Pages

Senin, September 26, 2011

Marinir Lombakan Binsat "Kebut Gunung"

BOGOR-(IDB) : Siapa bilang kebut-kebutan cuma untuk kendaraan bermotor di jalan aspal mulus? Buktinya, lebih dari 1.000 anggota Korps Marinir TNI-AL bisa susul-menyusul dalam "Kebut Gunung" untuk menaklukkan puncak pegunungan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) di kawasan Puncak.

Humas Apel Komandan Satuan (AKS) 2011 Korps Marinir TNI-AL, Letnan Dua Marinir M Dian, dalam siaran pers yang dikirim ke ANTARA, Senin, mengatakan, kegiatan tersebut dilaksanakan mulai Senin hingga Rabu mendatang.

Kegiatan "Kebut Gunung" a'la Korps Marinir TNI-AL dilepas oleh Komandan Pasukan Marinir 1 Surabaya pada Senin, dengan mengambil lokasi star di Desa Cugeunang, Cipanas, Cianjur. Tentu kebut-kebutan di gunung itu mengandalkan kekuatan kaki dan fisik pelaku, bukan memakai kendaraan bermotor.

Para peserta "Kebut Gunung" akan berlomba mendaki dan menaklukkan puncak Gunung Gede Pangrango selama dua malam tiga hari, yang dimulai dari Senin hingga Rabu mendatang.

"Lokasi finish Kebut Gunung ini di Gunung Pangrango atau kawasan Taman Cibodas," kata Dian.

Menurut Dian, kegiatan Lomba "Kebut Gunung" Korps Marinir TNI-AL 2011 melibatkan 1.040 personel, yang berasal dari 16 batalion marinir di Jakarta, Surabaya, dan Lampung.

"Lomba Kebut Gunung Gede Pangrango dimaksudkan untuk mendukung program Pembinaan Satuan pada 2011," paparnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, Korps Marinir TNI-AL memiliki program "Lomba Kebut Gunung" yang melibatkan ribuan prajuritnya dari berbagai satuan. Pada 2010, Lomba Kebut Gunung dipusatkan di puncak pegunungan Dusun Cikoneng, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.

"Kebut Gunung program tahunan Korps Marinir untuk meningkatkan pembinaan satuan dan menambah wawasan prajurit marinir," kata Dian. 

Sumber: Antara

Jangan Sampai Gagal Beli Kapal Selam

JAKARTA-(IDB) : Walau diakui sudah terlambat sampai tiga tahun, namun Kementerian Pertahanan sangat tidak ingin gagal membeli armada kapal selam untuk memperkuat jajaran kapal perang TNI-AL.

Kini, tahapan pengadaan kapal-kapal perang itu sudah di tingkat Tim Evaluasi Pengadaan.

"Pengadaan kapal selam sudah telat dua hingga tiga tahun," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan, Eris dalam Rapat Koordinasi Penentu Kebijakan, Pengguna dan Produsen Bidang Alutsista ke XIV dan Bidang Non-Alutsista, di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Senin.

Dia katakan, selain sudah ke tingkat TEP, Kemhan juga sudah melakukan penjaringan ke produsen kapal selam untuk melakukan kerja sama.

"Sudah kita jaring ke beberapa produsen. Jangan sampai program ini lewat begitu saja," katanya.

Tak hanya mengenai pengadaan kapal selam, rapat itu juga membahas realisasi program kerja sama pengembangan rudal C-705 yang telah dipilih TNI-AL sebagai senjata strategis yang akan dipasang di kapal Kawal Cepat Rudal (KCR).

"Letter of Intent" (LOI) tentang program transfer teknologi rudal C-705 telah ditandatangani di Kementerian Pertahanan oleh Dirjen Pothan Kemhan dan Sastind China pada 22 Maret 2011.

Program akuisisi alutsista dari luar negeri perlu dibarengi dengan upaya pemberdayaan industri pertahanan dalam negeri (offset). Program offset telah dituangkan dalam Rencana Pengadaan Alutsista TNI Program Pengadaan Luar Negeri tahun anggaran 2011-2014.

Sumber: Antara

TNI AL Pakai Rudal China - Indonesia C-705 Di KCR

JAKARTA-(IDB) : TNI AL telah memilih rudal C 705 untuk dipasang di kapal-kapal kawal cepat rudal (KCR). C 705 ini akan diproduksi bersama Indonesia dan China.

