Pages

Senin, Oktober 17, 2011

Letjen TNI Marciano Norman Di Gadang Sebagai Kepala BIN

JAKARTA-(IDB) : Letnan Jenderal TNI Marciano Norman dipanggil Presiden Susilo Yudhoyono tadi siang di Kantor Kepresidenan, Jakarta. Isi pembicaraan adalah pemberitahuan bahwa jenderal TNI-AD lulusan Akademi Militer 1978 itu akan menempati pos baru sebagai kepala Badan Intelijen Negara.

"Saya tadi dipanggil beliau. Itu kehormatan bagi saya dan keluarga saya. Saya akan laksanakan amanah itu sebaik mungkin," kata lelaki kelahiran 28 Oktober 1954 itu melalui telefon genggam.

Saat ini BIN dipimpin Jenderal Polisi (Purnawirawan) Sutanto, yang bekas kepala Kepolisian Indonesia.

BIN memang sedang dan sering disorot masyarakat, apalagi kalau ada ledakan bom teroris. Pasti tudingan pertama ditujukan kepada kinerja intelijen, yang sering dikatakan kurang mumpuni; ini juga harus diuji lagi.

Belum lagi UU Injelijen dan RUU Kerahasiaan Informasi yang akan menjadi ranah kerja BIN dan seluruh aparatur intelijen, yang dikoordinasi BIN itu. Banyak tanggapan diutarakan banyak pihak tentang dua hal itu.

Norman, bekas Komandan Pasukan Pengamanan Presiden Markas Besar TNI itu, tidak ingin dulu menanggapi hal-hal seperti itu. "Nanti sajalah. Insya Allah kalau semua lancar pasti ada waktunya. Saya akan bekerja sama dengan semua pihak," kata perwira TNI-AD yang mengawali karir militer sebagai komandan peleton Batalion Kaveleri 7/Serbu Khusus.

Putera Mayor Jenderal TNI (Purnawirawan) Norman Sasono itu berada dalam daftar nama pejabat-pejabat puncak kementerian yang dipanggil SBY. Di antaranya adalah Dahlan Iskan (saat ini Direktur Utama PT PLN) yang digadang-gadang jadi menteri BUMN menggantikan Mustafa Abubakar, dan Gita Wirjawan (saat ini Kepala BKPM) menteri perdagangan menggantikan Mari E Pangestu. 

Sumber : Antara

Siulasi Tim Medis TNI AL Evakuasi Korban “Kebakaran” Kapal Selam

SURABAYA-(IDB) : Tim medis TNI Angkatan Laut berhasil mengevakuasi korban “kebakaran” dari kapal selam yang sedang berlayar di sekitar perairan Selat Madura Jum’at (14/09). 

Sedikitnya ada tiga buah sekoci karet dan satu buah helikopter yang digunakan tim medis dan regu penolong Search And Rescue (SAR) untuk mengevakuasi para korban yang terjebak di dalam KRI Cakra-401. Tim medis dan regu penolong menggunakan jalur laut dan udara guna mempercepat proses evakuasi korban kebakaran di kapal selam tersebut.

Kebakaran yang terjadi di ruang dapur KRI Cakra tersebut  mengakibatkan satu orang personel mengalami luka bakar pada wajah, perut, tangan dan mengalami patah tulang paha kanan. Selain itu juga didapatkan seorang personel mengalami trauma dengan luka robek pada tangan. 

Salah seorang Tim Pemadam Kebakaran (PEK) KRI Cakra yang berusaha memadamkan api saat kejadian itu mengalami luka bakar diwajah (diduga mengalami smoke inhalation) dan satu orang mengalami luka robek besar di daerah bahu kanan.

Korban yang mengalami luka cukup serius mendapat prioritas dan segera dievakuasi menggunakan helikopter Bolcow dari Pusat Penerbangan Angkatan Laut (Puspenerbal) Juanda Surabaya. 

