Pages

Selasa, Maret 29, 2011

Kopassus-SAS Australia Latgab Bersama

Kopassus pasukan elite Indonesia
JAKARTA-(IDB):Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat (Kopassus) Mayjen TNI Lodewijk F Paulus mengatakan Komando Pasukan Khusus Australia (SAS) akan membantu daya mampu Kopassus baik dari segi teknik militer, peralatan dan perlengkapan, serta kemampuan bahasa Inggris. "Ini yang kita pelajari kemarin selama latihan bersama 'Dawn Kookabbura' antara Kopassus dan SAS," katanya, usai menghadiri pembukaan Kejuaran Panahan Piala Kasad 2011 di Markas Komando Kopassus di Jakarta, Senin (28/3).

Latihan Bersama Kopassus dan SAS dengan sandi "Dawn Kookabbura" berlangsung di Swan Bourne, Perth, Australia pada pekan terakhir Februari 2011. Dalam Latihan bersama itu, komando pasukan khusus militer kedua negara memfokuskan penanganan terorisme di laut. "Banyak hal yang harus kita pelajari dan tingkatkan lagi, semisal kemampuan penggunaan alat perlengkapan, persenjataan dan bahasa untuk dapat memahami lebih luas prosedur, alat, sistem penanganan terorisme sesuai standar internasional," kata Lodewijk.

Khusus menyangkut kemampuan bahasa, ia mengemukakan, SAS siap mengirimkan instrukturnya untuk memberikan pelajaran dan pemahaman lebih dalam tentang bahasa Inggris terutama terkait teknis militer komando pasukan khusus. "Kita sudah memiliki laboratorium bahasa Inggris, namun untuk 'native speaker' terutama yang menyangkut bahasa teknis militer komando pasukan khusus kita masih minim," ungkap Lodewijk.

Ia menambahkan, kursus bahasa Inggris oleh SAS bagi para personel Kopassus akan dimulai pada September 2011. Kerjasama Kopassus- SAS sempat terhenti sejak 1999 menyusulnya terjadinya kerusuhan di Timor-Timur (kini Timor Leste) seusai jajak pendapat. Pemulihan kerja sama Kopassus-SAS, Australia berawal dari kunjungan Komandan SAS Australia yang kemudian diikuti kunjungan Kepala Staf Angkatan Darat Australia, Letjen Peter Leahy pada akhir 2002.

Langkah pemulihan diambil Australia, pascaledakan Bom Bali I pada Oktober 2002 yang menewaskan sebagian besar warga negara Australia yang tengah berada di Pulau Dewata. Selain Australia, Kopassus juga rutin mengadakan latihan bersama dengan Singapura dan Thailand. Kini Kopassus tengah merumuskan kembali latihan bersama dengan pasukan khusus Amerika Serikat (AS) yang juga sempat terhenti pada sekitar sebelas tahun silam, karena dugaan pelanggaran HAM oleh TNI di Timor-Timur.

Sumber: Republika

China Pemegang Rekor Hukuman Mati Terbanyak

Tampak seorang eksekutor sedang mengeksekusi terpidana mati.
LONDON-(IDB):Jumlah hukuman mati yang dijatuhkan di Cina adalah yang tertinggi di dunia. Ini tercantum pada statistik hukuman mati yang diterbitkan organisasi kemanusiaan, Amnesty International, yang diterbitkan Senin (28/03).  

Menurut Amnesty International jumlah hukuman mati di seluruh dunia berkurang tahun lalu. Di samping itu organisasi itu memperkirakan, tahun lalu ribuan orang dijatuhi hukuman mati di Cina. Itu lebih banyak dari jumlah seluruhnya angka hukuman mati dari negara-negara lainnya di dunia. Di negara-negara lain, jumlah totalnya 527. Di Cina, pelaku pelanggaran kecil juga dapat dijatuhi hukuman mati. Jadi tidak hanya pembunuhan, melainkan juga korupsi dan kejahatan kecil di bidang ekonomi.

