Pages

Sabtu, Juli 16, 2011

Indikasi Kehancuran Israel

TEL AVIV-(IDB) : Di tengah gencarnya berita mengenai rencana ambisius militer Zionis untuk memulai perang baru terhadap Hizbullah, rezim agresor itu dilanda krisis dalam negeri yang semakin akut.
 
Tampaknya, ada kebijakan yang berseberangan antara sepak terjang pejabat teras Tel Aviv yang disibukkan dengan rencana menyulut perang baru dengan Lebanon, dan ketakutan warga "negara jarahan" ini atas meletusnya perang baru. 

Di satu sisi, Israel bermaksud memulai perang atas Lebanon untuk mencegah kemungkinan persetujuan Majelis Umum PBB soal pembentukan negara merdeka Palestina. Di sisi lain, gelombang ketakutan akibat kemungkinan meletusnya perang ini semakin menjadi-jadi.

Militer Israel menyulut perang baru ini untuk menguasai zona khusus ekonomi Lebanon di Laut Mediterania, sekaligus menjegal pembentukan negara independen Palestina. Menurut koran An-Nahar Lebanon, Israel mengancam akan menggunakan kekuatan militer jika instalasi laut di kawasan itu mendapat serangan rudal Hizbullah.

Saat ini, para arsitek perang Israel tengah memfokuskan pada perubahan struktural kemampuan militer Hizbullah sebagai persiapan perang mendatang. Koran Israel, Yediot Aharonot menilai militer Israel lebih mengenali sepak terjang Hizbullah melebihi tahun 2006. Ditambahkannya, Israel selama ini telah banyak menyusun skenario untuk memulai perang baru terhadap Hizbullah. 

Di tengah berbagai persiapan penyerangan itu, badai krisis terus membayangi Israel dari masalah politik hingga ekonomi. Kini, rezim Zionis menghadapi problem pengungsian balik yang mengancam masa depan Israel. Betapa tidak, sebagaimana dilaporkan Al-manar, pada periode Perdana Menteri Benyamin Netanyahu, puluhan ribu orang Zionis meninggalkan Israel.

Gelombang migrasi balik besar-besaran ini memicu kekhawatiran Tel Aviv. Para pengamat menilai eksodus besar-besaran ini dipicu oleh kekhawatiran kemungkinan meletusnya perang, terutama menghadapi Hizbullah Lebanon seperti yang terjadi pada tahun 2006 silam.

Dilaporkan sekitar 65 persen Zionis berencana untuk meninggalkan Israel. Bahkan, mayoritas mahasiswa Zionis yang belajar di luar negeri bertekad tidak akan kembali ke Israel. Lebih dari itu, para pemimpin rezim Zionis terpaksa mengirim anak-anaknya studi di luar Israel.

Televisi al-Alam melaporkan pada tahun 2002, rezim Zionis mengalami penurunan imigran dari luar ke Israel hingga 31 persen. Akibat memburuknya kondisi politik dan ekonomi yang melanda rezim Zionis, sekitar 270 ribu imigran dari Rusia dan Eropa yang memasuki Palestina pendudukan, akhirnya meninggalkan Israel menuju AS, Kanada dan Australia.

Sebuah pusat riset Zionis mengungkapkan bahwa sekitar 600 hingga 700 ribu orang yang berniat meninggalkan Israel jika perang meletus adalah kalangan terdidik, para peneliti, akademisi dan intelektual Zionis.

Sejatinya, sikap haus perang Netanyahu yang memicu kekhawatiran warga Israel sendiri memperjelas indikasi semakin dekatnya kehancuran rezim agresor Israel. Saat ini, kita menyaksikan sendiri tanda-tandanya.

Sumber: Irib

Israel Bersiap Serang Hizbullah

TEL AVIV-(IDB) : Media Lebanon dan Israel melaporkan bahwa setelah lima tahun perang kedua Israel terhadap Lebanon, militer Zionis kembali bersiap untuk memulai perang baru terhadap Hizbullah.
 
IRNA, Jumat (15/7) melaporkan dari Beirut, koran An-Nahar cetakan Lebanon menulis, "Menurut informasi politik negara-negara Eropa, Israel pada September mendatang bermaksud memulai perang atas Lebanon untuk mencegah kemungkinan persetujuan Majelis Umum PBB soal pembentukan negara merdeka Palestina." 

