Pages

Selasa, Agustus 30, 2011

Yonif 202 TNI AD Gelar Uji Fungsi Ranpur Pindad

JAKARTA-(IDB) : Komandan Batalyon Infanteri 202/Tajimalela Letnan Kolonel Inf Heru Agung Aryandhono pimpin penataran alutsista dan Kendaraan Tempur ANOA 6×6 buatan Pindad bertempat di Mako Batalyon Infanteri 202/Tajimalela Rawalumbu Bekasi Jawa Barat.

Yonif 202/Tajimalela Juni 2011 lalu menerima 45 unit ranpur ANOA 6×6 dalam rangka memenuhi kebutuhan pembentukan Batalyon infanteri Mekanis (Yonif Mekanis)TNI-AD dalam upaya meningkatkan kekuatan pertahanan.

Mengingat pentingnya ranpur ini dalam pelaksanaan tugas-tugas TNI-AD, maka Danyonif Letnan Kolonel Inf Heru Agung Aryandhono mengadakan kegiatan Latihan bagi para awak yang mengemudikan Ranpur Anoa 6×6. Latihan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan awak menjadi pengemudi Ranpur.

Latihan diikuti 45 orang Tamtama yang dilaksanakan selama 3 hari, pada tanggal 18–20 Agustus 2011. Praktek latihan mengemudi kali ini di lakukan di Kompleks Perumahan Delta Mas Cikarang Kab. Bekasi.

Danyonif turut mengecek langsung ke lapangan kegiatan tersebut dan memberikan penekanan kepada seluruh peserta tentang pentingnya pemeliharaan materil terutama Ranpur Anoa 6×6 yang baru diterima. 

Sumber : Poskota

AS Peringatkan Ekspansi Militer China

WASHINGTON-(IDB) : Pentagon mengeluarkan sejumlah peringatan terbaru, Rabu (24/8/2011), tentang ekspansi militer China yang bisa memicu ketegangan baru dan kesalahpahaman yang berbahaya.

"Langkah dan cakupan investasi berkelanjutan militer China telah memungkinkan negara itu mengejar kemampuan-kemampuan yang kami yakin berpotensi untuk mendestabilisasi keseimbangan militer kawasan, meningkatkan risiko kesalahpahaman dan salah perhitungan serta bisa berkontribusi pada ketegangan dan kecemasan regional," kata Deputi Asisten Menteri Pertahanan untuk Asia Timur, Michael Schiffer.

"Kemampuan-kemampuan tersebut bisa meningkatkan opsi Beijing untuk menggunakan kekuatan militer demi mendapatkan keuntungan diplomatik, mengutamakan kepentingannya atau menyelesaikan sengketa militer menurut kesukaannya."

Survei tahunan tentang isu-isu pertahanan dan keamanan yang mencakup China menghasilkan sebuah litani keprihatinan jangka pendek dan berkelanjutan dalam beberapa tahun terakhir. Laporan-laporan terakhir berfokus pada pengeluaran yang secara keseluruhan meningkat pada militer; penyempurnaan rudal balistik dan rudal anti-kapal; transparansi yang kurang terkait anggaran dan kapasitas militer; dan peningkatan pengeluaran pada upaya untuk meretas komputer militer AS.

Sebuah tema yang konsisten dalam laporan-laporan itu adalah ancaman potensial akibat pertumbuhan militer negara Komunis itu terhadap stabilitas kawasan, dan khususnya bagi Taiwan.

Sebuah laporan rahasia telah disampaikan ke Kongres dan sebuah versi setebal 83-halaman telah dibuka ke publik. Anggota Kongres dari Partai Republik, Howard P "Buck" McKeon, yang juga ketua Komite Angkatan Bersenjata Kongres,  mengatakan, Kongres "akan meninjau penilaian itu secara lebih rinci" dalam beberapa minggu mendatang. Namun ia mencatat dua hal menonjol dalam laporan itu.

"Pertama, kegigihan Beijing dan kemampuan militer, khususnya kemampuan China untuk menolak akses ke Pasifik barat, merupakan kekhawatiran yang meningkat, tidak hanya bagi Amerika Serikat tetapi juga bagi tetangga China, yang menyebabkan perubahan dalam postur aktor militer regional," kata anggota Kongres asal California itu dalam sebuah pernyataan. "Ini memiliki konsekuensi signifikan bagi keamanan dan stabilitas kawasan.

"Kedua, China dengan jelas yakin bahwa negara itu dapat memanfaatkan krisis keuangan global, menggunakan ketidakpastian ekonomi Amerika Serikat sebagai jendela kesempatan untuk memperkuat kepentingan ekonomi, diplomatik, dan keamanan China," katanya. "Oleh karena itu, keamanan di Pasifik bisa lebih membahayakan jika sekutu regional kami juga percaya bahwa Amerika Serikat akan mengorbankan kehadiran dan kemampuan militer AS dalam upaya untuk mengontrol pengeluaran," kata McKeon. "Ini merupakan hasil yang tidak dapat diterima di suatu wilayah sepenting itu di dunia."

Laporan Pentagon itu menyebut upaya-upaya baru untuk berbagi informasi militer dengan Beijing, dan Petangon memuji China untuk keterlibatan internasionalnya di berbagai bidang seperti bantuan kemanusiaan dan bencana dan melawan bajak laut.  Namun AS terus menyuarakan keprihatinannya tentang peningkatan kemampuan militer China, termasuk pengujian pesawat jet tempur siluman, percobaan laut sebuah kapal induk yang dibeli dan dibangun kembali dan pengembangan kemampuan-kemampuan baru di  laut, di ruang angkasa dan online.

"Ada pertanyaan sangat serius, terkait tren secara keseluruhan dan cakupan dan skala usaha modernisasi militer China," kata Schiffer di Pentagon. "Saya tidak akan menempatkan itu hanya pada setiap platform tertentu atau satu sistem tertentu." Dia memperkirakan, China akan terus mengembangkan kapal induk yang dibeli dari Ukraina tahun 1998 dan kemampuan tempurnya, serta membangun kapal-kapal baru. "Kami berpikir China sedang melakukan upaya untuk membangun kapal induk sendiri," kata Schiffer. "Saya tidak berspekulasi tentang jumlah, tapi kemungkinan lebih dari satu, yang sedang dikembangkan di masa depan."

Sumber: Kompas

Russia Successfully Test Launches Troubled Missile

MOSKOW-(IDB) : Russia on Saturday successfully test fired its new nuclear-capable Bulava intercontinental missile which it hopes will become a key strategic weapon despite a string of setbacks, the Kremlin said.