Orang perlu hukuman mati sebagai ancaman agar tidak ada yang melakukan pelanggaran, demikian alasan resmi pemerintah. Di jalan-jalan ibukota Beijing, pemerintah mendapat banyak dukungan. Misalnya dari seorang pejalan kaki, yang mengatakan, hukuman mati diperlukan. Kalau tidak, masyarakat akan terlalu kacau-balau. Terutama korupsi yang meraja-lela di Cina menyebabkan kemarahan rakyat.

Perubahan dalam 30 Tahun Terakhir

Walaupun hukuman mati di Cina jumlahnya sangat banyak, perubahan dalam pelaksanaannya juga ada dalam 30 tahun terakhir, sejak negara itu membuka diri. Dulu, hukuman tembak dilaksanakan di depan umum. 

Tetapi sejak 1980-an dilarang, karena merusak citra negara. Di masa kini, hukuman dilaksanakan di sel penjara atau di bus yang spesial disiapkan untuk itu. Demikian dilaporkan organisasi pertolongan narapidana "Dui Hua" yang berkantor di California, AS. Sekarang suntikan racun juga semakin sering menggantikan tembakan peluru.

Sejak mahkamah tertinggi harus memeriksa setiap hukuman mati mulai tahun 2007 lalu, jumlahnya juga berkurang. Demikian dikatakan pakar hukum Liu Renwen dari Akademi Ilmu-Ilmu Sosial Cina. Ia menjelaskan, cara itu bertujuan agar keputusan hukuman mati di semua propinsi tidak dijatuhkan dengan mudah, sehingga jumlah hukuman berkurang.

Rahasia Negara

Jumlah tepat hukuman mati dijaga ketat di Cina. Para pakar juga membicarakannya secara rahasia, karena takut menghadapi kesulitan. Organisasi seperti Dui Hua memperkirakan, dalam 10 tahun terakhir, jumlahnya berkurang 50%. Awalnya 10.000 per tahun. Rupanya, pemerintah juga berniat untuk terus menurunkan jumlah hukuman. Tetapi penghapusan sepenuhnya hukuman mati membutuhkan syarat dan kondisi tertentu yang sampai sekarang belum ada. Demikian keterangan pemerintah

Juga profesor Liu Renwen, yang menentang hukuman mati, tidak melihat kemungkinan itu. Ia menjelaskan, "Undang-undang harus mencerminkan nilai-nilai harmonis masyarakat, juga keinginan dan tuntutan mayoritas masyarakat. Jadi hukuman mati hanya dapat dikurangi secara bertahap, tidak bisa mendadak."

Reformasi Hukuman Mati

Sebulan lalu, sebuah reformasi hukuman mati diresmikan. Dulu, 68 pelanggaran diancam hukuman mati. Sekarang jumlahnya menjadi 55. Yang tidak lagi diancam hukuman terberat itu, antara lain penyelundupan hewan langka dan pencurian benda arkeologis. Namun aktivis HAM memperkirakan, reformasi itu tidak akan mempengaruhi jumlah hukuman mati. Karena untuk banyak pelanggaran yang sekarang dicoret dari daftar, hukuman mati sudah tidak dijatuhkan lagi dalam beberapa tahun belakangan.

Di samping Cina, Amnesty International menyatakan kekhawatiran atas Malysia, di mana 114 hukuman mati dijatuhkan tahun lalu. Lebih dari separuhnya terhadap kriminalitas menyangkut obat-obat terlarang. Di Iran, Pakistan, Arab Saudi, Sudan dan Uni Emirat Arab, tahun lalu hukuman mati tetap dijatuhkan kepada anak-anak di bawah usia dewasa, padahal itu sudah dilarang dalam kesepakatan HAM internasional. 

Setelah Cina, Iran menduduki peringkat kedua dengan sedikitnya 252 hukuman mati. Korea Utara, sedikitnya 60, Yaman sedikitnya 53, AS 46 hukuman mati dan Arab Saudi, sedikitnya 27.