Tim Evakuasi Medis Udara (EMU) berusaha keras mengevakuasi korban yang berada di kapal selam itu melalui pintu darurat (coning tower) menggunakan tandu Neil Robertson (NR) kemudian membawa korban dengan heli menuju Rumah Sakit Angkatan Laut (Rumkital) dr. Ramelan Surabaya. Sedangkan korban lainya di bawa menuju KRI Surabaya-591


Kejadian itu merupakan rangkaian skenario Latihan Kesehatan Tingkat 3 tahun 2011 yang digelar oleh Dinas Kesehatan (Diskes) Koarmatim guna meningkatkan pemahaman tentang korban akibat kebakaran didalam pola dukungan kesehatan pada operasi amfibi. Tujuan dari diselenggarakannya latihan kesehatan ini agar dukungan dan pelayanan kesehatan bagi prajurit Diskes Koarmatim pada setiap kegiatan operasi dan latihan dapat terlaksana secara efektif, efisien dan optimal.

Sumber :  Koarmatim

DPRD Kepulauan Riau Sarankan Bentuk Kodam Khusus

TANJUNG PINANG-(IDB) : Komisi I DPRD Provinsi Kepulauan Riau menyarankan Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono membentuk Kodam khusus di wilayah tersebut.

"Kemarin kami menyarankan Panglima TNI untuk membentuk Kodam khusus di Kepulauan Riau atau mengalihkan Korem 033/Wira Pratama ke Kodam XII/Tanjung Pura," kata Sekretaris Komisi I DPRD Kepulauan Riau (Kepri), Surya Makmur Nasution, yang dihubungi dari Tanjungpinang, Sabtu.

Usulan itu disampaikan sehubungan dengan rencana penggabungan Kodim 0318/Natuna ke Kodam XII/Tanjung Pura. Pembentukan Kodam khusus di Kepri dibutuhkan karena wilayah tersebut berhadapan dengan beberapa negara tetangga seperti, Malaysia dan Singapura.

"Sistem pertahanan keamanan di wilayah Kepri perlu dioptimalkan, karena wilayah tersebut berbatasan dengan bebebepa negara tetangga. Kemungkinan, menurut Panglima TNI, hal itu dapat direalisasikan pada 5-10 tahun mendatang," ungkapnya yang juga Sekretaris Fraksi Demokrat DPRD Kepri.

Menurut Nasution, sistem koordinasi antara TNI AD di Kepri membingungkan jika Kodim 0318/Natuna di bawah kendali Kodam XII/Tanjung Pura. Karena selama ini Korem 033/Wira Pratama Kepri beserta jajarannya di bawah kendali Kodam Bukit Barisan.

Jika rencana pengalihan Kodim 0318/Natuna ke Kodam XII/Tanjung Pura direalisasikan, maka TNI AD di Kepri dikendalikan dua Kodam.

"Tidak lazim dalam satu wilayah teritorial terdapat dua sistem komando. Lebih baik Korem 033/Wira Pratama digabungkan juga ke Kodam XII/Tanjung Pura, daripada hanya Kodim 0318/Natuna dikendalikan Kodam XII/Tanjung Pura," ungkapnya.

Ia mengatakan, Panglima TNI akan mempelajari kembali rencana tersebut, dengan menunda pengalihan Kodim 0318/Natuna ke Kodam XII/Tanjung Pura yang direncanakan dilaksanakan pada minggu kedua Desember 2011.

"Rencana penggabungan Kodim 0318/Natuna ke Kodam XII/Tanjung Pura bukan dibatalkan, melainkan ditunda. Pada prinsipnya Panglima TNI berupaya meningkatkan ketahanan keamanan," ungkapnya.

Sumber : Antara

Uji Coba Drag Chute Hawk MK-53

MADIUN-(IDB) : Upaya mengurangi ketergantungan suku cadang pesawat tempur TNI AU dari Negara produsen, Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AU (Dislitbangau) berupaya membuat komponen Drag Chute pesawat tempur Hawk MK-53, kemarin diuji coba di Lanud Iswahjudi, Kamis (13/10).

Drag Chute sendiri merupakan salah satu komponen yang ada di pesawat-pesawat tempur, berbentuk payung dan terletak di ekor pesawat yang berfungsi sebagai alat bantu pengereman pada saat pendaratan pesawat tempur untuk memperpendek landing roll, sehingga sangat penting sekali terutama bila pesawat-pesawat tempur harus mendarat di landasan pendek.