"Sastind mau kasih kerja sama supaya kita bisa dapat teknologi," kata Sekjen Kementerian Pertahanan Eris Herryanto saat membuka rapat koordinasi tentang Alat Utama Sistem Persenjataan, Senin (26/9/2011).

Sastind adalah industri pertahanan China yang pada 22 Maret lalu telah menandatangani letter of intend dengan Dirjen Pothan. Rudal C 705 ini memiliki jangkauan 110-120 km dan dipersiapkan untuk sasaran permukaan.

Saat ini, Kementerian Pertahanan sedang menyusun rencana terkait dengan proses transfer teknologinya. Selain itu, juga dibahas realisasi program 1.000 rudal RHan 122 yang harus dicapai hingga 2014. Hal ini juga berkaitan dengan penguasaan teknologinya. 

Sumber: Kompas

TNI AL Gelar Operasi Bhakti Surya Bhaskara Jaya Ke-60 Di Batam

BATAM-(IDB) : TNI AL menggelar Operasi Bhakti Surya Bhaskara Jaya ke-60 (atau SBJ-LX) di pulau-pulau wilayah barat Indonesia dengan Kapal Rumah Sakit KRI dr Soeharso-990.

Komandan Satgas SBJ, Kolonel Laut (P) Alex Syahrail saat menggelar operasi bhakti di Batam, Minggu mengatakan operasi tersebut dilaksanakan September hingga Oktober mulai dari Pontianak Kalimantan Barat, kemudian Kepulauan Riau yang meliputi Natuna, Tarempa (Anambas), Batam, kemudian ke Dumai (Riau) dan Kepulauan Bangka Belitung.

"Tujuan kami melayani warga masyarakat kepulauan yang selama ini kesulitan mendapatkaan pelayanan kesehatan," kata Alex.

Kegiatan SBJ-LX, kata Alex, meliputi pelayanan kesehatan umum, pengobatan gigi dan mulut, pelayanan KB, khitanan masal, operasi kecil (bedah minor), pengobatan katarak dan selaput mata, gondok, hernia, dan pengobatan lain.

"Jumlah tenaga medis yang kami turunkan terdiri dari 15 dokter spesialis, dan dokter umum, lima dokter gigi, satu apoteker, dan 81 paramedis," tambah dia.

Menurut Alex semua kegiatan dilakukan pada kapal yang memiliki 1 ruang UGD, 3 ruang bedah, 6 ruang poliklinik, 14 ruang P-jang Klinik dan 2 ruang perawatan dengan kapasitas masing-masing 20 tempat tidur.

"Selama perjalanan dari Pontianak hingga Batam, ribuan orang telah mendapatkan layanan kesehatan di kapal ini secara gratis," tmabah dia.

Selain pelayanan kesehatan, Alex menambahkan, juga akan dilaksanakan perbaikan sarana umum seperti MCK, sekolah, sarana olahraga dengan melibatkan instansi setempat.

Bantuan sosial berupa buku-buku pelajaran, seragam sekolah, alat tulis, diberikan langsung pada sekolah-sekolah yang membutuhkan.

"Bantuan juga diberikan kepada para nelayan berupa peralatan melaut seperti jaring," lanjut dia.

Alex mengatakan, hingga Selasa (27/9), KRI dr Soeharso masih akan memberikan pelayanan kesehatan di Batam sebelum bertolak ke Dumai.

"Operasi akan dilaksanakan sekitar lima puluh enam hari dan difokuskan pada kegiatan sosial kemanusiaan dan akan berakhir di Belitung Provinsi Bangka Belitung akhir Oktober," ucap Alex.

Sumber: Antara

Iran Pamerkan 16 Sistem Strategis Pertahan

TEHRAN-(IDB) : Republik Islam Iran memerkan 16 sistem strategis di hari kelima Pekan Pertahanan Suci di Shiraz yang dihadiri Menteri Pertahanan Ahmad Vahidi. 

Ahmad Vahidi Senin (26/9) di Shiraz menandaskan, sistem ini merupakan sistem utama di badara udara yang mampu mengontrol pesawat dari jarak 30 km hingga mendarat.

Ia menambahkan, sistem Taken Trans Finder termasuk salah satu sistem yang dipamerkan kali ini. Sistem ini menurutnya memiliki keunggulan lebih dengan kemampuannya mengontrol pesawat hingga 400 km dan senantiasa menghubungkan jarak pesawat dan arah pesawat dengan stasiun di bumi.

