Pages

Minggu, September 18, 2011

Yonif 621 Manuntung Jaga Perbatasan RI-Malaysia

BALIKPAPAN-(IDB) : Batalyon Infanteri 621 Manuntung (Yonif 621/Mtg) Kodam VI Mulawarman menggantikan Yonif 631/Antang Kodam XII Tanjungpura menjaga perbatasan langsung RI-Malaysia di Kalimantan bagian utara.

"Lebih tepatnya Kalimantan Timur, Indonesia, dengan negara bagian Sabah dan sedikit dengan Sarawak," jelas Panglima Kodam VI Mulawarman, Mayjen TNI Tan Aspan, di Pelabuhan Semayang, Balikpapan.

Panglima Tan Aspan memimpin upacara singkat pemberangkatan pasukan ke perbatasan. Yonif 621 Manuntung yang dipimpin Mayor Infanteri Sulaiman Amiruddin kemudian segera menaiki Kapal Republik Indonesia (KRI) Teluk Parigi yang akan membawa mereka ke Pelabuhan Tunon Taka, Tarakan.

KRI Teluk Parigi dijadwalkan tiba di Tarakan Senin (19/9/2011). "Baru dari Tarakan mereka akan menyebar ke pos-posnya masing-masing," sambung Panglima Tan Aspan.

Yonif 621/Manuntung bermarkas di Barabai, Kalimantan Selatan, 350 km tenggara Balikpapan. Mereka akan berada di perbatasan selama setahun atau sampai September 2012 nanti. Pasukan yang digantikannya, Yonif 631/Antang yang bermarkas di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, menjaga perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan Timur sejak September 2010.

Perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan membentang sepanjang 1.996 km jarak udara dari barat ke timur, dari Kabupaten Sambas hingga Taman Nasional Betung Kerihun, Kapuas Hulu, di Kalimantan Barat, lalu berbelok ke utara hingga Gunung Teladan dan kembali ke timur sampai Nunukan.

Ada 57 pos milik Indonesia di sepanjang perbatasan. 30 pos ada di Kalimantan Barat yang berbatasan dengan Sarawak, dan 27 di Kalimantan Timur yang berbatasan dengan Sabah.

Di Kaltim, perbatasan menyisiri tiga kabupaten, yaitu Kutai Barat, Malinau, dan Nunukan. Ada satu pos di Kutai Barat, 5 di Malinau, dan 20 di Nunukan. "Termasuk di Nunukan, satu pos pengamanan bersama Indonesia-Malaysia di Simenggaris," kata Panglima Tan.

Pos ini adalah pos perbatasan yang terkenal sebab sering diliput media karena sering disinggahi pejabat dari kedua negara karena dekat dari kota Nunukan dan unik, karena militer kedua negara membangun markas persis bersisian di wilayah negara masing-masing.

Sumber: Kompas

Momentum Yang Sangat Tepat Membangun Alutsista Tangguh

JAKARTA-(IDB) : Kementerian Pertahanan (Kemenhan) mendapat angin segar.Dalam Rencana Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (RAPBN) 2012, kementerian yang dipimpin Purnomo Yusgiantoro ini mendapat kenaikan anggaran paling besar, Rp16,9 triliun atau sebesar 35,7%.

Sebelumnya, kementerian ini mendapatkan dana Rp47,5 triliun. Peningkatan anggaran pertahanan tentu berfokus pada satu hal, yakni untuk peningkatan kemampuan alat utama sistem senjata (alutsista) di lingkungan Tentara Nasional Indonesia (TNI).Dengan demikian, tahun 2012 akan menjadi momen krusial bagi bangsa ini untuk kembali membangun kekuatan pertahanan. 

Pengamat militer dari Universitas Indonesia (UI) Andi Widjajanto menyebutkan bahwa kali ini masa peralihan yang cukup menentukan dalam keberhasilan mencapai target MEF. ”Postur anggaran 2012 memang relatif terasa dampaknya untuk pemeliharaan atau perbaikan dan pengadaan dari dalam negeri.Tapi,kalau untuk pengadaan dari luar negeri belum ada,”terangnya.