The missile was fired from the Yury Dolgoruky submarine in the White Sea to its target area the Pacific Ocean at the distance of its maximum range, which is believed to be 8,000 kilometres (4,970 miles).

"Defence Minister Anatoly Serdyukov reported to President Dmitry Medvedev that the latest test of the intercontinental ballistic missile Bulava was successful," the Kremlin said in a statement.

The success will be a major boost for the Russian armed forces after a similar successful test from the Yury Dolgoruky, part of a new class of Russian submarines, on June 28.

The Bulava (Mace) had become one of the Russian military's biggest headaches after a series of failed tests in previous years raised questions about its future viability.

According to the Interfax news agency, Russia has now carried out 16 tests of the Bulava, seven of which ended in failure. Russia is planning several more launches this year, including a possible multiple firing of several missiles.

The most embarrassing setback was in late 2009 when the missile's failure caused spectacular images in the sky above the Norwegian city of Tromso that locals initially put down to a meteor, the northern lights or even a UFO.

Its planned incorporation into the armed forces is part of a wide-ranging military reform aimed at updating the military's Soviet-era structures and equipment to bring them in line with the demands of modern warfare.

The Bulava can be equipped with up to 10 individually targeted nuclear warheads capable of changing their flight trajectory. It is to be a cornerstone of the nuclear forces strategy up to 2040-2045, according to Interfax.
Source: Defencetalk

Iran Produksi Massal Roket Anti Tank

TEHRAN-(IDB) : Menteri Pertahanan Iran Jenderal Ahmad Vahidi telah meresmikan garis produksi massal roket anti-baja untuk menghancurkan tank, kendaraan lapis baja dan depot amunisi musuh.
 
Roket 73-milimeter memiliki hulu ledak yang dapat menghancurkan target pada jarak 1.300 meter, IRNA mengutip keterangan Jenderal Vahidi pada hari Senin (29/8).

Dia menambahkan bahwa roket ringan dengan presisi tinggi, cocok untuk darat dan operasi taktis, yang dapat memainkan peran penting dalam menghancurkan target jarak dekat dan jauh serta perang konvensional dan gerilya.

Desain Kementerian Pertahanan Iran bertujuan menghasilkan senjata untuk meningkatkan mobilitas operasional pasukan, jelas Vahidi.

Dia menambahkan bahwa produksi massal rudal anti-baja adalah bukti lain kemampuan tinggi industri pertahanan Iran terhadap ancaman.

Pada hari Sabtu, Iran telah berhasil memproduksi serat karbon, bahan strategis yang digunakan dalam sistem pertahanan serta proyek-proyek sipil.

Dalam beberapa tahun terakhir, Iran telah membuat prestasi besar di sektor pertahanan dan mencapai swasembada dalam memproduksi peralatan dan sistem militer penting.

Republik Islam Iran telah berulang kali meyakinkan bahwa kekuatan militernya bukan ancaman bagi negara-negara lain dan menyatakan doktrin militer Iran didasarkan pada pertahanan.

Sumber: Irib

MiG Denies Stealth Technology Transfer To China For J-20 Fighter

MOSKOW-(IDB) : Russia has never transferred any stealth technology to China to assist it with its J-20 Black Eagle fifth-generation stealth fighter prototype, Russian plane maker MiG said on Friday.

"We are not delivering any equipment to China, and never have," MiG spokeswoman Yelena Fyodorova said.

MiG's statement follows claims in the Russian and foreign press last week that China's J-20, unveiled over six months ago, is based on technology and components from the Russian Mikoyan Article 1.44, a stealth technology demonstrator aircraft, development of which was suspended.

Some analysts say the aircraft have close similarities.

"The back end of the J-20 looks awfully like the 1.44, as does the overall layout with delta canards," said Douglas Barrie, an air warfare specialist at the London-based International Institute of Strategic Studies.

"If it's a coincidence, it's a striking one. Russia may have provided technical support, but there is nothing substantial to prove that. China has however relied on Russia for much of its defense procurement for a decade and a half," he added.

China's J-20 Black Eagle is thought to be conceptually similar to the U.S. F-22 Raptor and the Russian T-50 jets, but is likely to be just a technology demonstrator or prototype rather than a viable fighter.

China has been working on a future fighter program since the mid-1990s, but the J-20 is not expected to enter service before 2018-2020.

Earlier in the month, Mikhail Pogosyan, the head of Russia's United Aircraft Corporation said that China's fifth-generation fighter program is more for effect than substance and branded the maiden flight as a "show-off."

China relied on the Soviet Union for much of its aviation technology until the Sino-Soviet split after 1961. China then carried on developing copies of Soviet and Russian aircraft.

Beijing also relies on Russian engines, radars and electronic components for many of its other aircraft, such as the JF-17 fighter it developed jointly with Pakistan.
Source: Defencetalk

Senin, Agustus 29, 2011

Kemampuan Pertahanan Udara Iran Paksa AS Ubah Taktik

TEHRAN-(IDB) : Pejabat tinggi militer Iran menyatakan bahwa pertahanan udara militer Republik Islam Iran telah memaksa spionase AS mengubah taktik penerbangan pesawat pengintai mereka. 
 
Panglima Pangkalan Udara Khatam al-Anbiya, Brigjen Farzad Esmaili, Sabtu (27/8) mengatakan bahwa armada udara Iran telah memaksa pesawat pengintai AS, yang beroperasi di luar zona udara Iran, untuk mengubah operasi penerbangan mereka. Demikian dilaporkan Farsnews (28/8).

Menyinggung manuver militer bersandi Welayat yang digelar tahun lalu, Esmaili mengatakan bahwa "selama manuver tersebut, dua pesawat pengintai Amerika yang dikalim tidak bisa terlihat, diperingatkan, dan dipaksa menjauh dari perbatasan; dan ini menunjukkan kekuatan pengintaian dalam sistem pertahanan udara kita. "

Brigadir Jenderal Esmaili lebih lanjut menjelaskan bahwa radar yang digunakan pada masa lalu adalah radar UHF sedangkan saat ini armada udara Iran memiliki sistem radar VHF dan radar resonansi. Dan saat ini Iran berupaya memproduksi radar HF.

Dalam beberapa tahun terakhir, Iran telah menggapai prestasi besar di sektor pertahanan dan mencapai swasembada dalam memproduksi perlengkapan militer vital, termasuk sistem pertahanan udara.

Namun di sisi lain, Iran juga berulang kali menyatakan bahwa kekuatan militernya bukan ancaman bagi negara lain, mengingat doktrin pertahanan Republik Islam berdasarkan pada asas pencegahan.

