Pages

Rabu, September 28, 2011

Berita Foto : Simulasi Pembebasan Sandera Oleh Paskhas Dan Paskau

KUBU RAYA-(IDB) : Sejumlah anggota Tim Aksus Detasemen Bravo (Den Bravo) 90 Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU dan Counter Terrorist Unit (CTU) Pasukan Khas Udara (Paskau) Tentara Udara Diraja Malaysia (TUDM) melakukan parameter tempur penyergapan saat Simulasi Operasi Pembebasan Sandera di Lanud Supadio, Kabupaten Kubu Raya, Kalbar, Selasa (27/9). Simulasi yang diikuti sejumlah anggota Tim Aksus Den Bravo 90 Paskhas TNI AU dan CTU TUDM tersebut, merupakan puncak kegiatan dari Latihan Bersama (Latma) Elang Malindo ke-24.

Sejumlah anggota Tim Aksus Detasemen Bravo (Den Bravo) 90 Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU dan Counter Terrorist Unit (CTU) Pasukan Khas Udara (Paskau) Tentara Udara Diraja Malaysia (TUDM) melakukan parameter tempur penyergapan saat Simulasi Operasi Pembebasan Sandera di Lanud Supadio, Kabupaten Kubu Raya, Kalbar.

Sejumlah anggota Counter Terroris Unit (CTU) Pasukan Khas Udara (Paskau) Tentara Udara Diraja Malaysia (TUDM) melintasi pesawat CN 235 TUDM usai mengikuti Latihan Bersama (Latma) Elang Malindo. 
Sumber: Antara

Perlu Kemandirian Dalam Pemenuhan Alutsista

JAKARTA-(IDB) : Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Marsdya TNI Eris Herryanto, mengatakan, dalam pemenuhan alat utama sistem senjata (Alutsista) perlu ada kemandirian industri pertahanan dalam negeri.

"Yang kita bahas dalam rapat koordinasi adalah ke depan kita berupaya mandiri dalam pemenuhan alutsista," kata Eris usai Rakor Penentu Kebijakan, Pengguna dan Produsen Bidang Alutsista ke XIV dan Bidang Non-Alutsista, di Kantor Kementerian Pertahanan (Kemhan), Senin.

Menurut dia, dalam rakor itu juga telah disampaikan oleh pengguna, agar kemandirian jangan mengurangi kualitas alutsista. "'Safety'-nya tetap dipertahankan, tapi juga jangan mahal sekali. Misalkan biaya R n D (Research n Development) dibebankan ke penjual," ujarnya.

Program akuisisi alutsista dari luar negeri perlu dibarengi dengan upaya pemberdayaan industri pertahanan dalam negeri (offset). Program offset telah dituangkan dalam Rencana Pengadaan Alutsista TNI Program Pengadaan LN TA 2011-2014.

Ia menyebutkan, banyak negara yang menginginkan untuk pengadaan alutsista, namun dalam rakor itu diputuskan agar membuat 'working group', negara mana yang akan diajak kerja sama kaitannya dengan alutsista yang dimiliki.

"Nanti dalam 'working group' tersebut akan menilai persenjataan apa saja yang dimiliki TNI. Berapa banyak, amunisi kaliber besar apa yang diperlukan, berapa kalibernya, terus kalau kalibernya sama bisa dipakai senjata ini..ini..ini. Nah ini dievaluasi kira-kira negara mana yang bisa membuatnya," kata Eris.

Dalam rapat tersebut dibahas tentang pengadaan alutsista seperti kapal selam, 1.000 roket, rudal dan lainnya.

Eris mengatakan pengadaan kapal selam ini akan berpengaruh pada kemampuan industri pertahanan dalam negeri.

Saat ini Kemhan melalui Badan Sarana Pertahanan sedang mengaji negara mana yang akan digandeng untuk pengadaan kapal selam.

"Dalam dua bulan ini badan ranahan harus sudah memutuskan negara mana," ujar Eris..

Badan Ranahan pula yang nantinya memutuskan proses pengadaannya. Bukan soal dari negara mana saja, tapi juga meminta spek dari pengguna yakni Angkatan Laut. Saat ini, kata Eris, masih dalam fase akan memutuskan perusahaan mana yang akan digandeng.

Setelah itu, baru membahas berapa kapal selam yang akan diproduksi. PT PAL sendiri sebagai produsen pengadaan dari dalam negeri masih belum bisa menjamin komitmen. Namun, pemerintah berharap ada teknologi yang bisa diserap Indonesia.

Selain kapal selam, ada sejumlah alutsista yang harus sudah tercantum dalam daftar pengadaan alutsista pada 2014, baik dalam percepatan 'minimum essential force' (MEF) dan pinjaman dalam negeri.

"Semua daftar pengadaan itu sebagian perlu direalisasikan dengan beberapa produsen luar negeri. Ada beberapa yang sudah menandatangani nota kesepakatan. Kita tinggal menentukan agar transfer teknologi berjalan lancar," kata Eris.