Menurut dia, anggaran Rp64,4 triliun yang akan dikucurkan pada 2012 menegaskan keseriusan pemerintah untuk membangun alutsista TNI yang andal.Tapi,tetap saja angka itu masih jauh dari cukup untuk bisa mengejar target minimum essential force (MEF) 2024.Jika hal ini terus terjadi tiap tahunnya, Andi yakin MEF tidak akan tercapai sesuai target. Mengacu pada target MEF 2024, maka pada 2012 mendatang mestinya tersedia alokasi Rp80 triliun. 

Bahkan, kalau bisa mencapai Rp90 triliun agar pada 2014 (akhir pemerintahan SBY periode kedua) tercapai Rp120 triliun. Jadi, secara perbandingan dengan GDP,pada 2014 tercapai 1,25% dan 2012 sebesar 1%. 

Lebih jauh lulusan Industrial College of Armed Forces National Defense University di Washington DC, Amerika Serikat, ini menyatakan alutsista- alutsista tua itu idealnya memang tidak dipakai lagi dan harus diganti dengan yang baru.Apalagi beban perbaikan alutsista yang sudah usang juga cukup berat. 

Namun, kondisi sekarang belum memungkin- kan untuk mencapai hal itu. ”Harusnya jika 10 dibuang, maka yang beli baru lagi 10. Tapi,yang terjadi sekarang adalah 10 dibuang, tapi beli barunya cuma 2,yang 6 diperbaiki, 4 benarbenar dibuang,” tutur Andi. Andi membeberkan usia alutsista yang dipakai TNI sekarang ini banyak yang telah tua,yakni 25–40 tahun. 

Bahkan dia menyebut alutsista yang telanjur uzur dan harus diganti mencapai sekitar separuh dari yang ada. Dengan kondisi tersebut, tingkatkesiapannya ratarata hanya sekitar 40%. Dalam postur RAPBN 2012, Kemenhan seperti yang disampaikan Dirjen Perencanaan Pertahanan Kementerian Pertahanan Marsda TNI Bonggas S Silaen, dari besaran alokasi sebesar Rp64,4 triliun, 40,1%-nya atauRp25,84 triliun diantaranya untuk belanja, yakni alutsista. 

Sisanya belanja pegawai Rp27,18 triliun (42,2%) dan belanja barang Rp11,41 triliun (17,7%). Pemerintah tampaknya memahami kekurangan tersebut. Melalui Menteri Keuangan Agus Martowardojo, pemerintah tengah mengkaji usulan penambahan anggaran sebesar Rp50 triliun untuk sektor pertahanan. 

Sebelumnya, untuk 2011–2014 telah dialokasikan anggaran alutsista mencapai Rp100 triliun. Penambahan ini dimaksudkan untuk menambah kemampuan sistem pertahanan TNI dan Polri. Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin menuturkan, membangun militer tergantung pada dua hal,yakni seberapa besar ancaman yang ada dan bagaimana standar penangkalan yang hendak diciptakan. 

Dua hal itu masih dipengaruhi kondisi keuangan negara. Dalam proyek MEF, pemerintah menetapkan standar penangkalan pada level menengah.Target penguatannya adalah kawasan barat,timur,dan tenggara.”Jadi target MEF itu bukan penangkalan yang levelnya rendah,tapi juga bukan yang level tinggi,” ungkap purnawirawan TNI itu.

Melihat alokasi anggaran yang sejauh ini dikucurkan, target itu diakuinya sulit untuk dicapai sesuai rencana. ”Dengan anggaran Rp60 triliun–65 triliun per tahun, maka pada 2014 kapasitas yang tercapai baru sekitar 28% dari yang diinginkan,”ujarnya. Sebelumnya, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, ada tiga pilihan untuk mencapai MEF, yakni memaksimalkan kemampuan produksi dalam negeri sambil tetap mendatangkan dari luar negeri, melakukan joint venture dengan negara asing, serta sepenuhnya menunggu industri pertahanan nasional mampu menyuplaikebutuhanalutsista. 