Sumber: Irib

ATM Akan Diperkuat APC Panser Produk Pindad Indonesia

KUALA LUMPUR-(IDB) : Kendaraan pengangkut tempur pelbagai guna (APC) Panzer buatan Indonesia mungkin dianggap nama baru dalam industri pertahanan negara, apatah lagi jika dibandingkan dengan RPZ Condor atau SIBMAS yang mempunyai rekod lebih 30 tahun perkhidmatan bersama Angkatan Tentera Malaysia (ATM).

Namun, minat disuarakan Malaysia untuk mendapatkan khidmat APC daripada Perusahaan Industri Angkatan Darat PT (PINDAD) Indonesia, membuka satu lembaran baru kepada industri pertahanan negara, terutama selepas menyaksikan rekod peranan Panzer dalam perkhidmatan infantri Angkatan Darat Tentera Nasional Indonesia (TNI).

Difahamkan, Malaysia dalam proses memuktamadkan rundingan untuk mendapatkan 32 unit APC 6x6 Panzer daripada PINDAD dan hal ini diakui sendiri Pengarah PINDAD, Adik A Soedarsono berdasarkan tempahan pembelian kenderaan APC terbabit yang dilakukan Malaysia dua tahun lalu.

"Setakat ini, kira-kira 30 unit APC 6x6 Panzer sudah siap dipasang dan berdasarkan tempahan, Panzer terbabit dijangka digunakan tentera pengaman Malaysia untuk melaksanakan pelbagai tugasan terutama ketika menyertai misi pengaman Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (PBB)," katanya ketika menerima lawatan rombongan Malaysia diketuai Raja Muda Perlis, Tuanku Syed Faizuddin Putra Jamalullail, di Batu Jajar, Bandung.

Panzer 6x6 adalah APC buatan PINDAD yang digunakan khusus untuk mengangkut infantri di lapangan perang dengan kapasiti muatan 10 penumpang, termasuk tiga krew serta masing-masing satu pemandu, komander dan pengendali senjata.
Sejarah pembangunan Panzer bermula pada 2003 berikutan keperluan mendesak terhadap khidmat APC oleh TNI ketika menjalankan misi di sekitar daerah Acheh, yang kemudian mencetus pembikinan kenderaan Angkut Personel Ringan 4x4 atau lebih dikenali APR-1V.
Susulan khidmat cemerlang APR-1V, PINDAD kemudian membangunkan beberapa siri kenderaan pengangkut mengikut keperluan teknikal termasuk beberapa siri Angkut Personel Sedang (APS) 6x6 termasuk APS-3 dikenali Anoa, sebelum disusuli Panzer APC.

Berdasarkan maklumat, selain PINDAD di Indonesia, Malaysia dilapor meninjau APC keluaran dua lagi syarikat iaitu Dosaan di Korea Selatan dan Renault di Perancis.

Bagaimanapun, dua daripadanya kini disenarai pendek mengikut keperluan operasi APC 6x6 ATM iaitu PINDAD dan Renault.

Panzer 6X6 keluaran PINDAD dibina khusus menggunakan sistem penggerak roda simetri dengan dilengkapi senjata 12.7mm dengan putaran 360 darjah, bersesuaian dengan kehendak serta keperluan operasi TNI.

Menariknya, dengan harganya jauh lebih murah berbanding APC buatan Renault, keupayaannya bukan saja langsung tidak terjejas, malah tetap mampu memainkan peranan dalam situasi tempur sama seperti fungsi dimainkan RPZ Condor yang bertindak sebagai perisai infantri ATM dalam segenap misi yang dilalui.

Antara kelebihan dimiliki APC Panzer terutama Anoa V2 6x6 ialah bahagian atas lubang utamanya sengaja direka berbentuk lebih bulat dan cembung sebagai fungsi pertahanan, terutama mampu memantulkan peluru bila tertembak.

Malah, aspek navigasinya juga dilengkapi sistem persenjataan kawalan jauh yang memungkinkan pengoperasian senjata menggunakan 'joystick'. Ini jauh lebih memudahkan berbanding secara manual sebelum ini.

Kebiasaannya, Panzer keluaran PINDAD menggunakan sistem senjata 'Smoke Shield' dengan kaliber 66 milimeter (mm) dan 'Armanents' 7.62 mm serta 12.7 mm.

Spesifikasi: PT PINDAD Panzer

Setakat ini, kira-kira 30 unit APC 6x6 Panzer sudah siap dipasang dan berdasarkan tempahan, Panzer terbabit dijangka digunakan tentera pengaman Malaysia untuk melaksanakan pelbagai tugasan terutama ketika menyertai misi pengaman Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (PBB). - Adik A Soedarsono, Pengarah PINDAD

Berat - 11 tan (kosong), 14 tan (kombat)

Panjang - 6 meter

Lebar - 2.5 meter

Tinggi - 2.5 meter

Penumpang - 3 + 10 penumpang

Kelajuan - 90km/jam
 
Sumber: BHO

Militer Iran Mampu Pantau Gerak Musuh Dari Jauh

TEHRAN-(IDB) : Seorang komandan senior Iran mengatakan, negara ini mampu memantau dan mengidentifikasi target rudal dan pesawat musuh di luar perbatasan Iran dan siap untuk mengambil tindakan yang diperlukan.
 
Komandan Pangkalan Pertahanan Udara, Khatam al-Anbiya, Brigadir Jenderal Farzad Esmaili mengatakan pada Ahad (28/8) bahwa pangkalan militer Iran akan memanfaatkan potensi maksimal untuk pertahanan negara, termasuk angkatan darat dan Korps Pengawal Revolusi Islam Iran. Ditambahkannya, mereka juga siap untuk menggelar latihan pertahanan udara melampaui batas teritorial Iran, IRNA melaporkan.

Dia menekankan bahwa pangkalan Khatam al-Anbiya sepenuhnya mampu memonitor wilayah udara Iran, Brigjend Esmaili menambahkan, "Kami tidak akan mengorbankan keamanan negara demi kepentingan ekonomi."

"Pangkalan militer tidak akan mengizinkan pesawat mencurigakan untuk memasuki wilayah Iran bahkan jika mereka membawa pendapatan bagi negara," tandasnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, Iran telah membuat prestasi besar di sektor pertahanan dan mencapai swasembada dalam memproduksi peralatan dan sistem militer penting.

Republik Islam Iran telah berulang kali meyakinkan bahwa kekuatan militernya bukan ancaman bagi negara-negara lain dan menyatakan doktrin militer Iran didasarkan pada pertahanan. 

