Pages

Selasa, Agustus 30, 2011

Yonif 202 TNI AD Gelar Uji Fungsi Ranpur Pindad

JAKARTA-(IDB) : Komandan Batalyon Infanteri 202/Tajimalela Letnan Kolonel Inf Heru Agung Aryandhono pimpin penataran alutsista dan Kendaraan Tempur ANOA 6×6 buatan Pindad bertempat di Mako Batalyon Infanteri 202/Tajimalela Rawalumbu Bekasi Jawa Barat.

Yonif 202/Tajimalela Juni 2011 lalu menerima 45 unit ranpur ANOA 6×6 dalam rangka memenuhi kebutuhan pembentukan Batalyon infanteri Mekanis (Yonif Mekanis)TNI-AD dalam upaya meningkatkan kekuatan pertahanan.

Mengingat pentingnya ranpur ini dalam pelaksanaan tugas-tugas TNI-AD, maka Danyonif Letnan Kolonel Inf Heru Agung Aryandhono mengadakan kegiatan Latihan bagi para awak yang mengemudikan Ranpur Anoa 6×6. Latihan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan awak menjadi pengemudi Ranpur.

Latihan diikuti 45 orang Tamtama yang dilaksanakan selama 3 hari, pada tanggal 18–20 Agustus 2011. Praktek latihan mengemudi kali ini di lakukan di Kompleks Perumahan Delta Mas Cikarang Kab. Bekasi.

Danyonif turut mengecek langsung ke lapangan kegiatan tersebut dan memberikan penekanan kepada seluruh peserta tentang pentingnya pemeliharaan materil terutama Ranpur Anoa 6×6 yang baru diterima. 

Sumber : Poskota

AS Peringatkan Ekspansi Militer China

WASHINGTON-(IDB) : Pentagon mengeluarkan sejumlah peringatan terbaru, Rabu (24/8/2011), tentang ekspansi militer China yang bisa memicu ketegangan baru dan kesalahpahaman yang berbahaya.

"Langkah dan cakupan investasi berkelanjutan militer China telah memungkinkan negara itu mengejar kemampuan-kemampuan yang kami yakin berpotensi untuk mendestabilisasi keseimbangan militer kawasan, meningkatkan risiko kesalahpahaman dan salah perhitungan serta bisa berkontribusi pada ketegangan dan kecemasan regional," kata Deputi Asisten Menteri Pertahanan untuk Asia Timur, Michael Schiffer.

"Kemampuan-kemampuan tersebut bisa meningkatkan opsi Beijing untuk menggunakan kekuatan militer demi mendapatkan keuntungan diplomatik, mengutamakan kepentingannya atau menyelesaikan sengketa militer menurut kesukaannya."

Survei tahunan tentang isu-isu pertahanan dan keamanan yang mencakup China menghasilkan sebuah litani keprihatinan jangka pendek dan berkelanjutan dalam beberapa tahun terakhir. Laporan-laporan terakhir berfokus pada pengeluaran yang secara keseluruhan meningkat pada militer; penyempurnaan rudal balistik dan rudal anti-kapal; transparansi yang kurang terkait anggaran dan kapasitas militer; dan peningkatan pengeluaran pada upaya untuk meretas komputer militer AS.

Sebuah tema yang konsisten dalam laporan-laporan itu adalah ancaman potensial akibat pertumbuhan militer negara Komunis itu terhadap stabilitas kawasan, dan khususnya bagi Taiwan.

Sebuah laporan rahasia telah disampaikan ke Kongres dan sebuah versi setebal 83-halaman telah dibuka ke publik. Anggota Kongres dari Partai Republik, Howard P "Buck" McKeon, yang juga ketua Komite Angkatan Bersenjata Kongres,  mengatakan, Kongres "akan meninjau penilaian itu secara lebih rinci" dalam beberapa minggu mendatang. Namun ia mencatat dua hal menonjol dalam laporan itu.

"Pertama, kegigihan Beijing dan kemampuan militer, khususnya kemampuan China untuk menolak akses ke Pasifik barat, merupakan kekhawatiran yang meningkat, tidak hanya bagi Amerika Serikat tetapi juga bagi tetangga China, yang menyebabkan perubahan dalam postur aktor militer regional," kata anggota Kongres asal California itu dalam sebuah pernyataan. "Ini memiliki konsekuensi signifikan bagi keamanan dan stabilitas kawasan.

"Kedua, China dengan jelas yakin bahwa negara itu dapat memanfaatkan krisis keuangan global, menggunakan ketidakpastian ekonomi Amerika Serikat sebagai jendela kesempatan untuk memperkuat kepentingan ekonomi, diplomatik, dan keamanan China," katanya. "Oleh karena itu, keamanan di Pasifik bisa lebih membahayakan jika sekutu regional kami juga percaya bahwa Amerika Serikat akan mengorbankan kehadiran dan kemampuan militer AS dalam upaya untuk mengontrol pengeluaran," kata McKeon. "Ini merupakan hasil yang tidak dapat diterima di suatu wilayah sepenting itu di dunia."

Laporan Pentagon itu menyebut upaya-upaya baru untuk berbagi informasi militer dengan Beijing, dan Petangon memuji China untuk keterlibatan internasionalnya di berbagai bidang seperti bantuan kemanusiaan dan bencana dan melawan bajak laut.  Namun AS terus menyuarakan keprihatinannya tentang peningkatan kemampuan militer China, termasuk pengujian pesawat jet tempur siluman, percobaan laut sebuah kapal induk yang dibeli dan dibangun kembali dan pengembangan kemampuan-kemampuan baru di  laut, di ruang angkasa dan online.