Sumber: Seruu

Qadhafi Dalam Kepungan Sekutu




Illustration : Bagaimana alat perang Sekutu mengepung dan menggempur Libya, dengan di dukung pesawat tempur dan rudal super canggih  benar-benar menbuat libya menjadikan mainan baru bagi negara-negar sekutu....


Sumber: Tempo

Sekutu Hancurkan Zona Udara Libya


TRIPOLI-(IDB):Pasukan koalisi yang terdiri atas Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis berupaya menghancurkan kekuatan udara militer Libya. Kemarin Angkatan Udara Prancis berhasil merontokkan lima jet latih dan tiga heli militer Libya di Misurata.


"Kami mengerahkan 20 jet tempur didukung sebuah pesawat mata-mata AWACS," ujar Panglima Komando Pasukan Prancis Laksamana Edouard Guillaud. Saat disergap, kata dia, jet-jet latih dan heli Libya itu sedang bersiap menggelar serangan udara. Padahal negara tersebut sudah dibatasi oleh Zona Larangan Terbang yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa.


Serangan itu membuat Libya terpukul. Terlebih sejumlah pesawat tempur mutakhir Libya, seperti Sukhoi dan Mirage, telah dibawa pilotnya melarikan diri setelah menolak perintah menggempur kelompok oposisi. 

"Secara efektif, Angkatan Udara Libya sudah tak eksis lagi," kata Marsekal Madya Greg Bagwell dari Angkatan Udara Inggris. Inggris kemarin juga ikut membombardir pasukan Libya.


Tanpa dukungan dari udara, pasukan pro-Qadhafi pun dapat dipukul mundur meski terus melakukan perlawanan. Kelompok penentang pemimpin Libya, Kolonel Muammar Qadhafi, kemarin berhasil merangsek hingga ke Ajdabiyah dan Brega. Pemberontak juga merebut sejumlah kota ladang minyak yang sempat jatuh ke tangan militer pro-Qadhafi, seperti Es Sider, Ras Lanuf, Brega, Zueitina, dan Tobruk, di bagian utara negeri tersebut.
"Kami akan ke Sirte," ujar Marjai Agouri, seorang pemberontak berumur 25 tahun.

Menurut televisi setempat, serangan udara pasukan sekutu itu telah menelan korban jiwa militer dan sipil. "Kami kehilangan banyak nyawa, militer dan sipil," ujar juru bicara pemerintah, Mussa Ibrahim. Para pejabat Libya mengatakan serangan koalisi telah menewaskan hampir 100 warga sipil. Paus Benediktus XVI pun angkat bicara. "Saya prihatin atas keselamatan dan keamanan penduduk," kata Paus di Vatikan.
Libya mengatakan siap melaksanakan peta jalan perdamaian yang ditetapkan Uni Afrika untuk mengatasi krisis di negara itu seperti dikatakan Sekretaris Jenderal Kongres Rakyat Umum Libya Mohammed al-Zwai di Addis Ababa. "Asalkan diberi mandat oleh Dewan Keamanan dan Perdamaian Uni Afrika."

Sumber: Tempo

Tentara Sekutu Tidak Akan Persenjatai Pemberontak Libya

LONDON-(IDB):Menteri Pertahanan Inggris menyatakan bahwa pasukan koalisi tidak akan mempersenjatai pemberontak yang ada di Libya untuk melawan pasukan Muamar Khadafi, Minggu (27/3).
Memasok senjata pada kelompok pemberontak untuk membuat daya tembak (mereka) lebih unggul atas pasukan Khadafi akan melanggar embargo senjata PBB, katanya.

"Kami tidak akan mempersenjatai pemberontak, kami tidak merencanakan untuk mempersenjatai pemberontak," papar Fox pada televisi BBC dari satu pertemuan NATO di Brussels, tempat aliansi itu tampaknya telah merencanakan untuk mengambil komando operasi militer terhadap pemimpin Libya tersebut.

