dengan TNI AL, yang telah dilaksanakan tanggal 4 oktober 2011 di Surabaya.

“Kita ketahui bersama, bahwa perkembangan ilmu dan teknologi berubah begitu cepat pada semua bidang, tidak terkecuali pada bidang teknologi militer, seperti kesenjataan dan bahan peledak. Bahkan masyarakat sipil pun saat ini telah banyak yang mengenal dan menguasai sistem kesenjataan dan seluk beluk bahan peledak,”kata Pangarmatim.

Menurut Pangarmatim, yang perlu diwaspadai adalah bahwa terdapat beberapa oknum yang dengan keahliannya itu digunakan tidak sebagaimana mestinya , namun justru dipakai untuk hal-hal yang dapat merugikan dan mengancam keselamatan orang lain, seperti aksi-aksi terorisme dan kejahatan bersenjata lainnya.

“Hal ini memberikan konsekuensi dan tuntutan kepada kita sebagai personel militer untuk memahami dengan benar terhadap teknologi kesenjataan dan bahan peledak yang salah satunya adalah pengetahuan tentang dasar-dasar IED, EOD dan mengetahui SOP dalam menangani bahan peledak,” tegas Pangarmatim.

Peserta Latihan ini terdiri dari Prajurit dari Satuan Kapal Ranjau (Satran) Koarmatim dan Koarmabar, Satkopaska Koarmatim dan Koarmabar, Dislambair Koarmatim, Pasmar 1 Yon Zeni Marinir, Perwakilan Arsenal/Labinsen dan perwakilan US Navy, Pendukung dan Penilai.

Latihan bersama Negara sahabat ini merupakan latihan bersama yang saling memantapkan bidang Training Introduction, Basic IED Definition, IED SOP, Tools And Tehniques, Search Tehniques With Pratice, Disruption Device Pratice, Basic Definition Of EOD, Standart Operation Procedure, Recognition, Disposal, Pratice (EOD/IED) serta Underwater Demolition SMEE. Latihan ini diikuti oleh 72 peserta

Sumber : Koarmatim

US Offered F-16s ‘To Anticipate Rising China

JAKARTA-(IDB) : The United States has reportedly asked for Indonesia’s help to counter the increasing influence of China, particularly in the South China Sea, which some foreign policy analysts say reflects the US’ strategy of “proxy by war”.

An Indonesian source, who closely followed the contacts between the two countries, recently told The Jakarta Post that the US had asked Indonesia to receive 24 used F-16 fighter jets from the US, rather than purchasing new ones that would come in a fourth number of the granted units. The Indonesian Military (TNI) could operate the 24 jets much earlier than waiting for the new units, to boost Indonesia’s capabilities, including to monitor the situation in the South China Sea.

“The US expects Indonesia to help them counter China if anything bad happens in the South China Sea,” said the source, who requested for anonymity due to the sensitivity of the issue.

The US government, however, strongly denies that.

“The United States has not made any requests to the Indonesian government regarding any specific use of the F-16s that are planned to be granted to Indonesia,” press attaché from the US Embassy in Jakarta, Troy Pederson, told the Post on Tuesday.

The Defense Ministry’s spokesman Brig. Gen. Hartind Asrin said he did not know about anything the source referred to.

“[Our plan to take the used F-16s] has nothing to do with [any request made by the US to help it deal with China], but it’s simply because it corresponds to our posture,” he told the Post.

Aside from the US request, the two future squadrons of F-16s would definitely boost the Air Force’s strength, he said, adding that Indonesia was waiting for the US response on the price deal for refurbishment of the used F-16s expected to arrive here by 2014.

The US has offered US$760 million for that cost, while Indonesia bargains at $669 million, according to Hartind.

An Indonesian Democratic Party of Struggle (PDI-P) lawmaker and a deputy head of the House of Representatives’ defense commission, Maj. Gen. (ret) TB Hasanuddin, said he did not know of the information either.

“But whatever the case is, we have to keep our sovereignty in one piece, making our own decisions by using our own money. We don’t have any reason to assist one country to deal with another head-to-head either,” he told the Post.

While having no knowledge of the US request, the retired two-star general said the used F-16s would be coming from the US National Guard, not from the US Air Force, thus those aircraft would only have the ability for interception, not battle.

In response to the US request, University of Indonesia security expert Andi Widjajanto said what the US was doing was passing the buck, where a country fought for the interest of the US.

“This can mean two things: the US is weakening so that it can no longer apply its hard-balancing strategy with direct military confrontation; or the US is being a smart power, using the entire spectrum of power by engineering a strategic competition far beyond US territory,” he told the Post.

“If Indonesia becomes the next US target of passing the buck, Indonesia would find itself in a situation of strategic entrapment and [would be forced] to compete with China, not for its own national interests, but for the US.” Indonesia is an effective target of the US preference because of its power gap with the US, which means it has no chance to escape entrapment. It is powerless to unilaterally anticipate the rise of China, so it has to get closer with the US, like it or not, according to Andi, adding Australia also fits the first criteria.

The US also plans to establish a military base in Darwin, Australia, and deploy 2,500 marines there — a move analysts say is intended to counter China. The US says it will not be building any US bases there, but will use existing Australia military facilities and that the presence is an expansion of US training activities with its ally.