Dia menyebut, negara seperti Korea Selatan (Korsel) dan Serbia memiliki industri pertahanan yang bagus dan bersedia untuk bekerja sama yang disertai dengan transfer of technology (ToT). Dia juga menegaskan bahwa tidak ada alasan meragukan kemampuan Korsel dalam memproduksi alutsista. 

Apalagi selama ini kerja sama industri pertahanan dengan Korsel cukup berhasil seperti pembuatan kapal LPD dan pesawat latih KT-1 Wong Bee. Alasan kuat lainnya adalah kesediaan Korsel untuk melakukan ToT dalam kerja sama produksi alutsista. Serbia pun memberikan dukungan terhadap pengembangan alutsista.Pangsa pasar alutsista di ASEAN yang cukup besar juga menjadi pertimbangan tersendiri dalam kerja sama bidang ini. 

Selain dengan Korsel dan Serbia,Indonesia juga menjalin kerja sama dengan Turki dan tiga negara di Eropa, yakni Prancis, Spanyol, dan Jerman. Dengan Turki, kerja sama diteken saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke negara itu Juni tahun lalu. Kesepakatan tersebut lebih dimatangkan lagi saat Presiden Turki Abdullah Gul melakukan kunjungan balasan ke Jakarta,April 2011 lalu. 

Salah satu bentuk kerja sama yang diproyeksikan adalah pembuatan tank ringan (light tank) berbobot sekitar 13–14 ton dan akan dilengkapi meriam kaliber 90–105 mm. Adapun kerja sama pertahanan dengan Prancis, Spanyol, dan Jerman saat ini tengah dalam pemantapan.Wakil Menhan Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin saat ini tengah berkunjung ke tiga negara tersebut. 

Prioritaskan Produk Dalam Negeri 

Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq berharap Kemenhan memanfaatkan keterbatasan anggaran untuk membeli produk dalam negeri. Dia mengungkapkan, saat ini BUMNIP (Badan Usaha Milik Negara Industri Pertahanan) maupun BUMNIS (Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis) menunggu komitmen dari pemerintah untuk membeli produk-produk mereka.

” Peningkatan alutsista harus tetap meningkatkan kontribusi bagi peningkatan ekonomi masyarakat dan menciptakan lapangan kerja,”tutur Mahfudz. PT Dirgantara Indonesia (DI), misalnya,mengharapkan pemerintah mengalihkan pembelian seluruh anggaran pesawat militernya ke PT DI sehingga perusahaan penerbangan tersebut dapat menyabet peluang pasar domestik senilai Rp 9,23 triliun.

Dalam dokumen Supplement Business Plan PT DI Tahun 2011–2015 yang secara resmi telah dipublikasikan dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi XI DPR di Jakarta pada 8 September 2011, PT DI merayu agar Kemenhan membeli CN235 MPA, helikopter BELL 412 EP tipe serbu, BELL 412 EP tipe angkut, EC- 725 Cougar Combat SAR, dan NAS-332 Super Puma. 

Terkait persoalan tersebut, Purnomo Yusgiantoro sebelumnya sudah berjanji untuk meningkatkan kemampuan industri pertahanan dalam negeri.Dia pun mengaku BUMNIP sudah mulai bangkit seperti PT DI yang sudah mengekspor CN235 dan PT Pindad yang banyak menerima pesanan senjata maupun panser Anoa 6x6. PT PAL dan Palindo (industri galangan kapal swasta) jugasudahmampumemproduksi kapal untuk TNI AL.

Sumber: Sindo

Mobil Perang Calon Pengganti Humvee

JAKARTA-(IDB) : Mobil militer Humvee sudah hampir dipastikan tidak akan lagi digunakan oleh militer Amerika Serikat karena perusahaannya bangkrut. Kini militer Amerika tengah mencari pengganti mobil legendaris tersebut dan ini adalah salah satu calon penerusnya.

Sebuah perusahaan bernama Oshkosh Defense yang berbasis di Wisconsin, Amerika Serikat baru-baru ini memperlihatkan sebuah mobil militer anyar bernama Light Combat Tactical All-Terrain Vehicle alias L-ATV.