Ada embargo senjata di seluruh negara Afrika utara itu dan "Kita harus menerima hal itu", lanjutnya.

Komentarnya itu muncul setelah surat kabar Inggris Sunday Times melaporkan bahwa London dan sekutu-sekutunya sedang menyusun rencana untuk mempersenjatai pemberontak Libya guna mempercepat kekalahan Khadafi, dengan mengutip sumber-sumber pertahanan.

Inggris adalah satu dari beberapa negara yang mengambil bagian dalam intervensi berdasar sebuah resolusi PBB untuk melaksanakan zona larangan terbang dan melindungi penduduk sipil.

Fox lebih lanjut mengatakan bahwa kemajuan belakangan ini yang dibuat oleh pemberontak Libya di sepanjang pantai berarti mereka mungkin bermaksud untuk merebut kendali atas semua kapasitas ekspor minyak negara itu, yang dapat menimbulkan "dinamika yang sangat berbeda".

"Ketika mereka (pemberontak) bergerak mengitari pantai, tentu saja, mereka akan makin menguasai tempat-tempat minyak Libya yang ada dan jika mereka terus bergerak mengitari pantai dari Brega ke Ras Lanuf di pantai itu, hal tersebut berarti mereka akan menguasai hampir sebagian besar dari semua ekspor minyak Libya," katanya.

"Itu akan menghasilkan dinamika yang sangat berbeda dan keseimbangan yang sangat berbeda di Libya. Bagaimana hal itu akan disoroti dari sudut pendapat umum dan rezim Khadafi masih harus dilihat." Setelah hampir kehilangan kota Benghazi, markas besar mereka di timur, sebelum serangan udara koalisi dimulai pada 19 Maret lalu, pemberontak sekarang dengan cepat mendesak ke arah barat.

Sumber: Seruu

Turki Bersama Azerbaijan Kembangkan Senapan Serbu

Turki akan produksi senapan berat anti-material Istiglal IST-12.7 atas lisensi dari Azerbaijan.

BAKU-(IDB):Turki mengajak Azerbaijan bekerja sama mengembangkan senapan serbu infantri modern diungkapkan Akif Akgul manager pemasaran dan penjualan ekspor Turkey’s Machinery and Chemistry Industry Organization (MKEK) pada kantor berita APA, Sabtu (26/3).

Turki sedang menunggu tanggapan pihak Azerbaijan. Azerbaijan menyambut baik tawaran proyek bersama tetapi belum memberikan keputusan resmi pada Turki. Senapan serbu baru ini tidak sama dengan G3, M16 ataupun Kalashnikov. Kaliber senapan 7,65 x 51 dirancang oleh para ahli Turki menurut standar NATO.

Akgul menambahkan MKEK telah menyelesaikan tiga prototipe senapan dan akan mulai diproduksi setelah menyelesaikan serangkaian pengujian.



Sumber: Apa

Indobat Juara Umum Dalam Unifil Inter Contingent Lawn Tennis



NAQOURA-(IDB):Satgas Batalyon Mekanis Konga XXIII-E/Unifil (Indobatt) berhasil menyumbangkan 1 Emas dan 1 Perak pada ajang kejuaraan Unifil Inter Contingent Lawn Tennis yang digelar di Markas Unifil - Naqoura, beberapa waktu lalu.   Turnamen ini diikuti oleh delapan Kontingen yang berasal dari Indonesia, Brasil, Denmark, Perancis, Spanyol, Malaysia, Ghana dan Nepal.  

Kontingen Indonesia berhasil tampil sebagai Juara Umum dengan merebut 2 Emas, 3 Perak dan 1 Perunggu.

Indobatt yang turut memperkuat Kontingen Indonesia menurunkan dua atlet tenis lapangan andalannya atas nama Mayor Inf Budi Santosa dan Lettu Inf Iftanul Fikri. Mayor Inf Budi Santosa yang sehari-harinya menjabat Kasi Intel Indobatt turun pada nomor tunggal dan ganda.