Sumber: Irib

Minggu, Agustus 28, 2011

TNI Akan Bantu Evakuasi 19 WNI Di Libya

JAKARTA-(IDB) : Panglima TNI, Agus Suhartono mengatakan pihaknya akan membantu evakuasi 19 warga Negara Indonesia (WNI) yang masih berada di Libya, setelah negeri tersebut dilanda gejolak politik yang berkepanjangan.
"Kami sedang upayakan membantu evakuasi terhadap 19 WNI itu," ungkap Agus Suhartono di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta, Kamis (25/8) malam.

Panglima TNI menambahkan, saat pengamanan dan evakuasi WNI di Libya masih dilakukan oleh Satuan Tugas yang dibentuk Februari lalu.

Agus mengatakan ke-19 WNI yang sekarang terjebak di Libya sebenarnya pada Februari lalu sudah diajak untuk dievakuasi. Namun, saat itu mereka menolak dengan alasan kondisi keamanan masih belum membahayakan.

Keamanan dan evakuasi WNI di Libya, kata Panglima TNI, masih ditangani kementerian luar negeri.

Terkait dengan upaya evakuasi itu, Mabes TNI masih mengoordinasikannya dengan kementerian luar negeri dan Satuan Tugas pengamanan WNI di Libya.

Sementara itu, situasi di Libya kini dilaporkan semakin tak menentu, terutama setelah para pemberontak mulai menguasai ibu kota Tripoli. 

Sumber: Seruu

China Accuses US Of Exaggerating Military Threat

BEIJING-(IDB) : China's state news agency accused the United States Thursday of "exaggerating" the threat posed by its military, after a report said the Asian nation was expanding its maritime power.

The US defence department said in its annual report to Congress that China was increasingly focused on naval power and had invested in hi-tech weaponry that would extend its reach in the Pacific and beyond.

Xinhua said many people in China found it "weird" that the United States, which spends far more on its military than any other country in the world, should highlight Chinese expenditure.

"The report... exaggerated the threat incurred by China's military development in 2010 to the Asia-Pacific region," Xinhua said in a commentary.

"For many in China, it is weird that the Pentagon, whose expenditures reached nearly $700 billion and accounted for over an appalling 40 percent of the world's total in 2010, routinely points its finger at China."

China's People's Liberation Army -- the largest armed force in the world -- is extremely secretive about its defence programs, which benefit from a huge and expanding military budget boosted by the nation's runaway economic growth.

Beijing announced earlier this year that military spending would rise to 601.1 billion yuan ($91.7 billion) in 2011 and also said it was developing its first stealth fighter jet.

The weapons buildup comes as the Asian economic giant places a growing emphasis on securing strategic shipping lanes and mineral-rich areas in the South China Sea.

Beijing claims sovereign rights to almost all of the South China Sea, although several Southeast Asian countries have competing claims.

Tensions flared this year after the Philippines and Vietnam accused China of becoming increasingly aggressive.

The Pentagon report, released on Wednesday, also renewed US warnings that China was extending its military edge over Taiwan, citing better artillery that could strike targets within or even across the Taiwan Strait.

China considers Taiwan, where the mainland's defeated nationalists fled in 1949, to be a province awaiting reunification, by force if necessary, and Xinhua said the report amounted to "interfering".

"The 94-page report, as usual, interferes with the internal issue of China by making wilful comments on the situation across Taiwan Straits," it said.

Xinhua also accused the Pentagon of "overlooking the country's peaceful defence policy" in its report.

"The Pentagon report, submitted to the Congress by the Pentagon annually pursuant to a US law since 2000, has drawn protest from China over its interfering nature, distortion of facts and baseless speculations," it said.

The dispute over Taiwan, including US arms sales to Taipei, has remained a stumbling block to Washington's attempts at promoting a security dialogue with the Chinese military.

However, Xinhua said relations between the US and Chinese militaries had improved over the past year.

It cited a visit to China last month by US Joint Chiefs of Staff Chairman Mike Mullen, America's top military official. Mullen's Chinese counterpart Chen Bingde visited the United States in May.
Source: Defencetalk

Smart Bases, Electric Vehicles Key Energy Independence Components

DT-(IDB) : The Air Force and other Department of Defense agencies are aggressively pursuing plug-in electric vehicles and vehicle-to-grid infrastructure technologies, DOD leaders told industry representatives at an Electric Vehicle Industry Day here Aug. 23.

"We are here to tell you three things," said Terry A. Yonkers, the assistant secretary of the Air Force for installations, environment and logistics. "We are serious about this; we are going to be the catalyst for the executive branch; and it is time to stop talking and get down to doing it."

PEVs and vehicle-to-grid technology allow installations that generate power from alternative sources to use the power to charge electric vehicles and also use these same vehicles as storage devices. The vehicles reduce reliance on fossil fuels and store power for use either at peak loads (when connected to the grid) or as stand-alone sources of power if the commercial grid fails.

The PEV and vehicle-to-grid technology is two-way. The grid both charges the vehicles and draws from them when called on when not in use.

Within weeks, the Air Force is scheduled to announce the selection of a base where these technologies will be installed and evaluated for wider application.

"Our first concern is making sure (the installation) gets the right vehicles for the jobs they need to do," said Dr. Kevin Geiss, the deputy assistant secretary of the Air Force for energy, office of the assistant secretary of the Air Force for installations, environment and logistics.

"We have a global mission, and it's often the work that gets done at installations that allows us to fulfill this mission," Geiss said. "The (vehicle) fleet supports Airmen doing this work at the installations. They must have the right tools."

Geiss said much of the test base analysis will focus on how PEVs and vehicle-to-grid technology tie in to installation master plans.

"An installation is a system; we need to look at additional capabilities these vehicles can bring," he said.

Installations could theoretically be self-supporting and also generate income through providing power to the commercial grid.

The industry day was an opportunity for DOD leaders to outline for industry representatives why PEV and vehicle-to-grid technologies are being pursued with such vigor, the basic cost parameters and the desired outcomes.
Source: Defencetalk

Sabtu, Agustus 27, 2011

China Report Notes Military Modernization

BEIJING-(IDB) : China’s military is modernizing, but the Chinese government needs to be more forthcoming on why it needs these new capabilities, according to a Defense Department report delivered to Congress today.

Michael Schiffer, deputy assistant secretary of defense for East Asia, briefed Pentagon reporters on the report.

“The United States welcomes a strong, prosperous and successful China that contributes to international rules and norms and enhances security and peace both in the Asia-Pacific region and around the globe,” Schiffer said.