Harian itu menegaskan, alasan lain memulai perang itu adalah menguasai zona ekonomi eksklusif Lebanon di Laut Mediterania dan keraguan tentang garis pantai Lebanon yang diserahkan ke PBB. Ditambahkannya, Israel bahkan mengancam akan menggunakan kekuatan militer jika instalasi laut di kawasan itu mendapat serangan rudal Hizbullah.

An-Nahar lebih lanjut menambahkan, para arsitek perang Israel tengah memfokuskan pada perubahan struktural kemampuan militer Hizbullah sebagai persiapan perang mendatang. 

Israel bahkan meyakini bahwa medan perang ketiga dengan Lebanon akan lebih luas dibanding perang pertama dan kedua. Menurut koran ini, Israel akan kembali membombardir rumah-rumah warga dengan alasan digunakan sebagai tempat peluncuran roket Hizbullah.

Sementara itu, koran Israel, Yediot Aharonot seraya menyinggung masalah tersebut, menulis, militer Israel percaya bahwa kini pengenalan dan identifikasinya terhadap Hizbullah melebihi tahun 2006. Ditambahkannya, Israel selama ini telah banyak menyusun skenario untuk memulai perang baru terhadap Hizbullah.

Perang pertama Israel terhadap Lebanon pecah pada tahun 1982, yang berujung pada pendudukan Lebanon Selatan hingga Beirut. Pada tahun 2006, perang kedua dimulai yang berakhir dengan kekalahan Israel.

Sumber: Irib

Rusia-NATO Gagal Bicarakan Sistem Pertahanan Anti Rudal

MOSKOW-(IDB) : Sebuah sumber terpercaya menyatakan, perundingan antara Rusia dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) terkait sistem anti rudal regional telah keluar dari agenda mereka.
 
Seperti dilaporkan IRNA Jum'at (15/7), sumber yang tidak bersedia disebutkan identitasnya ini menandaskan, NATO melecehkan usulan Rusia soal sistem pertahanan anti rudal di kawasan. Berdasarkan prakarsa Moskow, sistem pertahanan regional harus jelas pihak yang bertanggung jawab dan tanggung jawab ini harus melibatkan juga negara kawasan.

Sebelumnya Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov saat perundingan antara pemimpin NATO dan Rusia di Sochi mengatakan bahwa kedua pihak gagal mencapai kesepakatan bersama soal sistem pertahanan anti rudal di wilayah Eropa.

Sementara itu, negara anggota NATO menjustifikasi penolakannya atas prakarsa Rusia dengan mengisyaratkan pada perjanjian multilateral pakta Washington. Berdasarkan pakta ini, menyerahkan masalah pertahanan kepada negara non anggota NATO tidak mungkin.

Perundingan NATO dan Rusia terkait sistem pertahanan anti rudal di kawasan mencapai jalan buntu di saat kedua pihak di sidang London tahun 2000 sepakat melakukan kerjasama bilateral sistem pertahanan anti rudal di benua Eropa.

Di sebutkan pula bahwa anggota NATO menekankan dibentuknya dua sistem terpisah soal sistem pertahanan anti rudal dengan model pertukaran informasi dan data. Namun Rusia menekankan sistem pertahanan kolektif dengan kerjasama penuh. 

Sumber: Irib

India Approves $2.4 bn French Mirage Jet Upgrade

NEW DELHI-(IDB) : India has approved a $2.4-billion proposal from French defence groups to upgrade its fleet of 51 ageing Mirage fighter jets, a military source said on Thursday.

"The defence secretary has agreed to the proposal put forward by French defence majors Dassault and Thales and (European group) MBDA for the Mirage-2000 retrofit," the source in the Indian Air Force (IAF) told AFP.

The upgrade is expected to include advanced navigation systems, mission computers, electronic warfare systems and radars.

The work is likely to take nine years and will see two of the Mirages being retro-fitted in France. The remaining aircraft will be upgraded at the state-owned Hindustan Aeronautics base in Bangalore.

The deal had been stuck for five years due to differences over costs and the proposed benefits to the IAF, the Press Trust of India news agency said.

Overhaul of the fleet will add 20-25 years to the life of the Mirages, which joined the Indian air force in the mid-1980s.

Source: Defencetalk

Kasarmatim Sambut KRI FKO-368 Usai Bertugas di Lebanon

SURABAYA-(IDB) : Kepala Staf Komando Armada RI Kawasan Timur (Kasarmatim) Laksamana Pertama TNI Djoko Teguh Wahojo  menyambut kedatangan KRI Frans Kaisiepo (FKO)-368 seusai kembali bertugas dari perairan Lebanon yang ikut andil dalam Satgas  Maritim TNI Konga  XXVIII.B UNIFIL (United Nation Interm Force In Lebanon) 2010 di Dermaga Koarmatim Ujung Surabaya, Jumat (15/7).