Pada nomor tunggal Mayor Inf Budi berhasil meraih medali Perak setelah di Final menghadapi Mayor Garcia dari Kontingen Spanyol. Mayor Budi sukses merebut medali Emas melalui all Indonesian final, setelah pada nomor ganda berpasangan dengan Kapten Inf Gustiawan serta berhasil mengalahkan pasangan Kapten Laut Andri dan Kapten Pom Sindhu.

Dalam wawancaranya kepada Perwira Penerangan Indobatt - Kapten Pasukan Banu Kusworo, Mayor Budi menyampaikan sangat bersyukur telah sukses melaksanakan tugas sebagai perwakilan Indobatt pada ajang yang cukup bergengsi dalam rangkaian turnamen olahraga antar Kontingen di jajaran Unifil.  

”Saya merasa bangga akhirnya berhasil menyumbangkan emas pertama dan itu saya dedikasikan untuk Indobatt dan Kontingen Indonesia”, ungkapnya. Rasa bangga itu makin lengkap ketika Director of Mission Support - Mr Girish Sinha menyerahkan medali kepada Kasi Intel pada upacara penutupan turnamen.

Sementara itu, Komandan Indobatt Letkol Inf Hendy Antariksa pada kesempatan apel penyambutan atlet, Minggu (27/3) memberikan ucapan terima kasih kepada mereka yang telah bertanding dan berhasil mengharumkan nama Kontingen Indonesia. ”Saya berharap kepada seluruh prajurit yang telah ditunjuk menjadi atlet dalam rangka turnamen olahraga antar Kontingen di jajaran Unifil agar mencontoh keberhasilan dua atlet tenis kita yang telah berjuang dengan maksimal dan memberikan hasil terbaiknya”, pungkasnya.

Sumber: Seruu

TNI AU Dibalik Insiden Bawean


F-18 Super Hornet AU Amerika

GLOBAL-(IDB):Dalam tulisan kami sebelumnya, sekelumit kami kisahkah kejadian memalukan yang dialami TNI Angkatan Udara ketika pesawat F-19 Horent Amerika Serikat melewati wilayah kedaulatan udara Republik Indonesia. Namun apa daya, pesawat F-16 TNI AU gagal menghadang manuver angkatan udara AS. Sejarah kelam TNI AU tersebut belakangan popular dengan sebutan insiden Bawean.

Insiden Bawean adalah duel udara pesawat tempur F-16 TNI-AU dengan pewat tempur F/A 18 Hornet milik Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) yang menerobos masuk wilayah Indonesia di atas kepulauan Bawean. Mulanya orang nyangka ini hanya sekadar latihan militer atau simulasi perang-perangan. Ternyata ini kisah nyata.

Tepatnya pada 3 Juli 2003, kawasan udara di atas Pulau Bawean sontak memanas ketika lima pesawat asing yang kemudian diketahui sebagai pesawat F/A 18 Hornet terdeteksi radar TNI AU.

Dari pantauan radar, kelima Hornet terbang cukup lama, lebih dari satu jam dengan manuver sedang latihan tempur. Untuk semenntara Kosek II Hanudnas (Komando Sektor II Pertahanan Udara Nasional) dan Popunas (Pusat Operasi Pertahanan Udara Nasional) belum melakukan tindakan identifikasi dengan cara mengirimkan pesawat tempur karena kelima Hornet kemudian menghilang dari layar radar.

Sekitar dua jam kemudian, Radar Kosek II kembali menangkap manuver Hornet. Karena itu panglima Konanudnas menurunkan perintah untuk segera melakukan identifikasi. Apalagi manuver sejumlah Hornet itu sudah mengganggu penerbangan komersial yang akan menuju ke Surabaya dan Bali serta sama sekali tak ada komunikasi dengan ATC terdekat.