The United States is working to engage China in economic, peacekeeping and humanitarian areas, among others, Schiffer said. A good military-to-military relationship is one part of that engagement, he added, noting that China is working with the international community, for example, to counter piracy off the coast of Somalia and in the Gulf of Aden. The Chinese military also has contributed to earthquake relief in Pakistan and played a role in delivering humanitarian aid to Haiti, he said.

“However,” he added, “the pace and scope of China's sustained military investment have allowed China to pursue capabilities that we believe are potentially destabilizing to regional military balances, increase the risk of misunderstanding and miscalculation, and may contribute to regional tensions and anxieties.”

The capabilities could pose a temptation for the Chinese government to use military force “to gain diplomatic advantage, advance its interests, or resolve … disputes in its favor,” Schiffer said. This danger, he told reporters, re-emphasizes the need for a sustained and reliable military-to-military dialogue between the United States and China.

China’s army is on track to realize its goal of building a modern, regionally focused military by 2020, the report says. But China’s ability to sustain military power at a distance today remains limited.

This may change shortly, Schiffer said. This month, China has conducted sea trials of a Kuznetsov-class aircraft carrier it purchased from Ukraine and refurbished.

“The aircraft carrier could become operationally available to China’s navy by the end of 2012, we assess, but without aircraft,” Schiffer said. “It will take a number of additional years for an air group to achieve the sort of minimal level of combat capability aboard the carrier that will be necessary for them to start to operate from the carrier itself.”

The Chinese continue to invest in submarines, and China’s navy is investing in new surface combatants designed for anti-surface and anti-air warfare, Schiffer said, and construction of a major naval base on Hainan Island is complete. “And this base, we assess, is large enough to accommodate a mix of ballistic missiles, submarines and large surface combatants, including aircraft carriers,” he added.

China is also investing in aircraft and missiles. In January, the Chinese air force flight-tested its next-generation fighter prototype. The aircraft includes stealth attributes, advanced avionics and supercruise-capable engines, Schiffer said.

Space also is a focus of China’s military modernization, with a record 15 launches in 2010.

While relations with Taiwan and China have improved markedly in most areas, Schiffer said, the Chinese military still focuses on a cross-strait contingency. China also seems to be stressing maritime territorial claims in the South China Sea – an area where roughly 50 percent of the world’s trade travels.

The Chinese military also has demonstrated in recent years the capability to conduct limited peacetime deployments of modern forces outside Asia.

“This includes multiple counterpiracy deployments to the Gulf of Aden and increasing participation in international humanitarian and disaster … relief efforts,” Schiffer said. “Investments in large amphibious ships, a new hospital ship, long-range transport aircraft and improved logistics have made these sorts of missions a practical reality.” These peacetime operations provide China’s military with a valuable operational experience and also serve the government’s diplomatic objectives, he added.

The modernization shows no sign of slowing, the report says, as the Chinese military received a 12.7 percent budget increase this year. The report acknowledges the difficulty in figuring how much China spends on its military, but estimates it at around $165 billion. “That continues more than two decades of sustained budgetary growth,” Schiffer told reporters.

The Chinese have made some incremental improvements in transparency in recent years, he said, but a number of uncertainties remain.

“We will continue, and we do continue, to encourage China to improve transparency and openness, to act in ways that support and strengthen common political, economic and diplomatic interests of the region and of the international community,” Schiffer said.

In the past, the Chinese have objected to the release of the report. Schiffer said he hopes the Chinese government and military will look at it differently this year.

“The report can best be read not simply as a piece of analysis, but really as the sets of questions and issues that we would like to be able to engage in dialogue and discussion with our Chinese counterparts about,” he said. “These are the questions and the issues that we think that it's important for us to be able to understand.

“We know our Chinese friends have questions for and about us,” he continued, “and that's the sort of dialogue and discussion that we welcome and that we think contributes to regional and global security and stability.”

Source: Defencetalk

Russia Ready To Help Venezuela With Weaponry Purchases

MOSKOW-(IDB) : Russia is ready to loan Venezuela $4 billion on purchases of military equipment, Russia's Kommersant newspaper said on Friday citing a diplomatic source.

"Russia is ready to loan money to Venezuela," the source said. "Considering the current election campaign in the country, this loan would mean the opportunity to support our key ally in the region."

Venezuelan Minister of Finance and Planning Jorge Giordani is expected to visit Russia in the near future to discuss the conditions of the loan with Russian officials.

Earlier reports indicated that Caracas may ask Russia for an additional $6.5 billion on the development of infrastructure in the oil-rich Latin American country.

Between 2005 and 2007 Venezuela reached deals to buy $4-billion worth of arms from Russia, including Sukhoi fighter jets, combat helicopters, and guns. Chavez' government also secured a $2.2-billion loan in 2010 to purchase Russian T-72 tanks and S-300 air defense systems.
Source: Defencetalk

Iran Segera Pamerkan Pesawat Komersial Produksi Dalam Negeri

Illustrator
TEHRAN-(IDB) : Republik Islam Iran akan memamerkan pesawat komersial produksi dalam negeri pertamanya dalam 30 sampai 60 hari mendatang. Hal itu dikemukakan oleh Manouchehr Manteqi, Direktur Manajer Industri Penerbangan di Kementerian Pertahanan Iran, sebagaimana dikutip Mehr, Jumat (26/8).
 
Manteqi mengatakan bahwa pesawat produksi dalam negeri itu memiliki kapasitas 100 penumpang dan akan dipamerkan antara tanggal 23 September hingga 22 Oktober mendatang.
Manteqi memuji keberhasilan yang dicapai Iran di sektor industri penerbangan, seraya menegaskan bahwa Republik Islam Iran, merupakan salah satu negara terkuat di kawasan di bidang pembongkaran dan pemeliharaan pesawat. 
Pada bulan Juni lalu, Dimitry Kiva, ketua markas Antonov Aerospace Company di Kiev mengatakan bahwa Iran dan Ukraina merencanakan kerjasama produksi 78 pesawat Antonov-148 hingga akhir 2011.
Kiva menambahkan bahwa Antonov dan perusahaan industri pesawat Iran telah menandatangani kontrak pembuatan pesawat tersebut, seraya menandaskan bahwa Antonov akan memproduksi mesin kembar untuk pesawat jet jarak menengah.
Kementerian Pertahanan Iran telah diberi lisensi memproduksi Antonov-148 dan produksinya telah dimulai sejak 2009. 
Sumber: Irib

Iran Kuasai Teknologi Pertahanan Dan Ruang Angkasa

TEHRAN-(IDB) : Menteri Pertahanan Iran Jenderal Ahmad Vahidi mengatakan Rabu (24/8), Iran adalah salah satu dari 10 negara yang memiliki teknologi ruang angkasa.
 