Ahmad Vahidi menegaskan, sistem ini dirancang bergerak. Selain dapat dipasang di bandara udara permanen juga dapat digunakan di lapangan terbang sementara dan darurat di setiap wilayah Iran.

Sumber: Irib

Dua Opsi DPR Agar Proses Hibah Pesawat Tempur F-16 tetap Jalan

JAKARTA-(IDB) : Komisi I DPR memberi dua opsi kepada pemerintah terkait pengadaan pesawat tempur jenis F-16 dari Amerika Serikat (AS). Pertama, pemerintah diminta membeli enam pesawat tempur F-16 Block 52 yang merupakan pesawat jenis baru untuk menampilkan efek getar dan daya tangkal yang cukup. 

Kedua, menerima hibah dengan syarat bisa di-up grade dengan melibatkan BUMN industri pertahanan.  "Untuk yang pilihan pertama, kan anggarannya sudah dialokasikan sebesar 430 juta dollar AS, tinggal beli saja," kata anggota Komisi I DPR Tjahjo Kumolo ketika dihubungi di Jakarta, Minggu (25/9). 

Pesawat baru itu juga memungkinkan untuk mengganti pesawat F-16 lama yang saat ini dimiliki Indonesia.  Untuk opsi kedua, kalau pemerintah memilih mengambil 24 pesawat F-16 Block 24 hasil hibah dari Amerika, ada dua syarat utama yang diajukan. Pertama, pesawat tersebut harus bisa di-up grade menjadi Block 52 agar sesuai dengan rencana strategis tentang minimum essential force (MEF).  

Syarat kedua, up grade harus dilakukan di Indonesia dan melibatkan BUMN industri pertahanan sesuai dengan program nasional yang bertujuan mewujudkan kemandirian sistem pertahanan Indonesia. "Kemandirian ini sesuai dengan UU Industri Pertahanan yang sedang kita buat," katanya.  

Kalau dua syarat itu tak bisa dipenuhi, Tjahjo akan tegas menolak rencana hibah tersebut. Sebaliknya, DPR akan tetap mendorong pemerintah membeli enam pesawat F-16 baru yang sebelumnya memang sudah dianggarkan.  Kalaupun ada opsi lain, Tjahjo mengatakan, Indonesia sebaiknya membeli pesawat tempur jenis Sukhoi buatan Rusia sebanyak satu skuadron atau 16 pesawat. 

Harganya hanya 800 juta dollar AS untuk satu skuadron. "Pemerintah kan masih punya plafon pinjaman State Credit dari Rusia sebesar 1,1 miliar dollar AS. Langsung bisa terbeli," ujarnya.  Sementara itu, Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara Azman Yunus mengatakan pihaknya menerima hibah 24 pesawat F-16 Block 24 jelas lebih menguntungkan. 

Selain secara kuantitas banyak, pesawat tersebut bisa di-up grade ke Block 32 dengan harga yang hampir sama dengan membeli enam pesawat F-16 Block 52.  Keuntungan lain, tambah dia, Indonesia juga akan mendapatkan enam pesawat sebagai suku cadangnya. Kondisinya jelas masih bagus, apalagi setelah nanti diadakan peningkatan kemampuan. 

Hibah pun memungkinkan Indonesia melakukan transfer teknologi dengan Amerika pada saat proses up grade.  Sebelumnya, Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Imam Sufaat mengatakan sulit melakukan up grade pesawat di Indonesia. Selain harus membawa ke-24 pesawat itu ke Indonesia, tentu biayanya sangat mahal. 

Kemampuan BUMN industri pertahanan pun masih meragukan. "Industri pertahanan kita belum memiliki peralatan lengkap untuk bisa meretrofit F-16," katanya.  Untuk membawa pesawat-pesawat itu ke Indonesia, sebenarnya ada dua kemungkinan, yakni membawanya memakai kapal atau meminta pilot Amerika untuk menerbangkannya ke Indonesia. 

"Kalau diangkut menggunakan kapal, biayanya akan sangat besar. Hampir sama dengan anggaran meretrofit pesawat itu. Kalaupun diterbangkan, pilot Amerika pasti tidak berani," katanya.

Sumber: KoranJakarta