Lalu, dua pesawat tempur buru sergap F-16 TNI-AU yang masing-masing diawaki Kapten Pnb. Ian Fuadi/Kapten Fajar Adrianto dan Kapten Pnb. Tony Heryanto/Kapten Pnb. Satro Utomosegera disiapkan.

Misi kedua F-16 itu sangat jelas yaitu melakukan identifikasi visual dan sebisa mungkin menghindari konfrontasi mengingat keselamatan penerbang merupakan yang utama.
Selain itu, para penerbang diminta agar tidak mengunci (lock on) sasaran dengan radar atau rudal sehingga misi identifikasi tidak dianggap mengancam. Namun demikian, untuk menghadapi hal yang terduga kedua F-16 masing-masing dua rudal AIM-9 P4 dan 450 butir amunisi kanon kaliber 20 mm.

Menjelang petang, Falcon Fligh F-16 melesat ke udara dan tak lama kemudian kehadiran mereka langsung disambut dua pesawat Hornet. Radar Falcon Fligh segera menangkap kehadiran dua Hornet yang terbang cepat dalam posisi siap tempur. Perang radar atau jamming antara kedua pihak pun berlangsung seru. Yang lebih menegangkan pada saat yang sama, F-16 yang berada pada posisi pertama telah dikunci, lock on oleh radar dan rudal Hornet. F-16 kedua yang terbang dalam posisi supporting Fighter juga dikejar oleh Hornet lainnya. Namun posisi F-16 kedua lebih menguntungkan. Jika memang harus terjadi dog fight ia bisa melancarkan bantuan.

Untuk menghindari sergapan rudal lawan seandainya memang benar-banar diluncurkan, F-16 pertama lalu melakukan manuver menghindar, yakni hard break berbelok tajam hampir 90 derajat ke arah kanan dan kiri serta melakukan gerakan zig-zag. Manuver tempur itu dilakukan secara bergantian baik oleh F-16 maupun Hornet yang terus ketat menempel. Melihat keadaan yang semakin memanas, F-16 kedua lalu mengambil inisiatif menggoyang sayap (rocking wing) sebagai tanda bahwa kedua pesawat F-16 TNI-AU tidak mempunyai maksud mengancam.

Sekitar satu menit kemudian, kedua F-16 berhasil berkomunikasi dengan kedua Hornet yang mencegat mereka. Dari komunikasi singkat itu akhirnya diketahui bahwa mereka mengklaim sedang terbang di wilayah perairan internasional. "We are F-18 Hornets from US Navy Fleet, our position on International Water, stay away from our warship". F-16 pertama lalu menjelaskan bahwa mereka sedang melaksanakan patroli dan bertugas mengidentifikasi visual serta memberi tahu bahwa posisi F-18 berada di wilayah Indonesia. Mereka juga diminta mengontak ke ATC setempat, karena ATC terdekat Bali Control belum mengetahui status mereka.

Usai kontak Hornet AS itu terbang menjauh sedang kedua F-16 TNI-AU return to base, kembali ke pangkalannya Lanud Iswahjudi Madiun. Selain berhasil bertemu dengan Hornet, kedua F-16 TNI-AU juga melihat sebuah kapal perang Frigat yang sedang berlayar ke arah timur. Setelah kedua F-16 mendarat selamat di pangkalan TNI-AU menerima laporan dari MCC Rai (ATC Bali) bahwa fligh Hornet merupakan bagian dari armada US Navy. Namun yang paling penting dan merupakan tolak ukur suksesnya tugas F-16, Hornet AL AS itu baru saja mengontak MCC RAI dan melaporkan kegiatannya.