"Iran berada di antara 10 negara dengan kemajuan teknologi ruang angkasa dan ini terlihat dengan adanya peluncuran satelit Omid dan Tolou serta mampu mengembangkan roket pembawa satelit, Safir dan Simorgh," jelasnya.

"Iran juga yang terbaik di kawasan dalam teknologi rudal," ujarnya. Dia menambahkan, uji coba sukses rudal Shahab, Sejjil, Thaqeb, Sayyad, Fateh, Zelzal, Toofan dan Ra'ad adalah bukti keberhasilan Iran.

Lebih lanjut, Vahidi menandaskan, Iran termasuk salah satu dari sedikit negara yang mampu merancang dan membangun kapal selam khususnya di kelas menengah.

"Iran juga termasuk salah satu negara dalam pembangunan kapal permukaan seperti, Asyura, Zolfaghar dan Zoljanah," paparnya.

Di bagian akhir pernyataannya, Menhan Iran memuji kemampuan negara dalam membangun perahu berkecepatan tinggi dan rudal serta peluncur torpedo dan roket. 

Sumber: Irib

Jumat, Agustus 26, 2011

AS Dipastikan Tetap Hibahkan Satu Skuadron F-16 Ke Indonesia

JAKARTA-(IDB) : Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan Indonesia tetap menerima hibah satu skudron pesawat tempur F-16 dari pemerintah Amerika Serikat. "Kita tetap dapat hibah," katanya, usai menyaksikan penyerahan enam unit helikopter Mi-17 V5 dari pemerintah Rusia ke Indonesia melalui Kementerian Pertahanan di Skuadron 2 Pusat Penerbangan TNI Angkatan Darat Pondok Cabe, Tangerang, Jumat. 

Ia menambahkan dua Skuadron F-16 tipe Block 25 yang dihibahkan itu akan di-"up grade" menjadi F-16 Block 32 yang lebih canggih kemampuannya.

Sekjen Kementerian Pertahanan Marsekal Madya TNI Erris Heriyanto menambahkan, dari 30 unit F-16 yang dihibahkan, 24 akan dihidupkan dengan 28 mesin.

"Hibah F-16 itu telah mendapat persetujuan dari kongres AS. 'Congress Notification' sudah keluar pada 16 Agustus silam dan kita tetap mendapatkan hak atas hibah itu," katanya.

Sebelumnya dikabarkan Kongres AS membatalkan rencana hibah F-16 kepada Indonesia dan menawarkannya ke Taiwan. "Itu tidak benar," katanya.

Nama Purnomo Yusgiantoro pun sempat ramai belakangan karena disebut dalam kawat Kedubes AS di Jakarta yang dikirim ke Washington DC. Dalam kawat itu, Purnomo masuk daftar menteri yang bisa dijadikan sekutu AS.

Sumber: Republika

TNI Bersama DPR Bahas MEF

JAKARTA-(IDB) : Panglima TNI menggelar buka bersama dengan Komisi I DPR RI. Pada kesempatan itu, dibahas pembangunan kekuatan pokok minimum (MEF) hingga tahun 2024. "Kami sudah memaparkan bagaimana desain MEF, apa saja yang akan diadakan, dan bagaimana tahap pembangunannya,"kata Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono di Mabes TNI, Jakarta, Kamis (25/8).

Menurutnya, pembangunan kekuatan pokok minimum ini sangat membutuhkan arahan Komisi I. Lebih lanjut dikatakan Panglima, pemenuhan alutsista TNI harus dipenuhi dalam waktu dekat."Pemenuhan kapal selam, helikopter, dan sebagainya masih akan kami diskusikan lebih lanjut,"katanya.

Acara buka bersama Panglima TNI dengan Komisi I DPR RI ini, turut dihadiri Kepala Staf seluruh matra dan para pejabat di jajaran Mabes TNI. 

Sumber: Jurnas

Rusia Serah Terimakan Enam Helikopter Mil -17 Untuk Perkuat TNI-AD



TANGERANG-(IDB) : Apron Skuadron Udara 21 Pusat Penerbangan TNI-AD di Pondok Cabe menjadi saksi peristiwa penting bagi militer Indonesia. Enam unit helikopter Mi-17 V5 Hip buatan Rusia resmi memperkuat sayap udara matra darat TNI.

Penyerahan secara resmi keenam unit helikopter angkut multi peran itu disaksikan Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono, dan Kepala Staf TNI-AD, Jenderal TNI Pramono Wibowo, dan Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Alexander Ivanov.

Pemilihan Mil Mi-17 Hip buatan Kazan, Rusia, melalui perusahaan negara Rusia, Rosoboronexport, itu dilandasi hakekat berbagai operasi yang dilakoni militer Indonesia. Itu adalah operasi militer perang dan operasi militer selain perang. Di Rusia, Mi-17 juga dikenal dengan nama Mi-8 dan diberi nama panggilan Hip oleh NATO.
  

Geografi Indonesia terdiri atas sekitar 17 ribu pulau, kata Yusgiantoro, sangat memerlukan dukungan moda transportasi; termasuk transportasi militer untuk menjangkau daerah-daerah yang tersebar itu, terutama daerah yang tidak bisa didarati pesawat besar maupun sedang.

"Beragam ancaman non tradisional kini makin tersebar pula. Mulai dari terorisme sampai separatisme yang memerlukan penanganan berupa pengerahan pasukan ke wilayah sasaran dengan cepat," katanya.

Dengan potensi bencana alam yang tidak kurang serius, katanya, eksistensi helikopter berdaya angkut 35 tentara infantri bersenjata lengkap itu juga bisa dialihkan ke dalam misi kemanusiaan, mulai dari pemetaan area bencana hingga evakuasi bahan bantuan hingga manusia dan peralatan yang diperlukan.

Dari sisi kemampuan angkut personel, "kelas" Mi-17 yang juga dikembangkan menjadi Mi-19 untuk komando penyerbuan pasukan, bisa disandingkan dengan Sikorsky CH-53D Sea Stallion. Namun harganya sangat jauh berbeda, dengan perkiraan harga pasaran Mi-17 pada 2010 ada pada kisaran 11 juta dolar Amerika Serikat per unit.

Tercatat Mi-17 ini telah beberapa kali mendarat dan lepas landas dari Bandar Udara Haliwen, Atambua, di NTT. Bandar udara perintis ini hanya belasan kilometer dari garis perbatasan Indonesia dengan Timor Leste (dalam bahasa Indonesia, Timor Timur).

"Jadi, dengan adanya helikopter ini sangat bermanfaat sekali," kata Yusgiantoro.
 