"Ada pertanyaan sangat serius, terkait tren secara keseluruhan dan cakupan dan skala usaha modernisasi militer China," kata Schiffer di Pentagon. "Saya tidak akan menempatkan itu hanya pada setiap platform tertentu atau satu sistem tertentu." Dia memperkirakan, China akan terus mengembangkan kapal induk yang dibeli dari Ukraina tahun 1998 dan kemampuan tempurnya, serta membangun kapal-kapal baru. "Kami berpikir China sedang melakukan upaya untuk membangun kapal induk sendiri," kata Schiffer. "Saya tidak berspekulasi tentang jumlah, tapi kemungkinan lebih dari satu, yang sedang dikembangkan di masa depan."

Sumber: Kompas

Russia Successfully Test Launches Troubled Missile

MOSKOW-(IDB) : Russia on Saturday successfully test fired its new nuclear-capable Bulava intercontinental missile which it hopes will become a key strategic weapon despite a string of setbacks, the Kremlin said.

The missile was fired from the Yury Dolgoruky submarine in the White Sea to its target area the Pacific Ocean at the distance of its maximum range, which is believed to be 8,000 kilometres (4,970 miles).

"Defence Minister Anatoly Serdyukov reported to President Dmitry Medvedev that the latest test of the intercontinental ballistic missile Bulava was successful," the Kremlin said in a statement.

The success will be a major boost for the Russian armed forces after a similar successful test from the Yury Dolgoruky, part of a new class of Russian submarines, on June 28.

The Bulava (Mace) had become one of the Russian military's biggest headaches after a series of failed tests in previous years raised questions about its future viability.

According to the Interfax news agency, Russia has now carried out 16 tests of the Bulava, seven of which ended in failure. Russia is planning several more launches this year, including a possible multiple firing of several missiles.

The most embarrassing setback was in late 2009 when the missile's failure caused spectacular images in the sky above the Norwegian city of Tromso that locals initially put down to a meteor, the northern lights or even a UFO.

Its planned incorporation into the armed forces is part of a wide-ranging military reform aimed at updating the military's Soviet-era structures and equipment to bring them in line with the demands of modern warfare.

The Bulava can be equipped with up to 10 individually targeted nuclear warheads capable of changing their flight trajectory. It is to be a cornerstone of the nuclear forces strategy up to 2040-2045, according to Interfax.
Source: Defencetalk

Iran Produksi Massal Roket Anti Tank

TEHRAN-(IDB) : Menteri Pertahanan Iran Jenderal Ahmad Vahidi telah meresmikan garis produksi massal roket anti-baja untuk menghancurkan tank, kendaraan lapis baja dan depot amunisi musuh.
 
Roket 73-milimeter memiliki hulu ledak yang dapat menghancurkan target pada jarak 1.300 meter, IRNA mengutip keterangan Jenderal Vahidi pada hari Senin (29/8).

Dia menambahkan bahwa roket ringan dengan presisi tinggi, cocok untuk darat dan operasi taktis, yang dapat memainkan peran penting dalam menghancurkan target jarak dekat dan jauh serta perang konvensional dan gerilya.

Desain Kementerian Pertahanan Iran bertujuan menghasilkan senjata untuk meningkatkan mobilitas operasional pasukan, jelas Vahidi.

Dia menambahkan bahwa produksi massal rudal anti-baja adalah bukti lain kemampuan tinggi industri pertahanan Iran terhadap ancaman.

Pada hari Sabtu, Iran telah berhasil memproduksi serat karbon, bahan strategis yang digunakan dalam sistem pertahanan serta proyek-proyek sipil.

Dalam beberapa tahun terakhir, Iran telah membuat prestasi besar di sektor pertahanan dan mencapai swasembada dalam memproduksi peralatan dan sistem militer penting.

Republik Islam Iran telah berulang kali meyakinkan bahwa kekuatan militernya bukan ancaman bagi negara-negara lain dan menyatakan doktrin militer Iran didasarkan pada pertahanan.

Sumber: Irib

MiG Denies Stealth Technology Transfer To China For J-20 Fighter

MOSKOW-(IDB) : Russia has never transferred any stealth technology to China to assist it with its J-20 Black Eagle fifth-generation stealth fighter prototype, Russian plane maker MiG said on Friday.

"We are not delivering any equipment to China, and never have," MiG spokeswoman Yelena Fyodorova said.

MiG's statement follows claims in the Russian and foreign press last week that China's J-20, unveiled over six months ago, is based on technology and components from the Russian Mikoyan Article 1.44, a stealth technology demonstrator aircraft, development of which was suspended.

Some analysts say the aircraft have close similarities.

"The back end of the J-20 looks awfully like the 1.44, as does the overall layout with delta canards," said Douglas Barrie, an air warfare specialist at the London-based International Institute of Strategic Studies.

"If it's a coincidence, it's a striking one. Russia may have provided technical support, but there is nothing substantial to prove that. China has however relied on Russia for much of its defense procurement for a decade and a half," he added.

China's J-20 Black Eagle is thought to be conceptually similar to the U.S. F-22 Raptor and the Russian T-50 jets, but is likely to be just a technology demonstrator or prototype rather than a viable fighter.

China has been working on a future fighter program since the mid-1990s, but the J-20 is not expected to enter service before 2018-2020.

Earlier in the month, Mikhail Pogosyan, the head of Russia's United Aircraft Corporation said that China's fifth-generation fighter program is more for effect than substance and branded the maiden flight as a "show-off."

China relied on the Soviet Union for much of its aviation technology until the Sino-Soviet split after 1961. China then carried on developing copies of Soviet and Russian aircraft.

Beijing also relies on Russian engines, radars and electronic components for many of its other aircraft, such as the JF-17 fighter it developed jointly with Pakistan.
Source: Defencetalk