Penyambutan KRI FKO-368 tersebut dihadiri Kepala Staf Koarmatim Laksamana Pertama TNI Djoko Teguh Wahojo, Komandan Guspurlatim, Komandan Lantamal V Surabaya, para Kasatker Koarmatim, ibu-ibu Pengurus Daerah Jalasenastri Armatim dan para keluarga ABK KRI FKO-368.

KRI Frans Kaisiepo-368 dari jenis Sigma Klas Korvet Belanda yang masuk jajaran Satuan Kapal Eskorta Komando Armada RI Kawasan Timur (Satkor Koarmatim) ini adalah yang ke dua kali ikut andil mengemban misi perdamaian dunia dalam Satuan Tugas (satgas) Maritime Task Force (MTF) Konga XXVIII.B Unifil. 

Sebelumnya tugas kemanusiaan ini dilakukan oleh KRI Diponegoro-365. Selanjutnya TNI AL telah menyiapkan KRI Sultan Iskandar Muda-367 menggantinkan KRI Frans Kaisiepo yang akan bergabung dengan kapal perang angkatan laut negara lainnya yang tergabung dalam Gugus Tugas MTF.

Kapal perang ini mundur dua bulan dari jadwal penugasan yang direncanakan. Semula akan  bertugas selama 8 bulan, dengan rincian 2 bulan pelayaran berangkat dan pulang serta 6 bulan berada di tempat lokas menjadi total penugasan selama 10 bulan. KRI Frans Kaisiepo-368 yang dikomandani Letkol Laut (P) Wasis Priyono ini dalam tugasnya  membawa 1 buah helikopter BO-105 dengan jumlah personel total 100 orang, dengan rincian ABK 88 orang, pilot dan Crew Heli 7 orang, dokter dan paramedis 2 orang, Kopaska 1 orang dan penyelam 2 orang.


Sumber: Koarmatim

KRI Diponegoro Tangkap Kapal Vietnam

Dari hasil pemeriksaan oleh personel KRI Diponegoro-365 dengan Komandan Letkol Laut (P) Antonius Widyoutomo di lokasi penangkapan, di kapal ikan asing Vietnam tersebut ditemukan sekitar 1 ton ikan campuran.

HP-(IDB) : KRI Diponegoro-365 yang tergabung dalam operasi dan latihan yang digelar Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) di wilayah Barat Indonesia yaitu di perairan Selat  Malaka, perairan Natuna dan  ALKI I menangkap kapal ikan asing (KIA) berbendera Vietnam di perairan Natuna sekitar 30 mil Timur Laut Pulau Laut  Kepulauan Natuna.

Hal itu dikatakan Komandan Gugus Tempur Laut Komando Armada RI Kawasan Barat (Danguspurlabar) Laksmana Pertama TNI A Taufiqoerrochman M, SE di Markas Komando Koarmabar, Jalan Gunung Sahari Raya No 67 Jakarta Pusat, Jumat (15/7).


Kapal penangkap ikan berbendera Vietnam tersebut saat ditangkap oleh unsur gelar TNI Angkatan Laut diketahui nama kapal Minh Vhuong (BTAH 9868 ITS) dengan ciri lambung kapal hijau anjungan putih dengan nakoda Nguyen Vuong dan anak buah kapal sejumlah 10 orang Vietnam.


Kapal ikan dengan bobot 40 Gross Ton (GT) tersebut saat ditangkap sedang menangkap ikan di perairan Indonesia pada posisi 30 mil Timur Laut Pulau Laut di Kepulauan Natuna. Dari hasil pemeriksaan oleh personel KRI Diponegoro-365 dengan Komandan  Letkol Laut (P) Antonius Widyoutomo di lokasi penangkapan,  di kapal  ikan asing Vietnam tersebut ditemukan sekitar 1 ton ikan campuran.


Selanjutnya, kata Kadispen Koarmabar Letkol Laut (Kh) Drs Agus Cahyono, kapal ikan yang diduga melakukan tindak pelanggaran memasuki wilayah Indonesia dan melakukan penangkapan ikan tanpa dilengkapi dokumen tersebut dikawal oleh unsur gelar TNI Angkatan Laut menuju Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Ranai.

Sumber: HarianPelita