Keesokan harinya TNI-AU terus mengadakan pemantauan terhadap konvoi armada laut AS itu dengan mengirimkan pesawat intai B737. Hasil pengintaian dan pemotretan menunjukkan bahwa armada laut AS yang terdiri dari kapal induk USS Carl Vinson, dua frigat dan satu destroyer sedang berlayar diantara Pulau Madura dan Kangean menuju Selat Lombok. Selama operasi pengintaian itu pesawat surveillance B737 terus dibanyangi dua F/A 18 Hornet AL AS. Bahan-bahan yang didapat dari misi itu kemudian dipakai oleh pemerintah untuk melancarkan "keberatan" secara diplomatik terhadap pemerintah AS.
Sumber: The Global

Pembelian Pesawat F-16 Sangat Merugikan Indonesia

F-16 Pesawat empur multi fungsi dan tercanggih di kelasnya

GLOBAL-(IDB):Ada kabar terkini, bahwa Pemerintah Indonesia via Departemen Pertahanan dan Markas Besar TNI sudah pada fase-fase akhir kesepakatan untuk membeli pesawat jet tempur F-16 buatan Amerika Serikat. Ini bukan perkembangan yang cukup menggembirakan. Justru mengkuatirkan.

Betapa tidak. Sebagai produksi buatan Amerika, pesawat jet tempur F-16, Amerika praktis telah mengetahui kelemahan-kelemahannya yang paling utama dari produk-produk militernya yang dijual ke negara-negara lain. Tak terkecuali pesawat jet tempur F-16.

Mau Bukti? Mari kita tengok kejadian beberapa waktu yang lalu. Juli 2003, pesawat jet tempur Amerika F-18 Hornet melewati daerah kedaulatan teritorial Indonesia. Ketika Amerika melakukan manuver pesawat ini, pesawat F-16 TNI Angkatan Udara kita waktu itu langsung melakukan pengejaran. Tapi apa yang terjadi kemudian? Pesawat F-16 milik TNI Angkatan Udara dengan serta merta berhasil dikunci sehingga tidak berkutik.

Bayangkan. Kalau Angkatan Udara Amerika waktu mau, bisa saja langsung menembak jatuh pesawat F-16 tersebut. Mengapa bisa sampai terjadi peristiwa yang cukup memalukan bagi TNI Angkatan Udara kita itu? Karena Angkatan udara Amerika tahu persis titik lemah dari F-16 yang notabene produk Amerika itu sendiri. Kita sebagai pengguna, praktis akan berada dalam posisi yang rawan dan berbahaya ketika suatu saat akan berhadapan secara militer dengan Angkatan Udara Amerika.

Apakah hal seperti ini tidak terpikir oleh para penentu kebijakan strategis pertahanan kita di saat dalam waktu dekat ini akan membeli beberapa buah pesawat Jet Tempur F-16?
Sekadar informasi, pesawat tempur F-18 Hornet tersebut sejatinya baru sekadar pesawat yang lepas landas dari kapal induk Amerika. Bisa dibayangkan betapa runyamnya ketika yang harus dihadapi oleh TNI Angkatan Udara kita adalah pesawat Amerika yang tak terdeteksi radar kita seperti jenis F-117.

Para perancang kebijakan strategis Indonesia sudah selayaknya memperhitungkan skenario terburuk ketika terjadi konflik bersenjata antara Indonesia dengan Amerika ataupun dengan salah satu negara sekutu Amerika. Bayangkan. Ketika dengan menggunakan pesawat jenis F-18 Hornet atau F-117, Amerika atau negara sekutu Amerika, bisa dengan mudahnya melakukan pemboman terhadap beberapa kota strategis di Indonesia.

Karena itu, rencana TNI Angkatan Udara untuk membeli ua skuadron pesawat tempur F-16A/B "Fighting Falcon," meskipun dari Hibah, sebaiknya ditinjau kembali.

Bahkan alasan Panglima TNI bahwa kedua pesawat F-16/B Fighting Falcon itu dianggap efektif dan efisien, rasa-rasanya patut diragukan. Apalagi ketika berkembang informasi bahwa untuk proyeksi 2014 mendatang, TNI akan membeli sektiar 6 buah pesawat F-16 produk baru. Benarkah bahwa pengadaan 6 pesawat F-16 tersebut mampu meningkatkan daya tangkal TNI Angkatan Udara kita? Pengalaman pahit TNI AU Juli 2003 lalu sebaiknya jadi bahan pertimbangan serius untuk membatalkan pembelian tersebut.