Indonesia Center of Democracy, Diplomacy and Defense executive director Teuku Rezasyah said Indonesia should not let the US allow a “war by proxy” by using Indonesia, as it did in Timor Leste (then East Timor) in 1975. He said that during that time the US made Indonesia occupy Timor Leste over its fear that a new base of communism would find a new home to grow there.

Source : JakartaPost

Russia To Sell Six Su-30 Fighter Jets to Indonesia Paper

LANGKAWI-(IDB) : Russia started the first day at an arms show in Malaysia with a preliminary agreement on the delivery of six Su-30MK2 fighters to Indonesia, the Kommersant business daily said on Wednesday.

Kommersant cited a Russian source at the talks with Indonesia during the LIMA-2011 arms show on the main island of Langkawi as saying that a contract on the Su-30MK2 delivery could be signed as early as by the end of 2011.

The source did not specify the price of the contract as it would depend on the array of weaponry to be installed on the aircraft according to Indonesian specifications.

However, an anonymous source in the Indonesian delegation said the contract could be worth at least $500 million.

Russia’s state-arms exporter Rosoboronexport refused to comment on the negotiations.

Russia recently completed a $300-million contract signed in 2007 on the delivery of three Su-30MK2 and three Su-27SKM fighters to Jakarta in addition to two Su-27SK and two Su-30MK fighters purchased in 2003.

Indonesian Defense Minister Purnomo Yusgiantoro said in October 2010 that his country needed a full-size squadron of 16 Su-family fighters. The Su-30MK2s are optimized as naval strike fighters.

Jakarta became one of Russia's main arms buyers in 1999 when the United States tightened an embargo on arms sales to the country over alleged human rights violations.

Source : Rian

TNI Uji Coba Roket - Roket Produksi Dalam Negeri

PUSLATPUR-(IDB) : Kemhan RI menggelar uji coba penembakan Roket R-Han, Bodem dan Base Plate Mortir 81 Pindad yang dilaksanakan pada tanggal 24 s.d 26 Nopember 2011 di Daerah Latihan Puslatpur Kodiklat TNI AD.

Kegiatan uji coba ini melibatkan beberapa Kementrian, Instansi Militer maupun Sipil antara lain dari Kemhan RI, Kemristek, Kemperind, Pindad, LAPAN, PT DI, PT KS, PT Dahana, BMKG, Marinir TNI AL, Puslatpur Kodiklat TNI AD dan personel dari satuan Dam II/Swj.

Hadir dalam acara tersebut pejabat dari Kemhan RI, Laksamana Muda TNI Dwi Ujianto, Mayjen TNI Zainal Fahri Tamzis yang didampingi oleh Danpuslatpur Kodiklat TNI AD Kolonel Inf Moch. Fachrudin.

Adapun senjata dan roket yang diuji coba antara lain Modem dan Base Plate Mo 81 Pindad, Roket R-Han 122 mm, Roket D 1220, RWX 200, RKX 200 dan RTX 100. Senjata tersebut merupakan hasil dari penelitian Kemristek, PT Pindad, LAPAN, PT DI, PT KS, PT Dahana yang dikoordinir oleh Kemhan RI.

Pelaksanaan kegiatan uji coba ini dapat berjalan dengan aman dan lancar.

Sumber : Puslatpur
JAKARTA-(IDB) : POLRI menerima hubah 3 unit kapal laut tipe C dari Australian Federal Police (AFC). Kapal-kapal ini akan dipakai untuk keperluan pengamanan polri terutama untuk penegakan hukum di bidang kejahatan lintas negara.

Tiga kapal hibah AFP tersebut adalah Kapal Pol Gagak-017, Kapal Pol Sikatan-018, dan Kapal Pol Pelatuk-019. Kapal tersebut adalah tipe C atau berukuran kecil. Berukuran panjang 16 meter kapal-kapal ini memiliki kecepatan 30 knot dengan daya jelajah 400 nm (not mile). Kapal yang punya 2 unit mesin pokok ini mempunyai awak 6 orang anak buah kapal.
 
Menurut Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Saud Usman Nasution, Selasa (6/12), kapal tersebut akan diprioritaskan untuk penanggulangan kasus-kasus kejahatan lintas negara. "Untuk wilayah yang banyak kasus people smuggling dan terorisme," kata Saud dalam acara serah terima di Direktorat Polisi Air, Tanjung Priok.

Saat ini armada laut yang dimiliki Direktorat Air Polri dinilai masih kurang. Bantuan dari AFP dinilai sangat membantu. Meski dengan peralatan transportasi yang minim, Polri menurut Saud sudah memenuhi target penegakan hukum.

Selama tahun 2010 Direktorat Polisi Air menangani 422 kasus. Padahal kasus yang ditargetkan untuk ditangani hanya 42 kasus.

Untuk tahun ini target penegakan hukum mencapai 435 kasus dan sudah diselesaikan 397 kasus. Penegakan hukum yang dilakukan meliputi kasus pencurian ikan, pelanggaran pelayaran, kepabeanan, penambangan ilegal, dan narkoba. "Untuk uang negara yang berhasil diselamatkan mencapai Rp155 miliar," kata Saud.

Sumber : Jurnas