Pages

Minggu, Juni 12, 2011

Panglima TNI : Tidak Ada Toleransi untuk Perusuh

Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono.
JAKARTA-(IDB) : Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono menegaskan bahwa TNI tidak akan memberikan toleransi bagi perusuh yang mencoreng nama bangsa dan negara Indonesia selama pelaksanaan Forum Ekonomi Dunia Asia Timur (WEFEA) di Jakarta 12 hingga 13 Juni 2011.

"Tidak boleh ada toleransi dalam bentuk apa pun, yang dapat merugikan nama baik bangsa Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraan WEFEA 2011," katanya di Jakarta, Sabtu.

Hal itu disampaikannya saat melakukan pengecekan akhir kesiapan aparat TNI/Polri mengamankan kegiatan Forum Ekonomi Dunia Asia Timur 2011, bersama Kepala Polri Jenderal Pol Timur Pradopo di Hotel Shangrila tempat pelaksanaan pertemuan digelar.

Pertemuan yang akan dibuka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu rencananya akan dihadiri Presiden Singapura, Perdana Menteri Thailand dan Mongolia.

Terkait itu, TNI dan Polri membentuk Komando Operasi Pengamanan (Koopspam ) WEFEA 2011 yang dikomandani Mayjen TNI Waris (Pangdan Jaya) dan Irjen Pol. Sutarman (Kapolda Jaya) selaku Wadankoopspam.

Setiba di Hotel Shangrila, Panglima TNI dan Kapolri langsung menuju ke Posko Satgaspam VVIP untuk menerima paparan kesiapan pengamanan VVIP yang disampaikan oleh Kolonel Inf. Hasan (Asops Paspampres). .

Beberapa hal yang menjadi perhatian Panglima TNI adalah masalah kontijensi dan rencana "escape" terhadap kemungkinan ancaman yang terjadi terhadap keselamatan VVIP.

Dalam kesempatan tersebut Panglima TNI berkesempatan melakukan teleconference dengan Posko Satgaspamud yang ada di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Posko Satgaspamwil yang ada di Kodam Jaya dan juga dengan Pusdalops TNI.

Selain meninjau Posko Satgaspam VVIP, Panglima TNI dan Kapolri juga meninjau Ballroom yang digunakan untuk pertemuan WEFEA 2011, termasuk sarana dan fasilitas yang akan digunakan oleh para tamu VVIP.

Selesai mengecek kesiapan pengamanan VVIP, Panglima dan Kapolri juga meninjau kesiapan barak anggota satgas yang terletak di areal Hotel Shangrila serta fasilitasnya.

Pengecekan kesiapan pengamanan WEFEA 2011 itu untuk meyakinkan kesiapan pasukan yang terlibat dalam pengamanan baik dari TNI maupun Polri sehingga seluruh delegasi nantinya dapat melaksanakan kegiatan dengan aman dan nyaman.

Koopspam TNI WEFEA 2011 terdiri atas Pengamanan VVIP yang meliputi Satgaspam VVIP, Satgaspamwil, Satgaspamud dan Satgasintel serta Pengamanan VIP yang dilakukan unsur Polri.

Sumber: Antara

TNI dan Polri Siapkan Pengamanan WEFEA 2011

Pasukan Pengamanan Presiden dan tamu VVIP mengikuti apel gelar pasukan di Mako Paspampres,
JAKARTA-(IDB) : TNI dan Polri siapkan pengamanan bagi penyelenggaraan World Economic Forum on East Asia (WEFEA) yang akan berlangsung 12-13 Juni 2011 di Jakarta.

Apel kesiapan tersebut digelar di Markas Komando Pasukan Pengamanan Presiden di Jakarta, Rabu (8/6).

Apel dipimpin langsung Pangdam Jaya Mayjen TNI Waris selaku Komandan Komando Operasi Pengamanan (Koopspam) WEFEA 2011.

Mayen TNI Waris meminta semua komponen pengamanan yang terlibat dapat bersinergi dan membentuk kerja sama tim secara profesional sesuai tugas dan tanggung jawabnya masing-masing untuk mengamankan WEFEA 2011.

"Sehingga kesiapan pengamanan penyelenggaraan agenda regional ini dijamin dapat dilaksanakan dengan tertib, aman, lancar dan berhasil," katanya.

Sasaran pengamanan pertama, terselenggaranya WEFEA 2011 dengan aman dan lancar, kedua, terselenggaranya pengamanan perjalanan VVIP (Very Very Important Person) selama mengikuti kegiatan WEFEA 2011, ketiga, terjaminnya pengamanan rute perjalanan VVIP selama mengikuti kegiatan WEFEA 2011.

Selain itu, terjaminnya pengamanan seluruh tempat-tempat yang digunakan dalam kegiatan WEFEA 2011 serta terjaminnya pengamanan hotel/tempat penginapan yang digunakan VVIP/VIP dalam mengikuti WEFEA 2011.