 

Dari sisi militer, Suhartono menyatakan, helikopter kelas menengah berat itu bisa digunakan pula untuk pengamanan perbatasan, baik untuk pemantauan, maupun pengerahan pasukan dan logistiknya.

"Helikopter ini juga bisa digunakan sebagai helikopter serbu dan angkut pasukan pada jumlah tertentu misalnya dalam rangka pengamanan perbatasan," katanya.

TNI-AD sendiri memiliki visi yang telah diamini pemerIntah, bahwa kekuatan yang diperlukan Pusat Penerbangan TNI-AD untuk Mi-17 itu adalah 18 unit. "Kami mentargetkan 18 unit Mi-17 yang bermarkas di Skuadron 31 Heli Serbu sehingga satu batalyon pasukan dapat diangkut dalam waktu bersamaan," tuturnya.

Dasar perhitungannya adalah, helikopter legendaris buatan Amerika Serikat, Bell (Bell-205 dan Bell-402) yang dimiliki TNI-AD kurang mumpuni untuk kepentingan penggelaran pasukan infantri ke garis depan palagan. Seluruh Bell itu, diketahui hanya mampu mengangkut maksimal 1/3 kekuatan satu batalion infantri.

"Jadi helikopter ini sangat efektif apalagi TNI Angkatan Darat lebih banyak gelaran kekuatan di daerah perbatasan, daratan dan pegunungan," ujar Pramono.

Ivanov yang produk peralatan perang negaranya sejak beberapa tahun lalu dibeli Indonesia jelas sangat senang dengan penyerah terimaan Mi-17 itu. Mekanisme pembelian seluruh Mi, baik Mi-17 ataupun Mi-35P di tubuh Pusat Penerbangan TNI-AD memakai pinjaman negara Rusia kepada Indonesia.

"Besarannya 56 juta dolar AS dengan persyaratan yang sangat ringan dan menguntungkan Indonesia mengingat Indonesia merupakan mitra yang baik," katanya. 

Sumber: Antara

Mengamankan Kontrak Penjualan Kapal Selam Menhan Korsel Berkunjung Ke Indonesia

Selain kapal selam, Indonesia tertarik membeli pesawat jet latih buatan Korea Selatan

JAKARTA-(IDB) : Menteri Pertahanan Korea Selatan, Kim Kwan-jin, akan berkunjung ke Indonesia awal September mendatang. Kim di Jakarta akan membicarakan rencana penjualan kapal selam buatan Korsel ke Indonesia, dengan nilai kontrak US$1 miliar.

Pengumuman kunjungan Kim itu disampaikan pejabat Korsel kepada kantor berita Yonhap, 26 Agustus. Lawatan Kim selama tiga hari itu akan dimulai pada 7 September mendatang.

Dia akan bertemu dengan koleganya, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro. Mengamankan kontrak penjualan kapal selam bermesin disel ke Indonesia merupakan salah satu misi utama Kim ke negeri ini. Korsel tertarik atas upaya Indonesia untuk memodernisasi kekuatan maritim.

Menurut sumber anonim di kalangan militer Korsel, pengadaan kapal selam untuk Indonesia itu akan melibatkan perusahaan Korea. "Dalam kunjungan itu, ada kemungkinan bahwa Daewoo Shipbuilding and Marine akan dipilih untuk menjadi calon penawar bagi program pengadaan kapal selam Indonesia," ujar sumber itu kepada Yonhap.

Dalam kunjungan ke Indonesia, Kim akan didampingi oleh para eksekutif dari sembilan kontraktor pertahanan Korea, termasuk Daewoo Shipbuilding and Marine. Selain kapal selam, Indonesia juga tertarik membeli produk lain buatan Korsel.

Pada April lalu, Indonesia memilih Korsel sebagai calon mitra proyek pengadaan pesawat jet latih. Kedua pemerintah masih bernegosiasi untuk menentukan harga. Bila sepakat, Korsel juga akan mengekspor pesawat jet latih T-50 Golden Eagle untuk kali pertama ke luar negeri.
Sumber: Vivanews

Senjata Militer AS Kian Mengerikan

JAKARTA-(IDB) :Kantor Riset Angkatan Laut (AL) Amerika Serikat (AS) mengaku berhasil melakukan uji bahan peledak jenis baru. Seramnya, bahan ini mampu meningkatkan daya ledak senjata secara dramatis.
Rudal yang dibuat dari bahan dengan kepadatan tinggi ini mampu meledak lima kali lebih besar dari energi senjata yang sudah ada. Ilmuwan AL AS mengatakan, proyektil yang terbuat dari bahan baru ini akan lebih aman bagi warga tak berdosa.
Rudal, peluru artileri dan amunisi militer lainnya biasanya dibuat dengan casing besi yang cukup untuk memuat bahan peledak di dalamnya. Pendekatan baru dari Kantor Riset AL AS ini menggantikan casing yang ada dengan high-density reactive materials (HDRM).
Campuran bahan tersebut hanya akan meledak ketika proyektil mengenai target. Menurut peneliti AL, uji terbaru menunjukkan, HDRM sangat kuat dan secara signifikan memperbesar efek ledakan.
Bahan ini meningkatkan kesempatan apa yang disebut para ilmuwan militer sebagai ‘pembunuhan katastropik’. Peneliti Clifford Bedford yang terlibat pengembangan bahan baru ini menjelaskan manfaat bahan ini dibanding senjata yang sudah ada.
“Dalam kasus casing besi rudal, rudal secara sengaja diledakkan untuk meluncurkan. Rudal ini akan mencari targetnya dan semua energi kinetik yang ada akan menyebar pada target,” ujarnya.
Melalui rudal berbahan reaktif, bisa memiliki daya luncur ledak yang sama namun hanya akan menyebar pada target dan energi kimia terbebas, lanjutnya lagi. “Perpaduan energi kimia dan kinetik ini memberi efek yang lebih besar,” katanya.
Bahan baru ini telah dikembangkan selama lebih dari lima tahun dan terbuat dari jenis besi yang berbeda dipadukan pengoksidasi guna menciptakan ledakan kimia saat meledak.
Bedford mengatakan, HDRM awalnya digunakan dalam sistem anti-rudal karena dianggap memiliki daya ledak yang lebih besar guna menghancurkan proyektil yang sedang mengarah untuk menyerang di udara.
“Dalam skenario yang ada , sebenarnya kita menembak dua kali karena tak ada banyak waktu membidik rudal yang datang. Selain itu karena pecahan besi yang ada di hulu ledak, Anda tak bisa mengetahui apakah rudal sudah menabrak target atau belum,” paparnya.
Berbeda, dengan hulu ledak reaktif, kita cukup menembak sekali, melihat dan bisa menentukan efek ‘pembunuhan katastropik,’ katanya. “Kita masih memiliki pilihan penembakan kedua dan bahan ini menghemat banyak biaya seperti pada satu rudal melawan tiga rudal,” imbuhnya.
Karena bahan baru ini bereaksi dan meledak saat bertabrakan target, Bredford yakin bahan ini bisa meminimalisir korban tak berdosa. “Bahan ini terpakai hanya saat menabrak target, efek hancurnya akan terminimalisir. Jika bahan ini bisa difokuskan, efek hancur bisa dikurangi,” paparnya.
Peneliti mengatakan, bahan ini bisa diterapkan pada granat dan peluru serta senjata besar lainnya. “Bahan ini bisa digunakan pada senapan mesin berkaliber besar,” jelas Bedford. Uji lebih lanjut pada sistem ini akan dilakukan pada September ini.
Namun, karena terbatasnya dana, penggunaan bahan yang harganya tiga hingga empat kali teknologi yang digunakan saat ini tersebut akan terancam masa depannya. “Penggunaan bahan ini butuh jawaban politis dan anggaran yang memungkinkan,” tutupnya.
Sumber: Antara