Uji coba yang dilaksanakan sebanyak empat sortie tersebut dipiloti langsung oleh Komandan Skadron Udara 15 Letkol Pnb M. Satrio Utomo dan Kapten Pnb Luluk Teguh, dengan menggunakan kecepatan yang bervariasi mulai dari 90 hingga 120 knot, sehingga dapat diketahui sampai sejauhmana kekuatan Drag Chute yang diproduksi dalam negeri tersebut dengan dengan Drag Chute produksi dari negeri asalnya Inggris.
 
Uji coba Drag Chute ini bertujuan untuk menguji coba fungsi dari rototipe Drag Chute pesawat Hawk dan Hawk MK-53, dan juga sebagai upaya ke depan untuk mengurangi ketergantungan dari negeri luar.

Pelaksanaan uji coba disaksikan langsung oleh Komandan Wing 3 Lanud Iswahjudi Kolonel Pnb Haris Haryanto, Kolonel Tek Surip Suparjo dari Dislitbangau serta pejabat dari Koharmatau.

Sebelumnya Dislitbangau, juga telah berhasil membuat komponen Drag Chute dan telah diuji coba pada tahun 2008 untuk jenis pesawat tempur F-5 Tiger yang berada di Lanud Iswahjudi dan pesawat tempur Sukhoi SU-27 SK/SU-30 MK, yang berada di Lanud Hasanudin, Makassar.

Sumber : TNI AU

Korpaskhas AU Berusia 64 Tahun

SOREANG-(IDB) : Memasuki usia 64 tahun Senin (17/10) Baret Jingga Korps Pasukan Khas Angkayan Udata (Korpaskhas) diharapkan menjadi satuan tempur yang kian eksis dalam mendukung tugas pokok TNI Angkatan Udara. Apalagi TNI terus memodernisasi alat utama sistem pertahanan (Alutsista) sehingga menjadi tantangan bagi prajurit Baret Jingga.
 
“Korpaskhas merupakan garda depan TNI AU yang bertugas membina empat kemampuan yaitu tempur darat, pertahanan udara (Hanud) Titik, matra udara dan satuan khusus,” kata Komandan Korpaskhas, Marsma TNI Amarullah, di ruang kerjanya, Minggu (16/10).

Lebih jauh Amarullah mengatakan, Korpaskhas lahir pada 17 Oktober 1947 ditandai dengan peristiwa heroik penerjunan 13 pasukan di Sambi Kotawaringin Barat, Kalimatan Tengah.

“Penerjunan dimaksudkan untuk mengobarkan semangat perjuangan rakyat daerah tersebut dalam mengusir penjajah yang masih bercokol di bumi Kalimatan,” katanya.

Satuan yang dulu dikenal dengan Pasukan Gerak Tjepat (PGT/Kopasgat) telah ikut berkiprah dalam berbagai pengabdian kepada bangsa dan negara. “Pada tahun 1985 Kopasgat) berubah menjadi Pusat Pasukan Khas TNI Angkatan Udara (Puspaskhasau). Ditahun 1997 Puspaskhasau ditingkatkan dari Badan Pelaksana Pusat (Balakpus) menjadi Komando Utama Pembinaan (Kotamabin) sehingga sebutannya menjadi Korps Pasukan Khas (Korpaskhas) Angkatan Udara,” ujarnya.

Untuk pengembangan Alutsista, kata Amarullah, Korpaskhas sudah mendapatkan persenjataan QW-3 yang terus dimantapkan melalui latihan-latihan pengoperasiannya. “Dengan akan datangnya senjata penangkis udara Canon Oerlicon Kaliber 35 MM yang dilengkapi dengan radar dan rudal jarak pendek Cyron. Diharapkan pada akhir tahun 2012 mendatang Alutsista tersebut sudah menambah kekuatan,” katanya. 

Sumber : PikiranRakyat

Iran Klaim Bavar-373 Lebih Unggul Dari S-300

TEHRAN-(IDB) : Seorang komandan senior militer Iran, Jenderal Shahram menyatakan bahwa Bavar-373 merupakan sistem yang lebih maju dari S-300 milik Rusia. Dikatakannya, Bavar-373 lebih unggul dalam sistem pertahanan anti-pesawat dan rudal jelajah.
 