Gelar kesiapan itu diikuti seluruh pasukan gabungan TNI dan Polri yang terdiri dari Koopspam TNI, Pengamanan VVIP  yang meliputi Satgaspam VVIP, Satgaspamwil, Satgaspamud dan Satgasintel serta Pengamanan VIP (Very Important Person) yang dilakukan oleh unsur Polri.

Sumber: Antara

Soal F-14, Iran Tidak Pernah Mengemis!

TEHRAN-(IDB) : Wakil Koordinator Angkatan Udara Republik Islam Iran, Marsekal Besar Aziz Nasirzadeh menyatakan, pesawat-pesawat F-14 milik Iran, tetap mampu melanjutkan operasinya meski selama tiga dekade Amerika Serikat telah memberlakukan embargo komponen pesawat tempur tersebut 
 
Dalam wawancaranya dengan IRNA hari ini (11/6) Nasirzadeh mengatakan, "Meski Republik Islam Iran menghadapi keterbatasan dalam menyediakan komponen pesawat F-14, namun pentingnya pengoperasian pesawat tersebut menjadi berkali lipat bagi Iran mengingat jet tempur itu hanya digunakan oleh Amerika dan Iran." 

Seraya menyinggung bahwa Amerika Serikat telah menghentikan produksi pesawat F-14 beberapa tahun lalu, Nasirzadeh menegaskan, "Angkatan Udara Amerika telah menghapus armada F-14 sehingga dengan demikian, komponen pesawat tersebut tidak digunakan atau diekspor ke negara lain." 

"Mungkin Amerika Serikat beranggapan bahwa Iran berusaha mencari komponen dan suku cadang pesawat tersebut, namun pada hakikatnya Iran sama sekali tidak memerlukan komponen dan suku cadang dari Amerika," tutur Nasirzadeh.

Menurutnya, Republik Islam Iran tidak pernah mengulurkan tangan kepada siapa pun dan faktanya adalah bahwa aktivitas pesawat F-14 tidak pernah terhenti. 

Dikatakannya, "Pesawat F-14 milik Iran memiliki jadwal terbang setiap hari dan melakukan berbagai latihan di berbagai pangkalan udara. Bahkan kami mampu meningkatkan kemampuan pesawat modern tersebut."

Lebih lanjut Nasirzadeh menjelaskan, "Elektronik dan radar pesawat F-14 juga telah ditingkatkan dan diperbaruhi dan untuk menyuplai keperluan kompenen dan onderdilnya, telah diambil langkah-langkah penting untuk memenuhi permintaan tersebut di dalam negeri." 

"Seluruh komponen pesawat, harus diganti pada waktu tertentu," ungkap Nasirzadeh seraya menolak penggunaan kata usang sebagai bahasa yang cocok untuk armada F-14 Republik Islam Iran. 

Sumber: Irib

Pembangunan Pangkalan Militer AS Di Singapura

Illustration
SINGAPURA-(IDB) : Keputusan Amerika Serikat untuk membangun pangkalan militer di Singapura, menurut para pakar sebagai penyempurna kebijakan ekspansionis militeristik negara adidaya itu di dunia. Padahal, kebijakan itu selain mendapat penentangan luas pada tingkat global, juga menuai protes dari rakyat Amerika sendiri.
 
Menteri Pertahanan AS, Robert Gates mengatakan, Washington perlu membangun pangkalan militer di Singapura untuk mendukung kapal-kapal perangnya di kawasan. Dalam kunjungannya ke Singapura untuk menghadiri Konferensi Keamanan Asia, yang digelar oleh International Institute for Strategic Studies (IISS), Gates menilai pembangunan pangkalan di Singapura sebagai bagian dari program pengokohan kemampuan militer AS di Laut Pasifik.

Termasuk dalam program tersebut, AS akan menempatkan sejumlah armada kapal tempur cepat yang khusus untuk operasi di perairan dangkal. Kapal-kapal tersebut akan menjadi generasi pertama kapal perang AS, yang akan ditempatkan secara permanen di negara kecil Asia Tenggara itu. 

Menurut sumber-sumber Kementerian Pertahanan Singapura, AS berencana mengirim satu atau dua kapal tempur tipe "Litoral" ke Singapura. Kapal tersebut memiliki panjang 400 kaki, dengan kecepatan tinggi, dan cocok untuk misi di perairan dangkal.

AS kembali mengandalkan kekuatan militer untuk melawan pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia Timur, khususnya Cina, yang mengalami pertumbuhan cepat. Keunggulan AS di bidang militer, telah mendorong Washington untuk memanfaatkan instrumen ini dalam menghadapi para penentangnya di kawasan.

