JAKARTA-(IDB) : Letnan Jenderal TNI Marciano Norman dipanggil Presiden Susilo Yudhoyono tadi siang di Kantor Kepresidenan, Jakarta. Isi pembicaraan adalah pemberitahuan bahwa jenderal TNI-AD lulusan Akademi Militer 1978 itu akan menempati pos baru sebagai kepala Badan Intelijen Negara.
"Saya tadi dipanggil beliau. Itu kehormatan bagi saya dan keluarga saya. Saya akan laksanakan amanah itu sebaik mungkin," kata lelaki kelahiran 28 Oktober 1954 itu melalui telefon genggam.
Saat ini BIN dipimpin Jenderal Polisi (Purnawirawan) Sutanto, yang bekas kepala Kepolisian Indonesia.
BIN memang sedang dan sering disorot masyarakat, apalagi kalau ada ledakan bom teroris. Pasti tudingan pertama ditujukan kepada kinerja intelijen, yang sering dikatakan kurang mumpuni; ini juga harus diuji lagi.
Belum lagi UU Injelijen dan RUU Kerahasiaan Informasi yang akan menjadi ranah kerja BIN dan seluruh aparatur intelijen, yang dikoordinasi BIN itu. Banyak tanggapan diutarakan banyak pihak tentang dua hal itu.
Norman, bekas Komandan Pasukan Pengamanan Presiden Markas Besar TNI itu, tidak ingin dulu menanggapi hal-hal seperti itu. "Nanti sajalah. Insya Allah kalau semua lancar pasti ada waktunya. Saya akan bekerja sama dengan semua pihak," kata perwira TNI-AD yang mengawali karir militer sebagai komandan peleton Batalion Kaveleri 7/Serbu Khusus.
Putera Mayor Jenderal TNI (Purnawirawan) Norman Sasono itu berada dalam daftar nama pejabat-pejabat puncak kementerian yang dipanggil SBY. Di antaranya adalah Dahlan Iskan (saat ini Direktur Utama PT PLN) yang digadang-gadang jadi menteri BUMN menggantikan Mustafa Abubakar, dan Gita Wirjawan (saat ini Kepala BKPM) menteri perdagangan menggantikan Mari E Pangestu.
"Saya tadi dipanggil beliau. Itu kehormatan bagi saya dan keluarga saya. Saya akan laksanakan amanah itu sebaik mungkin," kata lelaki kelahiran 28 Oktober 1954 itu melalui telefon genggam.
Saat ini BIN dipimpin Jenderal Polisi (Purnawirawan) Sutanto, yang bekas kepala Kepolisian Indonesia.
BIN memang sedang dan sering disorot masyarakat, apalagi kalau ada ledakan bom teroris. Pasti tudingan pertama ditujukan kepada kinerja intelijen, yang sering dikatakan kurang mumpuni; ini juga harus diuji lagi.
Belum lagi UU Injelijen dan RUU Kerahasiaan Informasi yang akan menjadi ranah kerja BIN dan seluruh aparatur intelijen, yang dikoordinasi BIN itu. Banyak tanggapan diutarakan banyak pihak tentang dua hal itu.
Norman, bekas Komandan Pasukan Pengamanan Presiden Markas Besar TNI itu, tidak ingin dulu menanggapi hal-hal seperti itu. "Nanti sajalah. Insya Allah kalau semua lancar pasti ada waktunya. Saya akan bekerja sama dengan semua pihak," kata perwira TNI-AD yang mengawali karir militer sebagai komandan peleton Batalion Kaveleri 7/Serbu Khusus.
Putera Mayor Jenderal TNI (Purnawirawan) Norman Sasono itu berada dalam daftar nama pejabat-pejabat puncak kementerian yang dipanggil SBY. Di antaranya adalah Dahlan Iskan (saat ini Direktur Utama PT PLN) yang digadang-gadang jadi menteri BUMN menggantikan Mustafa Abubakar, dan Gita Wirjawan (saat ini Kepala BKPM) menteri perdagangan menggantikan Mari E Pangestu.
Sumber : Antara