Wakil Kepala Eksekutif Khatam al-Anbia, Jenderal Shahram kepada Kantor Berita IRNA pada hari Sabtu, mengatakan, pembelian sistem S-300 diperlukan untuk melawan ancaman saat itu. Akan tetapi sistem S-300 tidak dapat memenuhi tuntutan pertahanan Iran saat ini. 

Jenderal Shahram mengatakan keputusan untuk memproduksi sistem anti-rudal dalam negeri yang bernama Bavar-373 dilakukan setelah penolakan Rusia untuk menjual sistem S-300 ke Iran.

Komandan Iran itu juga mengatakan Bavar-373 adalah sistem rudal dari darat ke udara dan lebih maju dari sistem rudal S-300 milik Rusia.

Berdasarkan kontrak yang ditandatangani pada tahun 2007, Rusia berkewajiban memberikan setidaknya lima S-300 kepada Iran. Namun, penundaan terus menerus Moskow dalam memberikan sistem pertahanan menuai kritik dari Tehran.

Rusia telah menolak memberikan sistem S-300 ke Iran dengan dalih resolusi Dewan Keamanan PBB terhadap Iran.

Sumber : Iran

Nafas Baru PT Dirgantara Indonesia

JAKARTA-(IDB) : Sekali lagi, asa merekah bagi PT Dirgantara Indonesia. Utangnya akan segera lunas dan ekuitasnya kembali positif sehingga Dirgantara akan lebih bankable. Perusahaan pun mulai merancang bisnis ke depan.
 
Utang Dirgantara ke pemerintah sebesar Rp 1,57 triliun segera dikonversi menjadi penyertaan modal negara (PMN) nontunai. Selain itu, Dirgantara juga akan mendapat penyertaan modal berupa pengalihan barang milik negara senilai Rp 2,25 triliun tahun ini. Semua ini segera jadi kenyataan ketika terbit peraturan pemerintah yang mengatur hal itu tahun ini juga.

Dus, Dirgantara mendapat napas baru. "Ekuitas perusahaan akan menjadi positif Rp 617 miliar, sehingga Dirgantara menjadi bankable dan memenuhi persyaratan ikut tender," ujar Direktur Keuangan Dirgantara, Budiman Saleh, Jumat (14/10).

Tak hanya itu, Dirgantara bisa lebih mendapatkan kepercayaan dari para mitra bisnisnya. Sebelumnya, ekuitas perusahaan selalu negatif. Maklum, rapor perusahaan yang dulunya tenar dengan nama IPTN ini selalu merah karena akumulasi beban utang di masa lalu.

Sebelumnya, Dirgantara sempat berharap konversi utangnya selesai di tahun 2009. Tapi, hal itu tak terjadi. Keuangan perusahaan itu terus berdarah-darah dan kekurangan modal kerja di tahun 2010. Alhasil, Dirgantara membatasi penambahan kontrak baru.

Tapi, dengan restrukturisasi neraca keuangan, Dirgantara mulai membangun bisnisnya lagi. Selain dari PMN, tahun ini, Dirgantara juga mendapat suntikan dana talangan dari PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) senilai Rp 675 miliar. "Ini untuk menutupi defisit cash flow 2011," imbuh Ramon Suyadi, Kepala Divisi Perencanaan Dirgantara.

Napas baru Dirgantara

Tahap selanjutnya, Dirgantara akan memasuki fase restrukturisasi, stabilisasi, dan pengembangan. PPA akan membantu Dirgantara menyusun model dan rencana bisnis jangka panjang. "Tahun depan, kami mengajukan PMN tunai senilai Rp 2,05 triliun sebagai modal kerja. Semoga dikabulkan," kata Ramon.

Tahun ini, Dirgantara meraih nilai kontrak Rp 2,4 triliun dan sudah terealisasi Rp 1,2 triliun. Kontrak yang sedang berjalan misalnya produksi dua unit pesawat militer CN235 Surveillance untuk Korea Selatan, tiga unit CN235 Patrol Maritime untuk TNI Angkatan Udara, dan satu unit C212-400 untuk Thailand. “Itu yang harus kami selesaikan tahun ini juga,” ujar Budiman.

