MANADO-(IDB) : Simulasi pembebasan sandera mewarnai latihan Anti Lawan Bajak Udara (Albara) oleh Pasukan Khas TNI AU, Detasemen Bravo 90 di Bandara Sam Ratulangi Manado, Sulawesi Utara, Selasa malam.
Pada simulasi itu menceritakan sekelompok teroris menyamar sebagai penumpang membajak pesawat Airbus 320 miliki maskapai penerbangan Batavia Air.
Setelah mendapat informasi itu, General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Sam Ratulangi menyatakan bandara dalam kondisi "merah", dan menyerahkan tanggung jawab penanganan kejadian itu kepada Komandan Pangkalan Udara Sam Ratulangi (Danlanudsri) Danlanudsri merespons laporan itu dengan mengerahkan personel dan bekerja sama dengan instansi terkait setempat untuk membuat parimeter sekitar bandara.
Kejadian itu kemudian dilaporkan kepada Panglima Komando Operasi Angkatan Udara (Pangkoopasau) II, dilanjutkan kepada Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau), dan Panglima TNI.
Setelah mendapatkan perintah Panglima TNI, Kasau memberikan perintah kepada Pangkoopasau II untuk mengerahkan pesawat tempur dan Komandan Pasukan Khas TNI AU agar memberangkatkan Tim Detasemen Bravo 90 guna "Operasi Albara".
Setelah mendapat perintah, Komandan Detasemen Bravo 90 segera merencanakan taktik operasi tersebut dengan menurunkan 16 personel intelijen guna menyamar dan negosiasi dengan teroris.
Selain itu, sepuluh personel diterjunkan melalui penerjunan guna pengamanan di sekitar pesawat.
Simulasi itu juga menggambarkan bahwa kendati telah negosiasi, para teroris tetap menuntut pemerintah membebaskan kawan mereka yang ditahan.
Para teroris dikisahkan sempat bertindak brutal terhadap salah seorang sandera, sehingga penumpang itu luka.
Dengan menggunakan dua pesawat Hercules, Detasemen Bravo kemudian menurunkan sejumlah personel terlatih dan empat kendaraan khusus dalam pembebasan sandera.
Para personel itu kemudian masuk ke pesawat itu melalui pintu bagian depan dan belakang secara bersamaan.
Dalam aksi pembebasan itu, para teroris dapat dilumpuhkan oleh Detasemen Bravo.
Setelah teroris dilumpuhkan, mereka yang masih hidup dan penumpang kemudian dievakuasi.
Tim penjinak bahan peledak Detasemen Bravo diceritakan mengamankan satu paket bahan peledak yang dibawa teroris di pesawat itu .
Latihan Albara pukul 22.00-23.30 WITA disaksikan antara lain Kepala Staf Umum TNI, Letjen TNI Suryo Prabowo, Danpaskhas TNI AU, Marsekal Pertama TNI Amarullah, Gubernur Sulawesi Utara, Sinyo Sarundajang, dan sejumlah pejabat militer serta sipil di daerah itu.
Danpaskhas TNI AU, Marsekal Pertama TNI Amarullah, mengatakan, latihan itu antara lain untuk peningkatan kemampuan Detasemen Bravo dalam mengantisipasi dan menanggulangi terorisme.
Pada latihan tersebut mengerahkan sekitar 360 personel antara lain 120 personel Detasemen Bravo.
Pada simulasi itu menceritakan sekelompok teroris menyamar sebagai penumpang membajak pesawat Airbus 320 miliki maskapai penerbangan Batavia Air.
Setelah mendapat informasi itu, General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Sam Ratulangi menyatakan bandara dalam kondisi "merah", dan menyerahkan tanggung jawab penanganan kejadian itu kepada Komandan Pangkalan Udara Sam Ratulangi (Danlanudsri) Danlanudsri merespons laporan itu dengan mengerahkan personel dan bekerja sama dengan instansi terkait setempat untuk membuat parimeter sekitar bandara.
Kejadian itu kemudian dilaporkan kepada Panglima Komando Operasi Angkatan Udara (Pangkoopasau) II, dilanjutkan kepada Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau), dan Panglima TNI.
Setelah mendapatkan perintah Panglima TNI, Kasau memberikan perintah kepada Pangkoopasau II untuk mengerahkan pesawat tempur dan Komandan Pasukan Khas TNI AU agar memberangkatkan Tim Detasemen Bravo 90 guna "Operasi Albara".
Setelah mendapat perintah, Komandan Detasemen Bravo 90 segera merencanakan taktik operasi tersebut dengan menurunkan 16 personel intelijen guna menyamar dan negosiasi dengan teroris.
Selain itu, sepuluh personel diterjunkan melalui penerjunan guna pengamanan di sekitar pesawat.
Simulasi itu juga menggambarkan bahwa kendati telah negosiasi, para teroris tetap menuntut pemerintah membebaskan kawan mereka yang ditahan.
Para teroris dikisahkan sempat bertindak brutal terhadap salah seorang sandera, sehingga penumpang itu luka.
Dengan menggunakan dua pesawat Hercules, Detasemen Bravo kemudian menurunkan sejumlah personel terlatih dan empat kendaraan khusus dalam pembebasan sandera.
Para personel itu kemudian masuk ke pesawat itu melalui pintu bagian depan dan belakang secara bersamaan.
Dalam aksi pembebasan itu, para teroris dapat dilumpuhkan oleh Detasemen Bravo.
Setelah teroris dilumpuhkan, mereka yang masih hidup dan penumpang kemudian dievakuasi.
Tim penjinak bahan peledak Detasemen Bravo diceritakan mengamankan satu paket bahan peledak yang dibawa teroris di pesawat itu .
Latihan Albara pukul 22.00-23.30 WITA disaksikan antara lain Kepala Staf Umum TNI, Letjen TNI Suryo Prabowo, Danpaskhas TNI AU, Marsekal Pertama TNI Amarullah, Gubernur Sulawesi Utara, Sinyo Sarundajang, dan sejumlah pejabat militer serta sipil di daerah itu.
Danpaskhas TNI AU, Marsekal Pertama TNI Amarullah, mengatakan, latihan itu antara lain untuk peningkatan kemampuan Detasemen Bravo dalam mengantisipasi dan menanggulangi terorisme.
Pada latihan tersebut mengerahkan sekitar 360 personel antara lain 120 personel Detasemen Bravo.
Sumber: Kemhan