Adapun alutsista yang saat ini masuk daftar pengadaan adalah Peluru Kendali C-705 untuk digunakan dalam kapal-kapal patroli Kawal Cepat Rudal (KCR). TNI Angkatan Laut dipastikan tertarik. Pihak Kemhan juga sudah mengupayakan kerjasama dengan Sastind, perusahaan alutsista asal China, untuk melakukan alih teknologi. Peluru kendali ini memiliki jangkauan antara 110-120 kilometer.

Selanjutnya, program pengadaan seribu roket R-Han 122 untuk TNI Angkatan Darat dan Marinir TNI Angkatan Laut yang ditargetkan terpenuhi pada 2014. Kemhan meminta ada komitmen dari industri pertahanan dalam negeri untuk bisa menyelesaikan tepat waktu.

Ada juga program pengadaan main batle tank yang bisa memberdayakan industri pertahanan dalam negeri. Lalu ada realisasi program kendaraan taktis (rantis) 3/4 ton, 2,5 ton, dan 5 ton yang semuanya dibuat di dalam negeri. Disiapkan juga pengadaan Meriam 105 milimeter Howitzer dan program peningkatan kemampuan industri pertahanan untuk memproduksi munisi kaliber besar.

"Kita perlu konsisten menggunakan pinjaman dalam negeri dan rupiah murni untuk produksi alutsista dan nonalutsista," katanya.

Rakor ini merupakan pertemuan tiga bulanan dari tiga pilar pembina industri pertahanan untuk mendukung kebutuhan sarana pertahanan, yakni pemerintah (Kemhan) sebagai penentu kebijakan, TNI sebagai pengguna dan industri sebagai produsen bidang alutsista dan non alutsista.

Dalam Rakor ini, selain pejabat Kemhan, hadir juga pejabat dari perwakilan kementerian terkait, seperti Kementerian Keuangan, Kementerian BUMN, Kementerian Perindustrian, Kementerian Ristek, dan Bappenas. Diharapkan kehadiran perwakilan mereka dapat memberikan respon dan masukan terkait kebijakan program pembinaan, pemberdayaan, dan perkuatan industri pertahanan.

Sumber: Dephan

Iran Produksi Massal Rudal Cruise Baru

TEHRAN-(IDB) : Produksi massal rudal cruise laut Qader dan penyerahannya kepada Angkatan Laut Pasdaran dan militer Iran, diresmikan hari ini (Rabu, 28/9) di hari terakhir peringatan Pekan Pertahanan Suci. Acara itu dihadiri oleh Menteri Pertahanan dan Dukungan Angkatan Bersenjata Iran, Brigjen Ahmad Vahidi. 
 
Kantor berita IRNA mengutip keterangan kantor penerangan Kementerian Pertahanan Iran, peresmian produksi massal rudal cruise itu juga dihadiri oleh Panglima Angkatan Laut Militer Iran, Habibullah Sayyari, dan Panglima Angkatan Laut Pasdaran, Ali Fadavi. 

Pada kesempatan itu, Kementerian Pertahanan Iran juga menyerahkan rudal-rudal Qader kepada Angkatan Laut Pasdaran dan milter Iran. 

Di sela-sela acara tersebut, Vahidi mengatakan, "Rudal cruise Qader, diproduksi secara massal dalam waktu yang sangat singkat." 

"Hari ini kami telah menyerahkan rudal cruise dalam jumlah besar kepada Pasdaran dan Militer Iran," tegas Vahidi. Ditambahkannya, "Pasca pameran rudal itu, sejumlah media massa Barat mengklaim bahwa rudal-rudal tersebut adalah tipe rudal buatan luar negeri yang sebelumnya Iran hanya memiliki satu unit."

Menurut Vahidi, dengan klaim itu, mereka [media Barat] menyepelekan keberhasilan besar yang telah dicapai Iran. 

"Saat ini, para ahli unggul di lembaga industri penerbangan dan antariksa, dengan memproduksi dan menyerahkan rudal cruise Qader tersebut, selain menunjukkan kemampuan tinggi mereka dalam menyuplai rudal yang diperlukan angkatan bersenjata, juga mematahkan klaim-klaim bohong media massa Barat," tutur Vahidi. 

Adapun mengenai kriteria rudal cruise Qader, Vahidi mengatakan, "Rudal Qader berdaya tempuh 200 kilometer dan dapat dengan cepat dipersiapkan dan digunakan untuk menghantam target laut termasuk perahu dan kapal-kapal perang, serta target-target di pantai." 

Selain itu, "Rudal Qader terbang rendah dan memiliki tingkat destruksi tinggi, ringan, dan sangat akurat." 

Keistimewaan lain rudal tersebut adalah kemudahannya ditembakkan dari pantai dan dapat dipasang di berbagai jenis armada laut Iran. 

Bergabungnya rudal cruise Qader itu menurut Vahidi mampu meningkatkan kekuatan defensif Angkatan Laut Pasdaran dan militer Iran. 

Sumber: Irib