Dirgantara juga memperdalam kemitraan dengan Airbus Military. Perusahaan yang dahulu bernama CASA itu telah menjadi rekan bisnis Dirgantara sejak tahun 1976 untuk mengembangkan produksi pesawat NC212 dan CN235.

Sekarang, Airbus Military akan memberi bimbingan teknis dan kinerja selama satu hingga dua tahun, serta membantu penjualan pesawat ke luar negeri, khususnya di luar ASEAN.

Menurut Budiman, dibandingkan Boeing, Lockheed Martin, dan Finnmeccanica, Airbus Military memiliki catatan keberhasilan revitalisasi di tahun 1992 dengan dukungan pemerintah Spanyol.
Pengamat industri penerbangan Dudi Sudibyo bilang, kemitraan dengan Airbus Military akan mendorong Dirgantara menjadi perusahaan penerbangan yang bisa sejajar dengan perusahaan penerbangan di Eropa.

Apalagi, kata Dudi, beberapa tenaga ahli produksi pesawat dari Airbus sudah terjun langsung ke Bandung untuk memberikan bimbingan teknis dalam memproduksi pesawat dengan cepat.

Sebaliknya, sejumlah tenaga ahli Dirgantara juga sudah belajar langsung ke pabrik Airbus di Spanyol. “Airbus itu bisa memproduksi satu pesawat dalam satu hari, sedangkan selama ini, Dirgantara hanya mampu memproduksi satu sampai dua pesawat dalam satu tahun,” ujar Dudi.

Sumber : Kontan

Tahun 2012 Anggaran Pembangunan Daerah Perbatasan Diusulkan Rp. 5 Triliun

KRI Clurit 641
JAKARTA-(IDB) : Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan (BNPP) telah mengajukan usulan anggaran pembangunan daerah perbatasan Rp5 triliun pada 2012. Namun, usulan tersebut belum semuanya disetujui.

“Perlu dicatat, Rp5 triliun itu adalah nilai total untuk semua kementerian yang melakukan program di perbatasan. Sebelumnya anggaran perbatasan sangat sedikit,” ujar Menteri Dalam Negeri merangkap Kepala BNPP Gamawan Fauzi di Jakarta kemarin. Lebih jauh dia menjelaskan, pihaknya secara keseluruhan sudah menyusun program kerja jangka pendek,menengah, dan jangka panjang kepada daerah perbatasan.


Ada 12 provinsi, kemudian 38 kabupaten/kota yang berbatasan dengan negara lain. Nantinya, pembangunan nya difokuskan pada kecamatan perbatasan. “Pembangunan perbatasan prioritas tahun 2012 ada di 39 kecamatan, kemudian tahun 2013 di 32 kecamatan, dan tahun 2014 di 40 kecamatan.

Panjang perbatasan kita saja mencapai 2000 km. Dua kali panjang Pulau Jawa, dan tak semua perbatasan kita berpenghuni,” terangnya. Pembangunan daerah perbatasan, imbuh Gamawan, bukan hanya dilakukan karena muncul kasus-kasus dengan daerah tetangga, terutama Malaysia. Meski diakui, kondisi daerah perbatasan di Indonesia tidak sebagus Malaysia.

Patroli Bersama Malaysia
Sementara itu, dua unit kapal perang TNI Angkatan Laut, KRI Clurit-641 dan KRI Sigurot-864 yang bermarkas di Koarmabar, terlibat dalam patroli terkoordinasi Malaysia- Indonesia (Patkor Malindo) 113 di perairan Selat Malaka. Patkor ini digelar untuk meningkatkan keamanan di wilayah perairan Selat Malaka.

Kepala Dispenarmabar Letkol Laut (KH) Agus Cahyono mengungkapkan, patroli ini telah berlangsung sejak akhir September lalu.Terdapat empat unsur kapal angkatan laut, masing-masing dua dari TNI Angkatan Laut dan dua dari Angkatan Laut Diraja Malaysia.

Dari TNI Angkatan Laut, KRI yang dilibatkan adalah dua KRI dari jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar), yakni KRI Clurit-641 dan KRI Sigurot- 864. Adapun dari Malaysia yaitu KD Gempita dan KD Perkasa.

Sumber : Sindo