Mobil ini disetting sebagai pengganti Humvee dan ditawarkan ke militer Amerika Serikat.

Untuk mobil ini, Oshkosh Defense mengatakan kalau L-ATV memiliki segudang keunggulan yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan militer.

Lapisan baja anti peluru dan bom yang melindungi lapisan luar tubuhnya diklaim mampu dikonfigurasi dengan berbagai situasi. Sementara kapsul yang berada di dalamnya di desain agar bisa digunakan militer dan miliki kompabillitas ketika militer ingin meng-up grade teknologi kendaraannya.

Sementara kaki-kakinya ditunjang suspensi independen TAK-4i yang memiliki per 20 inchi, lebih panjang 25 persen dibanding yang digunakan mobil militer AS saat ini dan membuat mobil ini mampu melahap medan ganas sekalipun.

Dan yang paling menarik dari mobil ini adalah dapur pacunya. Dahulu, mobil-mobil militer AS yang menggunaka Humvee selalu saja dikenal sebagai sebuah mobil yang buas, yang rakus bahan bakar. Namun citra itu akan berubah bila militer AS menggunakan mobil ini.

Sebab Oshkosh Defense menawarkan L-ATV dengan dapur pacu dual mesin alias hybrid. Kekuatan mobil ini didapat dari perpaduan mesin diesel dan motor listrik yang akan membuatnya lebih ramah pada lingkungan.

Selain itu, karena sistem hybrid ini akan membuat mobil lebih irit bahan bakar, Oshkosh pun mengatakan kalau militer AS tidak perlu takut lagi, karena jarak jelajah mobil mereka tentu akan semakin jauh dan mereka pun tidak perlu takut kehabisan bahan bakar ketika sedang berada di zona musuh.

Selain L-ATV ini, Oshkosh Defense sudah memiliki M-ATV Mine Resistant Ambush Protected (MRAP) yang saat ini sudah digunakan oleh militer.
 
Sumber: Detik

Indonesia Jajaki Kerja Sama Pertahanan Dengan Jerman dan Prancis

PARIS-(IDB) : Wakil Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin menjajaki kerja sama bidang pertahanan dengan tiga negara Eropa yaitu Jerman, Prancis, dan Spanyol untuk kepentingan produksi dan pemasaran bersama beberapa persenjataan.

"Jumat (16/9), Wamenhan dan rombongan berkunjung ke perusahaan Eurocopter Group, perusahaan manufaktur helikopter yang terbesar di industri turbin helikopter di kota Marseille," ujar Atase Pertahanan KBRI Paris Kolonel Erwin Buana Utama, Sabtu (17/9).

Kantor pusat perusahaan itu terletak di milik Marseille-Provence Bandara Internasional di Marignane, Prancis, dekat Marseille yang memiliki fasilitas utama Eurocopter di kantor pusat grup itu di Marignane dan Eurocopter Deutschland GmbH di Donauworth, Jerman serta Eurocopter Espa'a di Albacete, Spanyol.

Dalam kunjungan kerja di Prancis dari tanggal 16 hingga 18 September, Wamenhan RI dijadwalkan bertemu dengan Menteri Muda Pertahanan Prancis dan mengadakan pertemuan dengan CEO Mistral MBDA dan kunjungan ke Nexter (Meriam 155) di Canjeur.

Sebelumnya, Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin didampingi Wakasad Letjen TNI Budiman dan Dirjen Strategi Pertahanan Mayjen TNI Puguh Santoso mengunjungi test range pabrik senjata Heckler and Koch di Oberndorf, dekat Stuttgart, Jerman.

Sebelum ke Prancis, Wamenhan didampingi Dirut PT Pindad, Adik Avianto S dan Dirut PTDI Budi Santoso dan Dirut Restrukturisasi PT PPA Saiful Haq mengadakan kunjungan ke Airbus Military di Spanyol dan menghadiri jamuan makan malam dengan Presiden Airbus Military.