Intervensi nyata AS dalam sengketa wilayah di negara-negara Asia, terlebih sengketa kepulauan antara Cina dan Jepang atau Vietnam dan Filipina, dapat ditafsirkan sebagai kebijakan Washington untuk memanaskan suasana di kawasan. Tujuan lain AS adalah untuk memperkuat kehadiran militernya di perairan di sekitar Cina.

Pembangunan pangkalan militer AS di Singapura tentu saja akan mewujudkan impian negara itu untuk menguasai Selat Malaka, sebagai jalur strategis pelayaran internasional. Pasca peristiwa 11 September dengan alasan memerangi terorisme dan menjamin keamanan pelayaran Selat Malaka, AS ingin menempatkan pasukannya di kawasan paling sibuk itu. Namun, rencana tersebut mendapat penentangan dari negara-negara sekitar Selat Malaka, termasuk Indonesia dan Malaysia.

Akhirnya, AS berhasil merangkul Singapura dengan alasan untuk menjamin pelayaran kapal-kapal di Selat Malaka. Menurut para pengamat politik, keputusan itu akan memperuncing perlombaan senjata dengan Cina, sebagai dua negara yang saling berseteru. Dampaknya, stabilitas kawasan akan terganggu dan negara-negara regional harus menanggung biaya hegemoni AS. 

Sumber: Irib

Pertahanan Udara Iran Untuk Tangkal Ancaman

TEHRAN-(IDB) : Menteri Pertahanan Iran Jenderal Ahmad Vahidi sekali lagi menggaris bawahi bahwa kemampuan pertahanan udara nasional ditujukan untuk menangkal setiap ancaman udara terhadap Republik Islam Iran.
 
Seraya menolak kerentanan Iran dalam serangan udara, Vahidi mengatakan, Angkatan Bersenjata Iran juga mahir di udara dan angkatan udara kita punya kemampuan pertahanan yang cukup untuk membela negara," lapor kantor berita Fars pada hari Sabtu (11/6)

"Musuh tidak berani melakukan ancaman terhadap Iran, karena mereka telah menyadari kesia-siaan upaya tersebut," tegasnya. 

Dalam beberapa tahun terakhir, Iran telah membuat terobosan besar di bidang pertahanan dan mencapai swasembada dalam produksi berbagai peralatan militer. Sejak kemenangan Revolusi Islam pada tahun 1979, negara ini telah memulai kampanye untuk kemandirian dalam industri pertahanan dan meluncurkan proyek-proyek militer.

Iran menegaskan bahwa kekuatan militernya bukan ancaman bagi negara lain dan doktrin pertahanan negara didasarkan pada pertahanan. 


Sumber: Irib

Awas! Amerika Akan Bangun Pangkalan Dekat Indonesia

SINGAPURA-(IDB) : Meski penentangan masyarakat internasional atas kehadiran militer Amerika Serikat di berbagai belahan dunia, termasuk di Asia Tenggara, terus meningkat, namun Washington tetap merencanakan pembangunan pangkalan militernya di Singapura. 
 
Sebagaimana dilaporkan IRNA hari ini (10/6), sebuah koran terbitan Cina mengutip pernyataan Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Robert Gates bahwa Washington perlu membangun pangkalan di Singapura untuk mendukung kapal-kapal perangnya di kawasan. 

Dalam kunjungannya ke Singapura menghadiri konferensi Keamanan Asia yang digelar oleh International Institute for Strategic Studies (IISS), Gates menilai pembangunan pangkalan di Singapura sebagai bagian dari program pengokohan kemampuan militer AS di laut Pasifik. 

Termasuk dalam program tersebut, Amerika Serikat akan menempatkan sejumlah armada kapal termpur cepat yang khusus untuk operasi di perairan dangkal. 

Menurut sumber-sumber Kementerian Pertahanan Singapura, Amerika Serikat berencana mengirim satu atau dua kapal tempur tipe "Litoral" ke Singapura. Kapal tersebut memiliki panjang 400 kaki, dengan kecepatan tinggi, dan cocok untuk misi di perairan dangkal. 

Dalam pidatonya pada konferensi di Singapura (4/6), Gates juga menyinggung pentingnya kehadiran militer Amerika Serikat di perairan dekat Australia. 

Menurutnya, dalam beberapa tahun mendatang, Amerika Serikat akan meningkatkan aktivitasnya di kawasan. Ia menekankan pula pentingnya kerjasama militer Amerika Serikat dengan Australia dan Singapura. 

Setiap tahunnya, Amerika Serikat mengeluarkan dana milyaran dolar di sektor militer dan dana tersebut terus meningkat meski negara ini dilanda krisis ekonomi hebat. 

Sementara di sisi lain, perluasan kehadiran militer Amerika Serikat di berbagai belahan dunia tidak menghasilan apapun kecuali instabilitas. 
Sumber: Irib