Kamis, Agustus 25, 2011

UAV Ghost , Logistik Baru Israel Hadapi Pejuang Palestina

TEL AVIV-(IDB) : Israel merancang miniatur kendaraan udara tak berawak (UAV) untuk membantu badan intelijen Zionis Israel mengidentifikasi dan menarget pemimpin gerakan perlawanan Palestina. Kendaraan udara tak berawak itu dirancang untuk operasi rahasia khusus di daerah perkotaan dan pedesaan. 
 
Kendaraan udara mata-mata UAV yang baru diresmikan, dijuluki Ghost. Kendaraan udara itu hanya mempunyai berat sekitar 4 kilogram, jangkauan sekitar 2,5 mil atau empat kilometer, daya tahan penerbangan 6 jam dan kecepatan sekitar 37 mil (59,5 kilometer) per jam. 

Perangkat UAV itu dapat dibawa dalam ransel dan dikendalikan oleh dua prajurit dari laptop.
Kendaraan udara yang berupa helikopter mini itu mempunyai panjang 4,76 meter. Disebutkan pula, helikopter mini itu mampu terbang ke gedung-gedung melalui jendela. Untuk detail bisa lihat videonya disini....!!!!

Oktober lalu, Zionis Israel meluncurkan sebuah pesawat yang lebih besar bernama Panther dengan berat sekitar 138 pon (62,6 kilogram) dan lebar sayap 25 kaki. Pesawat mini itu mampu berada di udara selama 6 jam. 

Sumber: Irib

AS Miliki Senjata Mata-mata Baru Tercanggih Dunia

LONDON-(IDB) : Perangkat mata-mata terbaru militer Amerika Serikat (AS) ini lebih mirip mainan anak-anak. Namun perangkat baru ini merupakan perangkat tercanggih dunia.

Angkatan Udara (AU) AS mengembangkan miniatur pesawat mata-mata super kecil berwujud burung, bahkan serangga yang keberadaannya bisa luput dari perhatian. Micro Air Vehicles (MAVs) dikembangkan di Wright-Patterson Air Force Base di Dayton, Ohio.

Misi Laboratorium Riset AU ini yakni mengembangkan MAVs yang mampu mencari, melacak dan menarget musuh sembari beroperasi di lingkungan kota yang rumit.

Pemimpin teknisi Dr Gregory Parker menggunakan beragam helikopter mungil serta robot di lab guna mengembangkan program dan software ini.

Pengujian robot ini bertempat di lingkungan dalam ruangan. Selama itu, data yang terkumpul akan digunakan pengembangan lebih lanjut. Defense Advanced Projects Agency AS menghabiskan bertahun-tahun mengembangkan robot mungil ini dan berharap mampu menciptakan ‘lalat di dinding’.

Pada dua tahun lalu, peneliti mengungkap berhasil membuat robot kumbang yang mampu dikendalikan nirkabel melalui laptop.

Sumber: Inilah

TNI Sosialisasikan Misi Perdamaian PBB Di Lebanon

BEIRUT-(IDB) : TNI ditetapkan sebagai salah satu kontingen yang bertugas menyosialisasikan tugas-tugas misi perdamaian PBB di Lebanon sesuai Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1701.

Perwira Satgas MCOU (Military Community Outreach Unit) TNI Konga XXX-A/UNIFIL, Lettu Santoso kepada ANTARA di Jakarta, Kamis, mengatakan keberadaan unit yang dipimpinnya untuk menggantikan unit serupa dari Italia.

"Kontingen Indonesia terpilih sebagai bagian dari MCOU untuk kali pertama menggantikan Italia yang telah bertugas selama tujuh bulan," katanya.

Untuk mendukung kegiatan sosialisasi tentang misi perdamaian PBB di Lebanon, Satgas MCOU TNI melakukan orientasi lapangan di Kampung Harris, didampingi Kontingen Italia yang dipimpin Mayor Stefano Baleani.

"Untuk memudahkan pekerjaan, kantor Satgas MCOU memang ditempatkan di dua lokasi. Satu berada di Markas Besar UNIFIL dan satu lagi di Kampung Harris," kata Santoso.

Ia menambahkan sosialisasi misi perdamaian PBB kepada masyarakat sangat penting untuk keberhasilan PBB dalam menciptakan perdamaian di wilayah Lebanon.

Satgas MCOU TNI yang terdiri dari 18 personel dari satuan penerangan TNI.

"Menurut rencana, personel Satgas MCOU dari Italia akan mengakhiri tugas di UNIFIL, September mendatang. Belum diketahui, apakah beberapa personel militer asal Perancis juga akan ditarik ke negaranya atau melanjutkan tugas bersama personel dari Indonesia," ujarnya.

Personel militer Italia melaksanakan rotasi tugas di MCOU UNIFIL setiap enam bulan sekali.

"Satgas yang saat ini bertugas adalah untuk rotasi yang ketujuh," kata Santoso.

"Sementara itu, penugasan ini adalah yang pertama kali bagi Satgas MCOU TNI. Sebagai `key-communicator`, mereka akan menyampaikan pesan-pesan perdamaian ke pelosok-pelosok Lebanon Selatan, berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1701," ujar Santoso menambahkan.

Direncanakan, Satgas akan bertugas selama tujuh belas bulan. 

Sumber: Antara