Sumber: The Global

RI Hibah Meriam ke Papua Nugini


JAKARTA-(IDB):Hibah empat unit meriam Salute Gun dari Republik Indonesia (RI) kepada militer Papua Nugini semakin terbuka. Ini menyusul persetujuan seluruh fraksi di DPR. Rencananya, persetujuan itu akan ditetapkan pada Sidang Parupurna DPR, Selasa (29/3).


"Dalam rapat internal di Komisi I DPR sebelumnya, seluruh fraksi yang ada telah menyetujui hibah tersebut. Selasa, tinggal ketuk palu," ujar Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq, di Jakarta, akhir pekan lalu.


Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Golkar Fayakhun Andriadi mengatakan, sebelum ketuk palu, Komisi I DPR akan melakukan pembahasan internal pada Senin (27/3). Agenda rapat, membahas pandangan fraksi dan dilanjutkan pengambilan keputusan. "Senin akan di-clear dalam rapat internal Komisi I," katanya.


Mahfudz menjelaskan, seluruh fraksi Komisi I DPR punya pandangan bahwa hibah itu tak akan memengaruhi kekuatan militer Indonesia. Artinya, ketersediaan meriam Indonesia masih mencukupi. Apalagi, meriam Salute Gun yang akan dihibahkan merupakan seri lama. "Hibah meriam itu, didasari bahwa Indonesia memiliki kelebihan stok," ujarnya.


Alasan lain, tutur Mahfudz, hibah empat unit meriam Salute Gun untuk mengurangi biaya perawatan meriam itu. Masyarakat, tutur Mahfudz, tak perlu khawatir karena meriam yang dihibahkan itu bukan termasuk kategori persenjataan perang atau alutsista. "Ini bukan kategori alutsista kok, jadi tidak perlu curiga berlebihan. Kecuali menyangkut persenjataan berat, yang memang kita sendiri masih membutuhkannya," katanya.


Sementara itu, mantan anggota Komisi I DPR Muhammad AS Hikam menyatakan, jika memang betul hibah itu ditujukan pada Papua Nugini, harus dibatalkan. Hibab itu tak dapat dibenarkan karena melanggar penjanjian internasional. "Apalagi jika hibah itu untuk kelompok separatis Papua Nugini, itu jelas mesti dibatalkan hibahnya, karena akan mendapat kecaman dunia internasional," katanya.


AS Hikam sendiri belum mendapatkan informasi lengkap, kepada siapa hibah itu diberikan Indonesia. Yang pasti, menurut dia, kebijakan pemerintah Indonesia untuk mengibahkan meriam Salute Gun terlalu berlebihan (over acting). Pemerintah dan DPR perlu meninjau ulang, di tengah kondisi militer Indonesia masih banyak membutuhkan alat utama sistem persenjataan (alutsista).


Menurut dia, Indonesia masih minus dalam hal persenjataan tersebut. Sehingga sangat ironis, jika alutsista yang dibeli dengan uang rakyat dari impor itu, justru diberikan pada pihak lain.


"Sayang kalau peralatan itu masih bagus dan kita masih memerlukannya kenapa mesti disumbangkan pada negara lain. Apalagi jika alutsista tersebut di impor dan dibeli dari uang rakyat," kata Hikam.


Pendapat senada disampaikan pengamat militer dan intelijen Suripto, bahwa hibah meriam itu tak perlu direalisasikan. Indonesia masih perlu melengkapi alutsistanya untuk menjaga kedaulatan NKRI.


Apalagi dalam era sekarang ini, dia mengatakan, hampir seluruh negara di Asia sedang membangun kekuatan militer dan melengkapi alutsistanya.

Sumber: The Global